Kaskus

Story

glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN




Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.


Tak Lagi Sama - Noah


Spoiler for Cover Stories:


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.


Quote:


Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

Masa yang Paling Indah
Credit thanks to Agan njum26

Love in Elegy
Credit thanks to Agan redmoon97


Sonne Mond und Stern
*mulustrasi karakter dalam cerita ini


Quote:

*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
snf0989Avatar border
pulaukapokAvatar border
chamelemonAvatar border
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
#6715
Lembayung Senja
Bagian Satu
kaskus-image




"Tuh datang...".

Gua hanya melirik sekilas kearah pintu rumah, lalu bangun dari sofa ruang tamu sebelum tamu itu sampai. Berniat untuk pergi ke kamar lantai atas.

"Assalamualaikum", sapa seorang wanita yang berdiri diambang pintu rumah.

"Walaikumsalam, masuk-masuk".
"Hey, ini udah datang, jangan gitu ah".

Gua menengok kebelakang, ke ruang tamu lagi.

"Apaan sih ? Orang mau istirahat", jawab gua sedikit ketus.

"Yaudah gapapa kalo dia mau istirahat...".

"Jangan gitu! Sini, Za!", Ibu melotot.

Gua menghela nafas karena raut wajahnya benar-benar berubah kesal. "Okey-okey bentar aku ganti baju dulu".

"Sini duduk dulu...", ajak Ibu kepada wanita yang baru melangkah masuk.
"Biii... Tolong buatin minum yaa..", teriaknya lagi.

Beberapa menit kemudian gua kembali ke ruang tamu dengan pakaian casual yang sedikit rapih.

"Mau langsung berangkat sekarang ?", tanya gua.

"Yaudah hayu", jawabnya.

"Have a nice day ya. Hati-hati bawa mobilnya, jagain tuh. Awas loch".

"Hmm", jawab gua malas.

"Berangkat dulu ya, Mba".

"Okey, hati-hati ya", jawab Ibu tersenyum sumringah.

...

Gua mengemudikan mobil dengan santai, sedangkan wanita dengan kaos polo berwarna putih dibalut dengan jaket denim dan celana jeans biru muda yang sedang duduk disamping masih menatap gua daritadi.

"Kenapa ?", tanya gua tanpa melirik kepadanya.

"Kamu yang kenapa.. Kok kayaknya gak suka banget nemenin aku!", jawabnya dengan nada jutek.

"Lagi males keluar aja", timpal gua datar.

"Yaudah puter balik, pulang lagi!".

Gua menengok kali ini. "Iya-iya sorry. Aku lagi gak mood sebenernya. Aku minta maaf".

"Kalo gak mau nemenin kenapa gak ngabarin daritadi ?! Males aku juga jalan sama orang yang gak niat!", timpalnya lagi dengan nada suara yang tinggi.

"Huuft...", gua menghela nafas lagi sambil menggaruk pelipis, lalu menepikan mobil ke sisi jalan.
"Okey, aku bener-bener minta maaf sama kamu", ucap gua sungguh-sungguh sambil menatap wajahnya.

Wanita disamping gua itu membuang mukanya ke sisi lain sambil melipat kedua tangan. Gua tarik rem tangan dan melepas seatbeltkemudian keluar dari mobil.

Gua berjalan kearah tukang susu keliling yang sedang mangkal di dekat halte.

"Bang, susu cokelat dua ya..", ucap gua ke si pedagang.

Setelah beres membeli susu kemasan, gua kembali ke mobil. Gua berjalan ke sisi pintu samping kemudi dan mengetuk kacanya.

Kaca terbuka. Wanita itu masih menunjukkan wajah jutek dan betenya.

"Tengteng-teng-teng-teengng... Teng-teng-teng-teng.. Susuu murrniii nasioonaalll...", ucap gua menyanyikan 'hymne' merk susu yang gua beli sambil tersenyum lebar.

Dia mengerutkan kening, lalu kami berdua tertawa disaat yang sama pedagang susu sebelumnya menyalakan 'hymne' jualannya sampai terdengar nyaring.

"Susu murninya, Mba..", tawar gua sambil tetap tersenyum lebar.

"Enggak!", jawabnya cepat tapi gua tau dia menahan tawanya lagi.

"Kalo gak mau saya nyanyi lagi loch", ejek gua.

"Coba nyanyi lagi".

Suara hymne susu murni nasional masih terdengar walaupun si pedagang sudah beranjak pergi dari tempat sebelumnya. Gua baru saja hendak bernyanyi kembali. Tapi wanita dihadapan gua buru-buru mengambil satu susu dari tangan kanan gua lalu tertawa pelan.

"Buruan masuk ah! Nyebelin!", ucapnya dengan sisa tawa yang renyah.

Mobil sudah memasuki kawasan jalan protokol. Wanita disamping gua masih asyik meminum susu kemasan yang gua belikan sebelumnya.

"Maaf ya", ucap gua.

"Hmm..", jawabnya singkat sambil tetap minum.

"Ehm.. Ngomong-ngomong. Kenapa gak pake langganan kamu aja ?", tanya gua.

"Apanya ?", dia menengok kali ini.

"Buat weddingnya. Tuh si mahluk gak jelas itu..", jawab gua.

"Ooh.. Enggak bisa, bentrok tanggalnya. Eh sembarangan kamu ngomong dia mahluk gak jelas".

"Emang gak jelas kok... Melambai begitu..".

"Hush! Gitu-gitu udah pernah bantuin kamu loch.. Atau jangan-jangan... Kamu kangen ya sama sentuhannya ? Hihihi...", ucapnya sambil mencolek pinggang gua.

"Idiih amit-amit! Mending berantem asli deh daripada digrepein dia!", gua sedikit bergidik.

"Ahahahahahahaaa... Bahasamu itu loch! Digrepe! Hahahahaha...", pecah deh tawanya.

"Wesss.. Tawa sih tawa, tapi gak ampe muncrat juga kalii..".

"Duh duh.. Sorry - sorry.. Haha.. Abisnya ada-ada aja bahasa kamu..", dia ambil tissu lalu mengelap bibir dan tangan kiri gua.

Sekitar pukul tiga sore kami sampai di sebuah sanggar rias. Gua parkirkan mobil dan ikut turun bersamanya.

Sampai di dalam kami berdua sudah ditunggu oleh si pemilik sanggar. Sebut saja namanya Mba Mawar.

"Halo sayang.. Apa kabar ?", tanya Mba Mawar menyambut wanita seksi didepan gua itu. Lalu mereka bercipika-cipiki ria. Gua juga mau dong...

"Alhamdulilah baik, Mba. Sorry lama ya, tadi macet soalnya".

"Ah gapapa, aku juga gak ada janji kok selain sama kamu. Eh.. Ehm.. Ini siapa nih ? Calon kamu yang baru yaa ? Hayoo ngaku", tanya Mba Mawar melirik kepada gua.

"Oh kenalin ini Eza, Mba. Temen kok.. Hahaha... Mas kenalin ini Mba Mawar yang punya sanggar ini".

Gua bersalaman dengan Mba Mawar seraya memperkenalkan diri. "Eza..", ucap gua sambil berjabat tangan. "Mawar... Udah berapa lama pacaran sama Sherlin, Mas ? Hihihihi...", tanyanya tanpa sungkan.

"Hah ?", gua kaget ditanya seperti itu. Lalu Mba Yu buru-buru menimpali. "Mulai deh keponya... Kita gak pacaran ih, Mba! Jangan gossip deh..", timpal Mba Yu.

"Alah.. Gapapalah.. Kan katanya udah bosen sendiri. Udah waktunya lepas status janda kamu, Sher", ucap Mba Mawar sambil menepuk lengan Mba Yu pelan.

"Apasiiiih.. Udah-udah ah! Rese deh kamu, Mba. Udah yuk ah, aku mau liat rekomendasi kamu itu..", jawab Mba Yu sambil mengajak Mba Mawar berjalan.

Gua mengikuti mereka berjalan ke ruangan lain. Mba Yu asyik mengobrol dengan Mba Mawar di sudut ruangan sambil melihat-lihat gaun pengantin. Gua hanya duduk di kursi sambil memainkan handphone.

Quote:


"Mas... Mas!".

"Eh iya kenapa, Mba ?".

"Asyik amat daritadi dipanggilin juga! Bbman sama siapa sih ?!".

"Sorry-sorry.. Ini bbman sama calon adek ipar kamu nih.. Kenapa tadi ?", tanya gua lagi sambil bangkit dari duduk kali ini.

"Ini aku mau minta pendapat kamu. Bagusan yang mana ya ?", tanyanya sambil menunjukkan dua gaun pengantin di tangan kanan-kirinya.

Gua melirik ke tangan kanannya. Lalu berganti ke tangan kirinya. "Dua-duanya bagus kok.. Kenapa gak nanya langsung ke adekmu ? Fotoin kirim ke bbm", jawab gua.

"Hiih! Ini orang dimintain pendapat malah gitu jawabnya!".

Mba Yu berbalik dan kembali berjalan mendekati Mba Mawar sambil ngomel-ngomel. Gua jadi bingung sendiri. Yang mau nikah siapa, kok gua yang dimintain pendapat. Lagian itu gaun wanita cyiin... Yaelah...

Selesai dari sanggar rias yang akhirnya gak jelas, gak jelas karena Mba Yu bingung sendiri sih, kami berdua mencari makan.

Gua arahkan mobil ke salah satu restoran dengan menu masakan jepang. Sesuai permintaannya.

"Saya mau tempura ya, Mba", ucap Mba Yu sambil menutup buku menu dan mengembalikannya kepada pramusaji.

"Oke, ditunggu ya pesenannya, Mba-Mas", jawab si pramusaji sebelum pergi.

"Tumben kamu cuma pesen nasi sama minum aja", ucap Mba Yu.

"Aku yakin kamu gak akan abis makan tempura. Jadi mending aku pesen nasinya aja", jawab gua yang memang hafal kebiasaannya itu.

"Iih tau aja deh.. Hihihihi.. Eh iya Rekti kapan mau pulang kesini ?", tanyanya.

"Gak tau, Mba. Gak jelas itu anak satu. Mau kimpoi malah kabur-kaburan, jangan-jangan gak niat", jawab gua asal.

"Heh! Kok ngomongin temen kayak gitu sih, Mas! Jangan gitu ah! Kamu kayak gak pernah dibantuin aja", ucap Mba Yu sambil mencubit lengan gw.

"Hehehe iya sorry. Bercanda doang kok. By the way, gimana kerjaan kamu sekarang ?", tanya gua mengalihkan pembicaraan.

"Kerjaan ? Hmm.. Gak tau, Mas. Aku kayaknya mau resign deh..".

"Loch kenapa ? Kok mau berenti ?", gua cukup kaget mendengar Mba Yu ingin berhenti dari pekerjaannya yag sekarang.

Tidak lama kemudian pesanan kami datang. Sambil mulai menyantap makanan masing-masing. Mba Yu kembali menceritakan alasannya ingin keluar dari pekerjaannya itu.

"Lingkungan kerja ku yang sekarang gak baik, Mas. Kebanyakan ngomongin temen sekantor, aku gak suka", lanjutnya.

"Hmm.. Iya pasti gak enak ya ada dilingkungan kayak gitu".

"Iyalah. Jadi bikin gak betah. Kejelekkan si A diomongin ke temen-temen laen, nanti dari si A nyampe ke si B terus aja gitu sampe satu kantor tau. apa coba gunanya ? Kerja ya kerja aja harusnya, kita gak ada hak ngurusin privasi orangkan ? Lagi pula aku juga jadi ngeri sendiri, siapa yang tau aku juga diomongin kayak gitukan ?", jelasnya kali ini panjang lebar dengan raut muka yang sedikit malas.

Gua hanya mengangguk tanda setuju, lalu tersenyum lebar. Mba Yu melihat Gua tersenyum dan keheranan.

"Kenapa senyum ?", tanyanya.

"Seneng", jawab gua singkat.

"Seneng ? Seneng kenapa ?".

Gua meletakkan sumpit dan meminum teh ocha sebelum menjelaskan kepada wanita seksi satu ini. "Aku seneng kamu gak ikut-ikutan jadi orang yang suka bergunjing. Sorry. Aku pikir kamu salah satu dari orang yang begitu, tapi ternyata enggak", lanjut gua sambil tersenyum.

"Ya enggaklah, Mas. Aku gak suka ikut campur urusan orang lain apalagi cuma ngomongin kejelekkannya aja. Minimal kalo mau ikut campur tuh ngebantuin mereka. Bukan nyebarin aibnya...", jawab Mba Yu.

Gua bertepuk tangan di depan wajahnya, Mba Yu sampai memundurkan tubuh dengan wajah menahan kesal.

"Super sekali anda ini, Bu. Saluutteee.. Hehehehe...", ucap gua yang masih terus bertepuk tangan.

"Apaan sih kamu ?! Mulai deh resenya!", ucapnya beneran kesal, lalu memukul tangan gua agar berhenti bertepuk tangan.

"Beneran salut aku. Kagum ama kamu, Mba".

"Udah-udah buruan abisin makanannya terus kita pulang.. Tadi Mba Laras titip pesen tolong beliin martabak manis yang deket rumah Nenek", pinta Mba Yu sambil kembali mengambil udang tepung.

Kami berdua menghabiskan tempura lalu membayar ke kasir dan bergegas menuju rumah Nenek. Kurang dari dua puluh menit kami sudah sampai di rumah Nenek. Beres memarkirkan mobil, kami turun dan gua langsung membuka pintu ruang tamu.

"Assalamualaikum", ucap gua berbarengan dengan Mba Yu.

"Walaikumsalam.. Eh ada tamu", jawab Nenek yang baru saja keluar dari pintu kamarnya menuju ruang tamu dengan mukena putih yang masih ia kenakan.

"Halo Neneeeekk!", Mba Yu sedikit berteriak, kemudian berlari kecil menghampiri Nenek. Gak ada sopan-sopannya nih tamu belum disuruh masuk juga...

Wanita satu itu langsung memeluk Nenek dengan erat. Mencium tangan beliau lalu mencium pipi Nenek cukup lama. Heboh sendiri pokoknya. Sedangkan Nenek terlihat senang. Beliau membalas pelukkan Mba Yu dan mencium keningnya.

Gua masuk ke ruang tamu, berdiri dibelakang Mba Yu yang masih asyik bercengkrama dengan Nenek gua.

"Apa kabar Sherlin ? Kirain udah lupa sama Nenek", tanya Nenek yang sedang memegang kedua lengan Mba Yu.

"Ya ampun Nenek ih! Enggak mungkin aku lupa sama Nenek. Kangeeennn...", jawab Mba Yu yang langsung memeluk Nenek.

Bisaan nih orang. Langsung manja gitu biar gak banyak ditanya kenapa jarang kesini.

"Hahaha.. Iya-iya. Eh sebentar. Udah pada shalat maghrib belum ? Hayo ?", tanya Nenek sambil melepas pelukkan Mba Yu.

Gua tidak tahu bagaimana ekspresi Mba Yu karena dia membelakangi gua. Tapi kemungkinan menahan malu.

"Belum, hehehe.. Abis makan tadi sama Mas Eza", jawab Mba Yu pelan.

"Yaudah sana pada shalat dulu, bentar lagi Isya tuh..".

"Nek..", gua maju kesamping Mba Yu dan langsung mencium tangan dan kening Nenek.

"Ayo shalat dulu, Za. Sekalian sama Sherlin tuh. Berjamaah aja", saran Nenek sambil berlalu ke kamarnya.

Gua dan Mba Yu mematung sepersekian detik, kemudian kami berdua saling bertatapan. Gua yakin di dalam pikiran Mba Yu sama dengan apa yang gua pikirkan...




More than Words - Extreme


What would you do if my heart was torn in two
More than words to show you feel
That your love for me is real
What would you say if I took those words away
Then you couldn't make things new
Just by saying I love you

...More than Words...


Diubah oleh glitch.7 28-07-2018 16:16
dany.agus
fatqurr
fatqurr dan dany.agus memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.