- Beranda
- Stories from the Heart
Sonne Mond und Stern
...
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Tak Lagi Sama - Noah
Spoiler for Cover Stories:
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.
Quote:
Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

*mulustrasi karakter dalam cerita ini
Quote:
*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
glitch.7
#6935
Lanjutan Lembayung Senja Bagian Lima
Matahariku - Agnes Monica.
Sambil berjalan melumati es krim cone yang mulai mencair kami berjalan keluar Mall menuju mobil yang gua parkir.
Gua masuk kedalam mobil sedan berwarna hitam, duduk di bangku depan. Gua sengaja biar dia sendiri yang mengemudikan mobil pribadinya ini.
"Iih.. Makan es krim nya belepotan sih, Mas! Kayak anak kecil aja kamu tuh!".
Protes wanita seksi yang duduk di bangku kemudi itu membuat gua tersenyum lebar, kemudian dia mengambil tisu dan mengelap es krim di dekat bibir gua.
Gua menatap wajahnya yang serius, sampai akhirnya dia sadar sedang diperhatikan.
"Apa ?".
"Enggak apa-apa, seneng aja liat kamu".
"Idih tumben ngomongnya gitu".
"Mmm.. Emangnya aku gak pernah muji kamu ya ?", tanya gua sambil memegang lengan tangannya agar berhenti mengelap bibir dan pipi gua dari sisa es krim.
Matanya sedikit terkejut melihat tingkah gua. Lalu dia memundurkan tubuhnya sedikit menjauh.
"Kenapa ? Aku salah ya ?", tanya gua sambil melepaskan genggaman tangan.
Dia menoleh kearah lain lalu membetulkan juntaian rambut yang berada di sisi wajahnya.
"Aku... Aku cuma gak enak sama dia, Mas. Baru berapa lama dari kejadian kemarin ?", tanyanya merasa canggung.
Gua menghela nafas. "Kamu tau ? Aku sendiri gak ada kepikiran apapun soal kejadian kemarin-kemarin itu, Mba..", jawab gua. "Maaf kalo apa yang kamu rasain dari kejadian itu ngebuat kamu gak nyaman sama hubungan kita sekarang", lanjut gua.
"Oh bukan, maksud aku tuh, mmm... Aku ngerasa terlalu cepet aja kalo kita...".
Jujur gua terkejut mendengar kalimat yang terpotong itu walaupun dia tidak menyelesaikan ucapannya tapi gua paham arahnya kemana.
"Mba ? Maksud kamu ?", tanya gua kaget.
"Aduuuh.. Gimana ya ngejelasinnya, bukan gitu, Mas.. Aku tuh ngerasa ini gak pas gitu loch, gak tepat, ya coba kasih waktu biar kita bisa terbiasa dulu gitu...", jawabnya terdengar panik.
"Cukup, nyatanya kamu mau..", ucap gua sebelum keluar dari mobil barunya itu dan berjalan meninggalkannya.
"Mas.. Mass.. Tungguu.. Hey..", teriaknya dari arah belakang sana.
Gua benci seperti ini. Gua tidak suka caranya menutup-nutupi apa yang sebenarnya sama-sama kami ketahui. Bilangnya terlalu cepat, tapi kenyataannya sudah tahu dari dulu akan begini juga. Mau berpura-pura ngerasa 'gak enak' gitu ?. Tapi ujungnya mau juga! Sial! Gua menggerutu dalam hati.
Gua hanya mendengar derap langkah kakinya yang terburu-buru mengejar gua, sampai akhirnya dia berhasil menarik tangan gua dan membalikkan tubuh gua.
"Kamu tuh egois! Gak bisa denger penjelasan aku dulu!", ucapnya dengan emosi.
"Enggak enggak.. Enggak usah berbelit-belit, maksud kamu apa ngomong kayak tadi ?", tanya gua malas.
"Selama ini aku yang selalu ditanya! Sekarang aku gak mau cuma jadi objek! Aku pingin tau jawaban kamu dulu!", sentaknya yang semakin emosi.
"Ma.. Maksud kamu ?", tanya gua sedikit gugup.
Mba Yu menghela nafasnya sambil memejamkan mata untuk sesaat.
"Apa kamu cinta sama aku ?", tanya wanita seksi bernama asli Gendisa itu.
Gua sebenarnya sadar kalau apa yang keluarga gua lakukan selama ini kepada Mba Yu dan gua itu agar kami semakin dekat dari sebelum-sebelumnya. Gua sangat sadar. Tapi gua menutup mata akan hal itu. Gua dan dia sama-sama mengerti apa yang keluarga gua inginkan.
Selama ini kami berdua memang hanya tinggal menunggu waktu sampai kami benar-benar berada disaat yang tepat untuk membicarakan masalah ini dengan serius. Tapi bukan berarti harus diawali dengan pertengkaran seperti sekarang.
"Dari kapan kamu tau soal ini, Mba ?", tanya gua.
"Kamu gak usah ngalihin pembicaraan dulu, Mas! Jawab jujur! Kamu cinta sama aku atau enggak ?!".
"Aku sayang sama kamu! Tapi aku gak bisa mencintai kamu, Mba! Puas ?!!", jawab gua dengan nada yang cukup tinggi.
Kami berdua terdiam beberapa saat. Sampai akhirnya gua merasakan jantung ini yang tadinya berdegup dengan kencang karena tersulut emosi mulai berdetak dengan normal. Perlahan-lahan nafas gua pun kembali teratur.
Mba Yu masih diam menatap gua tanpa ekspresi yang menunjukkan perasaannya. Ya dia benar-benar seperti orang normal yang tidak terpengaruh atas apa yang sebelumnya gua ucapkan. Marah ? Senang ? Terkejut ? Enggak. Enggak sama sekali. Entah apa yang ia pikirkan saat ini.
"Makasih kamu udah jawab jujur, Mas".
Jawaban itu dia lontarkan dengan nada yang lembut, berbeda dengan sebelumnya. Bibirnya tersenyum tipis.
Kemudian tangan kanannya bergerak untuk menggapai tangan kiri gua. "Aku terima semua kekurangan kamu. Aku harap rasa sayang kamu itu lama-lama bisa menumbuhkan perasaan cinta untuk aku", lanjutnya seraya menggenggam tangan kiri gua dengan erat.
Gua menahan nafas untuk beberapa detik. Kepala gua seperti terkena hantaman keras. Rasa pusing yang gua rasakan saat itu membuat gua hanya bisa menanggapi ucapan ngawurnya dengan menggelengkan kepala pelan.
Sedetik kemudian dia maju selangkah, merapatkan tubuhnya untuk memeluk gua. Ia sandarkan kepalanya di dada gua, kedua tangannya melingkar memeluk pinggang ini.
Terasa jelas oleh gua tubuhnya mulai sedikit bergetar. Lalu kemeja yang gua kenakan akhirnya basah sedikit demi sedikit pada bagian dada dimana ia sandarkan kepalanya itu.
"Aku minta maaf sama kamu, Mas.. Hiks.. Hiks.. Aku bener-bener minta maaf... Hiks.. Hiks.. Hiks.. Hiks.. Tolong jangan emosi lagi... Aku ngelakuin ini demi kamu dan keluarga kamu, Mas... Heeuu.. Hiks...".
Ucapannya itu membuat gua tertunduk. Menatap rambutnya yang hitam dari atas sini. Tubuhnya kian bergetar seiring tangisannya yang semakin kuat.
Entah sudah berapa lama kami berada di parkiran ini, menjadi tontonan beberapa orang yang lewat. Kami tidak perduli akan tatapan mereka, saat itu sepertinya menyingkirkan rasa malu mudah bagi gua dengan Mba Yu. Apa yang gua rasakan di dalam hati ketika mendengar ucapannya tersebut merubah sedikit... Ya sedikit keteguhan hati gua selama ini. Tapi itu sudah cukup membuat gua berfikir untuk mencoba memulainya.
Setelah gua bisa menyadari semuanya, gua balas pelukkannya. Mengusap punggungnya dan menghirup aroma rambutnya yang wangi itu. Gua miringkan wajah hingga pipi gua bersandar pada rambut bagian atas kepalanya itu.
"Aku minta maaf udah buat kamu menunggu...", ucap gua pada akhirnya. "Sekarang. Biar aku coba untuk nerima kamu, Mba...", ucap gua tanpa mengendurkan pelukkan.
Isak tangis Mba Yu mereda, tidak ada jawaban apapun yang keluar dari mulutnya. Tapi pelukkannya yang semakin erat itu sudah cukup bagi gua untuk mengetahui ucapan terimakasihnya.
Gua masuk kedalam mobil sedan berwarna hitam, duduk di bangku depan. Gua sengaja biar dia sendiri yang mengemudikan mobil pribadinya ini.
"Iih.. Makan es krim nya belepotan sih, Mas! Kayak anak kecil aja kamu tuh!".
Protes wanita seksi yang duduk di bangku kemudi itu membuat gua tersenyum lebar, kemudian dia mengambil tisu dan mengelap es krim di dekat bibir gua.
Gua menatap wajahnya yang serius, sampai akhirnya dia sadar sedang diperhatikan.
"Apa ?".
"Enggak apa-apa, seneng aja liat kamu".
"Idih tumben ngomongnya gitu".
"Mmm.. Emangnya aku gak pernah muji kamu ya ?", tanya gua sambil memegang lengan tangannya agar berhenti mengelap bibir dan pipi gua dari sisa es krim.
Matanya sedikit terkejut melihat tingkah gua. Lalu dia memundurkan tubuhnya sedikit menjauh.
"Kenapa ? Aku salah ya ?", tanya gua sambil melepaskan genggaman tangan.
Dia menoleh kearah lain lalu membetulkan juntaian rambut yang berada di sisi wajahnya.
"Aku... Aku cuma gak enak sama dia, Mas. Baru berapa lama dari kejadian kemarin ?", tanyanya merasa canggung.
Gua menghela nafas. "Kamu tau ? Aku sendiri gak ada kepikiran apapun soal kejadian kemarin-kemarin itu, Mba..", jawab gua. "Maaf kalo apa yang kamu rasain dari kejadian itu ngebuat kamu gak nyaman sama hubungan kita sekarang", lanjut gua.
"Oh bukan, maksud aku tuh, mmm... Aku ngerasa terlalu cepet aja kalo kita...".
Jujur gua terkejut mendengar kalimat yang terpotong itu walaupun dia tidak menyelesaikan ucapannya tapi gua paham arahnya kemana.
"Mba ? Maksud kamu ?", tanya gua kaget.
"Aduuuh.. Gimana ya ngejelasinnya, bukan gitu, Mas.. Aku tuh ngerasa ini gak pas gitu loch, gak tepat, ya coba kasih waktu biar kita bisa terbiasa dulu gitu...", jawabnya terdengar panik.
"Cukup, nyatanya kamu mau..", ucap gua sebelum keluar dari mobil barunya itu dan berjalan meninggalkannya.
"Mas.. Mass.. Tungguu.. Hey..", teriaknya dari arah belakang sana.
Gua benci seperti ini. Gua tidak suka caranya menutup-nutupi apa yang sebenarnya sama-sama kami ketahui. Bilangnya terlalu cepat, tapi kenyataannya sudah tahu dari dulu akan begini juga. Mau berpura-pura ngerasa 'gak enak' gitu ?. Tapi ujungnya mau juga! Sial! Gua menggerutu dalam hati.
Gua hanya mendengar derap langkah kakinya yang terburu-buru mengejar gua, sampai akhirnya dia berhasil menarik tangan gua dan membalikkan tubuh gua.
"Kamu tuh egois! Gak bisa denger penjelasan aku dulu!", ucapnya dengan emosi.
"Enggak enggak.. Enggak usah berbelit-belit, maksud kamu apa ngomong kayak tadi ?", tanya gua malas.
"Selama ini aku yang selalu ditanya! Sekarang aku gak mau cuma jadi objek! Aku pingin tau jawaban kamu dulu!", sentaknya yang semakin emosi.
"Ma.. Maksud kamu ?", tanya gua sedikit gugup.
Mba Yu menghela nafasnya sambil memejamkan mata untuk sesaat.
"Apa kamu cinta sama aku ?", tanya wanita seksi bernama asli Gendisa itu.
Gua sebenarnya sadar kalau apa yang keluarga gua lakukan selama ini kepada Mba Yu dan gua itu agar kami semakin dekat dari sebelum-sebelumnya. Gua sangat sadar. Tapi gua menutup mata akan hal itu. Gua dan dia sama-sama mengerti apa yang keluarga gua inginkan.
Selama ini kami berdua memang hanya tinggal menunggu waktu sampai kami benar-benar berada disaat yang tepat untuk membicarakan masalah ini dengan serius. Tapi bukan berarti harus diawali dengan pertengkaran seperti sekarang.
"Dari kapan kamu tau soal ini, Mba ?", tanya gua.
"Kamu gak usah ngalihin pembicaraan dulu, Mas! Jawab jujur! Kamu cinta sama aku atau enggak ?!".
"Aku sayang sama kamu! Tapi aku gak bisa mencintai kamu, Mba! Puas ?!!", jawab gua dengan nada yang cukup tinggi.
Kami berdua terdiam beberapa saat. Sampai akhirnya gua merasakan jantung ini yang tadinya berdegup dengan kencang karena tersulut emosi mulai berdetak dengan normal. Perlahan-lahan nafas gua pun kembali teratur.
Mba Yu masih diam menatap gua tanpa ekspresi yang menunjukkan perasaannya. Ya dia benar-benar seperti orang normal yang tidak terpengaruh atas apa yang sebelumnya gua ucapkan. Marah ? Senang ? Terkejut ? Enggak. Enggak sama sekali. Entah apa yang ia pikirkan saat ini.
"Makasih kamu udah jawab jujur, Mas".
Jawaban itu dia lontarkan dengan nada yang lembut, berbeda dengan sebelumnya. Bibirnya tersenyum tipis.
Kemudian tangan kanannya bergerak untuk menggapai tangan kiri gua. "Aku terima semua kekurangan kamu. Aku harap rasa sayang kamu itu lama-lama bisa menumbuhkan perasaan cinta untuk aku", lanjutnya seraya menggenggam tangan kiri gua dengan erat.
Gua menahan nafas untuk beberapa detik. Kepala gua seperti terkena hantaman keras. Rasa pusing yang gua rasakan saat itu membuat gua hanya bisa menanggapi ucapan ngawurnya dengan menggelengkan kepala pelan.
Sedetik kemudian dia maju selangkah, merapatkan tubuhnya untuk memeluk gua. Ia sandarkan kepalanya di dada gua, kedua tangannya melingkar memeluk pinggang ini.
Terasa jelas oleh gua tubuhnya mulai sedikit bergetar. Lalu kemeja yang gua kenakan akhirnya basah sedikit demi sedikit pada bagian dada dimana ia sandarkan kepalanya itu.
"Aku minta maaf sama kamu, Mas.. Hiks.. Hiks.. Aku bener-bener minta maaf... Hiks.. Hiks.. Hiks.. Hiks.. Tolong jangan emosi lagi... Aku ngelakuin ini demi kamu dan keluarga kamu, Mas... Heeuu.. Hiks...".
Ucapannya itu membuat gua tertunduk. Menatap rambutnya yang hitam dari atas sini. Tubuhnya kian bergetar seiring tangisannya yang semakin kuat.
Entah sudah berapa lama kami berada di parkiran ini, menjadi tontonan beberapa orang yang lewat. Kami tidak perduli akan tatapan mereka, saat itu sepertinya menyingkirkan rasa malu mudah bagi gua dengan Mba Yu. Apa yang gua rasakan di dalam hati ketika mendengar ucapannya tersebut merubah sedikit... Ya sedikit keteguhan hati gua selama ini. Tapi itu sudah cukup membuat gua berfikir untuk mencoba memulainya.
Setelah gua bisa menyadari semuanya, gua balas pelukkannya. Mengusap punggungnya dan menghirup aroma rambutnya yang wangi itu. Gua miringkan wajah hingga pipi gua bersandar pada rambut bagian atas kepalanya itu.
"Aku minta maaf udah buat kamu menunggu...", ucap gua pada akhirnya. "Sekarang. Biar aku coba untuk nerima kamu, Mba...", ucap gua tanpa mengendurkan pelukkan.
Isak tangis Mba Yu mereda, tidak ada jawaban apapun yang keluar dari mulutnya. Tapi pelukkannya yang semakin erat itu sudah cukup bagi gua untuk mengetahui ucapan terimakasihnya.
*
*
*
*
*
Dengarlah matahariku suara tangisanku
Ku bersedih karena panah cinta menusuk jantungku
Ucapkan matahariku puisi tentang hidupku
Tentangku yang tak mampu menaklukkan waktu
Ku bersedih karena panah cinta menusuk jantungku
Ucapkan matahariku puisi tentang hidupku
Tentangku yang tak mampu menaklukkan waktu
Diubah oleh glitch.7 03-08-2018 23:03
fatqurr dan dany.agus memberi reputasi
4

