- Beranda
- Stories from the Heart
Sonne Mond und Stern
...
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Tak Lagi Sama - Noah
Spoiler for Cover Stories:
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.
Quote:
Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

*mulustrasi karakter dalam cerita ini
Quote:
*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
glitch.7
#7004
Lembayung Senja
Bagian Enam


Satu minggu berlalu setelah kejadian dimana gua dan Mba Yu akhirnya mencoba untuk membangun hubungan yang lebih baik dari sebelumnya. Pacaran ? Bukan, kami tidak pacaran sama sekali. Hubungan seperti apa jadinya ? Gua tidak bisa jawab. Karena kalaupun ta'aruf tidak seperti ini seharusnya.
"Gimana rasanya ? Gak enak ya ?".
Gua mengecap lidah setelah memakan masakannya itu. Pura-pura berpikir dengan memutar bola mata, "Mmm... Gimana ya..". Gua lirik wajahnya yang sedang menunggu jawaban gua.
"Mas iihh.. Enak gak masakan aku ?", tanyanya tidak sabar sampai menggoyangkan lengan gua.
Gua mengangguk pelan sambil menahan senyuman.
"Aaah! Bo'ong! Senyum-senyum gitu abisnya.. Yaudah sini, buang aja..", ucapnya cemberut lalu menarik piring yang gua pegang.
"Enak beneran..", jawab gua seraya menahan piring dari tarikan tangannya.
"Bo'ong!", ketus banget ini si semlohay.
"Bener ih! Gak percaya amat sama aku. Cobain sendiri atuh", timpal gua menyuruhnya mencicipi masakannya.
Mba Yu mulai menyendok makanan yang berada diatas piring, lalu mulai mengunyah pelan-pelan. Meresapi rasa dari masakan yang ia buat itu. Bibirnya tersenyum dengan wajah yang malu-malu.
"Eh iya, enak loch... Hihihihi..", ucapnya dengan mata berbinar. "Yeee... Akhirnya bisa juga masak makanan kesukaan kamu! Hihihihi...", lanjutnya lebih terlihat bahagia lagi.
Gua tersenyum melihatnya. Hampir tidak menyangka kalau akhirnya bisa juga dia masak dengan rasa yang pas. Kematangan teri yang renyah, tidak alot, tidak terlalu kering juga. Pas. Teri kacang balado oh teri kacang balado.
"Belajar masak dari siapa ?", tanya gua disaat kami sedang makan bersama di meja makan bagian dapur rumahnya ini.
"Mmm.. Ada deeehh.. Hihihi, beneran enak ya, Mas. Ah seneng banget aku.. Hihihihi".
Gua ikut senang, tersenyum lebar bahkan ikut tertawa saat melihatnya seperti seorang kontestan lomba masak yang akhirnya memenangi lomba tersebut.
"Nambah ?", tawarnya dengan terus tersenyum.
"Boleh..", jawab gua singkat. Serius ini masakannya benar-benar enak. Gak percaya gua kalau dia baru aja berhasil memasak dengan rasa yang pas.
"Nih.. Abisin yaa.. Abisin.. Abisin.. Hehehehe", ucapnya lagi ketika menuangkan teri kacang balado keatas piring yang berada dihadapan gua.
"Mba.. Sewius dehw.. Syapaw yang ngajawin kamuw mwasakw.. Mm.. Mmm..".
"Iiiih... Kunyah dulu ih! Telen! Baru ngomong! Gimana sih, Mas! Hahahahaha...".
Mba Yu tertawa melihat gua yang makan sambil ngomong itu, kemudian gua meminta minum untuk melegakan tenggorokan.
"Siapa yang ngajarin masak makanan ini, Mba ? Ibu ku ya ? Atau..", gua menebak.
"Bukaaaann... Hehehe.. Mmm.. Nenek..", potongnya dengan wajah yang benar-benar terlihat bahagia.
Gua menaikkan kedua alis."Nenek ku ?" tanya gua yang langsung dijawab dengan anggukan kepalanya. "Kapan kamu belajar masak ke rumah Nenek, Mba ?", tanya gua lagi semakin penasaran.
"Mmm.. Udah dari Kemaren-kemaren sih sebenernya, tapi aku minta Nenek kamu jangan bilang ke siapa-siapa, hehehehe", jawabnya jujur.
Gua mengambil minum setelah selesai menghabiskan makanannya yang benar-benar enak itu. Lalu kembali duduk disampingnya.
"Makasih. Makasih banyak udah mau masak makanan kesukaan aku, Mba".
Mba Yu tersenyum tipis dan menganggukkan kepala. Lalu dia merapihkan bekas makan kami untuk ditaruh ke wastafel cuci piring. Gua masih duduk diatas kursi, sedangkan suara air yang gua dengar dari belakang gua menandakan kalau wanita seksi itu mulai mencuci bekas piring makan kami.
Gua memiringkan badan, lalu memperhatikan Mba Yu yang sedang mencuci piring dengan tubuh yang membelakangi gua.
Sebelumnya saat tadi pagi gua dan dia memang janjian untuk lari bareng di taman kota. Gua yang membawa motor pun akhirnya mengantar dia pulang ke rumahnya setelah beres lari pagi pukul delapan tadi. Tapi ternyata saat sampai di rumahnya dia memberikan gua sebuah kejutan. Apa yang ia lakukan benar-benar membuat gua jatuh hati dengan masakannya. Terimakasih, Mba.
"Bentar lagi orangtua kamu pulang kan ?", tanya gua ketika kami sudah pindah ke ruang tamu.
Mba Yu mengangguk. "Mau nunggu mereka ?", tanyanya.
Gua terkekeh. "Hehehe.. Enggak deh, lain kali aja makasih...".
Mba Yu berdiri dari bangku yang berada di hadapan gua, dia kembali duduk, tapi kini ia duduk tepat disamping gua.
"Masih takut ?", tanyanya dengan nada suara yang nyaris tidak terdengar.
Gua melirik kepada wanita seksi ini. Wajahnya sedikit khawatir.
"Mmm.. Aku takut kalo orangtua kamu..".
"Mas..", potongnya. "Kalo memang kamu serius dan bener-bener niat pasti ada jalannya. Berusaha dong untuk dapetin hati mereka... Semuanya juga butuh proses, Mas. Sekarang aku tanya, mau kapan kamu mulai prosesnya ? Mau sampai kapan kita nutupin masalah ini ? Mau nunggu keluarga kamu yang datang ? Iya ?", tanyanya panjang lebar.
Gua masih menatapnya. Dia pasti tahu kalo rasa ragu dan takut yang selalu menghantui gua masih tetap memenuhi hati ini.
"Kita semua bukan mau memaksa kamu untuk buru-buru ambil keputusan. Tapi masalahnya memang gak bisa dinanti-nanti, aku tau ini gak mudah buat semuanya. Tapi coba deh kamu pikirin lagi baik-baik. Aku sih amit-amit ya kalo semua yang udah kita usahain harus sia-sia.. Aku gak mau sampe begitu ".
Gua menghela nafas. Otak gua rasanya buntu untuk memikirkan apa yang seharusnya gua lakukan. Selama ini, gua sudah membuat dinding yang kokoh di dalam hati gua, tapi kini mulai retak sedikit demi sedikit dan mulai runtuh dengan perlahan. Salah satu alasannya adalah karena wanita ini yang berusaha keras, karena wanita ini yang dengan jujur mencoba untuk membuat keadaan dan kondisi gua lebih baik lagi.
Gua sadar tidak mudah untuk menjadi dia yang dengan ikhlas mau berusaha menjadi wanita yang sangat baik untuk gua. Yang dengan ikhlas mau mengorbankan kebahagiannya karena harus menerima kondisi gua yang sekarang. Gua bukannya tidak berusaha untuk menyadarkannya. Tapi entah apa yang membuat tekadnya benar-benar kuat dan memilih tetap berada di jalan ini.
"Apa sebenernya yang ngebuat kamu memilih mau nerima aku, Mba ? Atau keluarga ku udah maksa kamu ?", tanya gua untuk kesekian kalinya.
"Astagfirulloh! Itu lagi yang kamu tanyain! Cape aku ngejawabnya, Mas! Berkali-kali aku bilang ke kamu! Aku gak dipaksa! Demi ALLAH aku mutusin untuk nerima kamu tanpa paksaan dari siapapun! Ngerti gak sih ?!".
Emosinya mulai naik. Selalu begitu setiap kami membahas masalah ini.
"Keadaannya gak akan seperti sebelumnya lagi, Mba. Ini beda. Jauh dengan apa yang ada dibayangan kamu... Jangan berkhayal terlalu tinggi. Kebahagian yang kamu cari dengan menikah dengan ku itu gak akan mudah kamu dapetin, Mba. Pahami kondisi dan keadaan ku ini. Please..".
"Seburuk apa kondisi kamu itu, hah ? Seharusnya kamu yang lebih tau kalo kamu itu gak ada masalah apapun selain harus nerima aku di hati kamu..".
"Kamu keras kepala banget sih, Mba..".
"Kamu yang keras kepala! Cape aku sama keluarga kamu buat ngeyakinin kamu tau gak!".
"Karena kalian semua gak ngerti kondisi ku seperti apa..".
"Yaudah yaudah... Sekarang aku tanya! Kondisi kamu kenapa emang ? Hah ? Punya penyakit serius ? Jantung kamu bermasalah ? Iya ?".
"Hati aku yang bermasalah".
"Terserah!", pungkasnya seraya melempar bantal sofa kearah tubuh gua sebelum dia benar-benar pergi ke kamarnya.
"Gimana rasanya ? Gak enak ya ?".
Gua mengecap lidah setelah memakan masakannya itu. Pura-pura berpikir dengan memutar bola mata, "Mmm... Gimana ya..". Gua lirik wajahnya yang sedang menunggu jawaban gua.
"Mas iihh.. Enak gak masakan aku ?", tanyanya tidak sabar sampai menggoyangkan lengan gua.
Gua mengangguk pelan sambil menahan senyuman.
"Aaah! Bo'ong! Senyum-senyum gitu abisnya.. Yaudah sini, buang aja..", ucapnya cemberut lalu menarik piring yang gua pegang.
"Enak beneran..", jawab gua seraya menahan piring dari tarikan tangannya.
"Bo'ong!", ketus banget ini si semlohay.
"Bener ih! Gak percaya amat sama aku. Cobain sendiri atuh", timpal gua menyuruhnya mencicipi masakannya.
Mba Yu mulai menyendok makanan yang berada diatas piring, lalu mulai mengunyah pelan-pelan. Meresapi rasa dari masakan yang ia buat itu. Bibirnya tersenyum dengan wajah yang malu-malu.
"Eh iya, enak loch... Hihihihi..", ucapnya dengan mata berbinar. "Yeee... Akhirnya bisa juga masak makanan kesukaan kamu! Hihihihi...", lanjutnya lebih terlihat bahagia lagi.
Gua tersenyum melihatnya. Hampir tidak menyangka kalau akhirnya bisa juga dia masak dengan rasa yang pas. Kematangan teri yang renyah, tidak alot, tidak terlalu kering juga. Pas. Teri kacang balado oh teri kacang balado.
"Belajar masak dari siapa ?", tanya gua disaat kami sedang makan bersama di meja makan bagian dapur rumahnya ini.
"Mmm.. Ada deeehh.. Hihihi, beneran enak ya, Mas. Ah seneng banget aku.. Hihihihi".
Gua ikut senang, tersenyum lebar bahkan ikut tertawa saat melihatnya seperti seorang kontestan lomba masak yang akhirnya memenangi lomba tersebut.
"Nambah ?", tawarnya dengan terus tersenyum.
"Boleh..", jawab gua singkat. Serius ini masakannya benar-benar enak. Gak percaya gua kalau dia baru aja berhasil memasak dengan rasa yang pas.
"Nih.. Abisin yaa.. Abisin.. Abisin.. Hehehehe", ucapnya lagi ketika menuangkan teri kacang balado keatas piring yang berada dihadapan gua.
"Mba.. Sewius dehw.. Syapaw yang ngajawin kamuw mwasakw.. Mm.. Mmm..".
"Iiiih... Kunyah dulu ih! Telen! Baru ngomong! Gimana sih, Mas! Hahahahaha...".
Mba Yu tertawa melihat gua yang makan sambil ngomong itu, kemudian gua meminta minum untuk melegakan tenggorokan.
"Siapa yang ngajarin masak makanan ini, Mba ? Ibu ku ya ? Atau..", gua menebak.
"Bukaaaann... Hehehe.. Mmm.. Nenek..", potongnya dengan wajah yang benar-benar terlihat bahagia.
Gua menaikkan kedua alis."Nenek ku ?" tanya gua yang langsung dijawab dengan anggukan kepalanya. "Kapan kamu belajar masak ke rumah Nenek, Mba ?", tanya gua lagi semakin penasaran.
"Mmm.. Udah dari Kemaren-kemaren sih sebenernya, tapi aku minta Nenek kamu jangan bilang ke siapa-siapa, hehehehe", jawabnya jujur.
Gua mengambil minum setelah selesai menghabiskan makanannya yang benar-benar enak itu. Lalu kembali duduk disampingnya.
"Makasih. Makasih banyak udah mau masak makanan kesukaan aku, Mba".
Mba Yu tersenyum tipis dan menganggukkan kepala. Lalu dia merapihkan bekas makan kami untuk ditaruh ke wastafel cuci piring. Gua masih duduk diatas kursi, sedangkan suara air yang gua dengar dari belakang gua menandakan kalau wanita seksi itu mulai mencuci bekas piring makan kami.
Gua memiringkan badan, lalu memperhatikan Mba Yu yang sedang mencuci piring dengan tubuh yang membelakangi gua.
Sebelumnya saat tadi pagi gua dan dia memang janjian untuk lari bareng di taman kota. Gua yang membawa motor pun akhirnya mengantar dia pulang ke rumahnya setelah beres lari pagi pukul delapan tadi. Tapi ternyata saat sampai di rumahnya dia memberikan gua sebuah kejutan. Apa yang ia lakukan benar-benar membuat gua jatuh hati dengan masakannya. Terimakasih, Mba.
"Bentar lagi orangtua kamu pulang kan ?", tanya gua ketika kami sudah pindah ke ruang tamu.
Mba Yu mengangguk. "Mau nunggu mereka ?", tanyanya.
Gua terkekeh. "Hehehe.. Enggak deh, lain kali aja makasih...".
Mba Yu berdiri dari bangku yang berada di hadapan gua, dia kembali duduk, tapi kini ia duduk tepat disamping gua.
"Masih takut ?", tanyanya dengan nada suara yang nyaris tidak terdengar.
Gua melirik kepada wanita seksi ini. Wajahnya sedikit khawatir.
"Mmm.. Aku takut kalo orangtua kamu..".
"Mas..", potongnya. "Kalo memang kamu serius dan bener-bener niat pasti ada jalannya. Berusaha dong untuk dapetin hati mereka... Semuanya juga butuh proses, Mas. Sekarang aku tanya, mau kapan kamu mulai prosesnya ? Mau sampai kapan kita nutupin masalah ini ? Mau nunggu keluarga kamu yang datang ? Iya ?", tanyanya panjang lebar.
Gua masih menatapnya. Dia pasti tahu kalo rasa ragu dan takut yang selalu menghantui gua masih tetap memenuhi hati ini.
"Kita semua bukan mau memaksa kamu untuk buru-buru ambil keputusan. Tapi masalahnya memang gak bisa dinanti-nanti, aku tau ini gak mudah buat semuanya. Tapi coba deh kamu pikirin lagi baik-baik. Aku sih amit-amit ya kalo semua yang udah kita usahain harus sia-sia.. Aku gak mau sampe begitu ".
Gua menghela nafas. Otak gua rasanya buntu untuk memikirkan apa yang seharusnya gua lakukan. Selama ini, gua sudah membuat dinding yang kokoh di dalam hati gua, tapi kini mulai retak sedikit demi sedikit dan mulai runtuh dengan perlahan. Salah satu alasannya adalah karena wanita ini yang berusaha keras, karena wanita ini yang dengan jujur mencoba untuk membuat keadaan dan kondisi gua lebih baik lagi.
Gua sadar tidak mudah untuk menjadi dia yang dengan ikhlas mau berusaha menjadi wanita yang sangat baik untuk gua. Yang dengan ikhlas mau mengorbankan kebahagiannya karena harus menerima kondisi gua yang sekarang. Gua bukannya tidak berusaha untuk menyadarkannya. Tapi entah apa yang membuat tekadnya benar-benar kuat dan memilih tetap berada di jalan ini.
"Apa sebenernya yang ngebuat kamu memilih mau nerima aku, Mba ? Atau keluarga ku udah maksa kamu ?", tanya gua untuk kesekian kalinya.
"Astagfirulloh! Itu lagi yang kamu tanyain! Cape aku ngejawabnya, Mas! Berkali-kali aku bilang ke kamu! Aku gak dipaksa! Demi ALLAH aku mutusin untuk nerima kamu tanpa paksaan dari siapapun! Ngerti gak sih ?!".
Emosinya mulai naik. Selalu begitu setiap kami membahas masalah ini.
"Keadaannya gak akan seperti sebelumnya lagi, Mba. Ini beda. Jauh dengan apa yang ada dibayangan kamu... Jangan berkhayal terlalu tinggi. Kebahagian yang kamu cari dengan menikah dengan ku itu gak akan mudah kamu dapetin, Mba. Pahami kondisi dan keadaan ku ini. Please..".
"Seburuk apa kondisi kamu itu, hah ? Seharusnya kamu yang lebih tau kalo kamu itu gak ada masalah apapun selain harus nerima aku di hati kamu..".
"Kamu keras kepala banget sih, Mba..".
"Kamu yang keras kepala! Cape aku sama keluarga kamu buat ngeyakinin kamu tau gak!".
"Karena kalian semua gak ngerti kondisi ku seperti apa..".
"Yaudah yaudah... Sekarang aku tanya! Kondisi kamu kenapa emang ? Hah ? Punya penyakit serius ? Jantung kamu bermasalah ? Iya ?".
"Hati aku yang bermasalah".
"Terserah!", pungkasnya seraya melempar bantal sofa kearah tubuh gua sebelum dia benar-benar pergi ke kamarnya.
*
*
*
*
*
Spoiler for Tolong bagian ini diingat untuk ending cerita:
* * *
Quote:
Aku Milikmu - Dewa 19
Mungkinkah Kumiliki
Cinta seperti ini lagi
Jangan biarkan Aku
Kehilangan dirimu
Coba dengarkanlah sumpahku
Dari hati... Aku cinta kamu
Jangan dengar kata Mereka
Yang tak ingin kita satu
Yakinkan Aku milikmu
Cinta seperti ini lagi
Jangan biarkan Aku
Kehilangan dirimu
Coba dengarkanlah sumpahku
Dari hati... Aku cinta kamu
Jangan dengar kata Mereka
Yang tak ingin kita satu
Yakinkan Aku milikmu
Diubah oleh glitch.7 06-08-2018 18:55
fatqurr dan dany.agus memberi reputasi
2
Tutup

