- Beranda
- Stories from the Heart
Sonne Mond und Stern
...
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Tak Lagi Sama - Noah
Spoiler for Cover Stories:
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.
Quote:
Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

*mulustrasi karakter dalam cerita ini
Quote:
*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
glitch.7
#6215
PART 25
Gua sedang terjebak dalam kemacetan ibu kota siang ini. Di dalam mobil sendirian. Panasnya terik matahari diluar sana seolah-olah menambah panas perasaan di dalam hati Gua.
Pikiran gua kembali ke malam sebelumnya sampai tadi pagi.
Setelah berhasil melewati kemacetan ibu kota gua langsung tancap gas menuju kota Gua. Bukan rumah yang menjadi tujuan Gua. Melainkan ruko yang sudah direnovasi menjadi sebuah klinik.
Sekitar pukul setengah satu Gua sampai di klinik milik istri gua yang masih perlu renov itu. Gua masuk dan langsung menuju lantai dua. Disana Gua bertemu dengan dua orang tukang bangunan.
"Kang, kenal sama yang namanya Rifki ?", tanya Gua kepada salah satu tukang.
"Punteun, A'a ini siapa ?", tanya dia balik.
Gua masih sabar. Kalau gak udah Gua berih duluan nih orang.
"Saya suaminya Vera, yang punya klinik ini", jawab gua.
Gua lihat tukang itu sedikit terkejut. "Oh.. Punteun Saya gak tau A'... Ada apa ya nyariin si Bos ?", tanyanya lagi.
"Gak perlu tau ada urusan apa. Dimana Bos Lu sekarang ?", tanya Gua balik tanpa sopan-santun kali ini.
"Si Bos lagi ke Tangerang, A'. Kesini jarang sekarang ma. Kan disini te udah mau beres juga proyeknya", jawabnya sopan.
"Terus sekarang tinggal beresin apalagi disini Lu semua ?", tanya Gua lagi.
"Ini A' cat langit-langit sesuai permintaan istri A'a sama ganti pintu itu", jawabnya seraya menunjuk pintu ruangan yang sebelumnya Gua lewati.
"Ganti sama pintu apa ? Kan masih bagus itu".
"Kata Bu Vera minta diganti sama pintu model kaca...".
"Oooh.. Eh iya. Gua minta nomer Lu sini, kalo ada Bos Lu kesini kabarin gua langsung, nama Lu siapa ?", ucap Gua yang lalu bertukar nomor handphone.
"Boleh, A'. Nanti Saya kabarin kalo ada Pak Rifki kesini. Nama saya Jajang".
Gua niatnya mau langsung pulang ke rumah, tapi begitu melihat ada bingkisan yang cukup mewah dari plastiknya diatas meja ruangan ini, Gua jadi curiga.
"Jang.. Itu bingkisan punya siapa ?", tanya Gua.
"Oh iya, ini te si Bos nitip bingkisan buat Bu Vera, Saya juga gak tau apa isinya. Tapi karena Bu Vera gak datang dari kemarin ya masih disini, belom sempet ketemu sama Saya", jawabnya.
Gua berjalan kearah meja dan membuka bungkusan plastiknya, yang didalamnya masih tertutup lagi dengan semacam goodie bag.
"What the Fvck", ucap Gua cukup terkejut setelah melihat barang yang berada di dalamnya.
"Kenapa, A' ?", tanya Jajang mengagetkan Gua.
"Hm ? Oh enggak apa-apa. Eh ini untuk istri Gua kan ? Kalo gitu biar Gua bawa aja", jawab Gua seraya kembali merapihkan bingkisan lagi.
"Oh iya A' mangga atuh biar sekalian, punteun jadi ngerepotin".
"Ya gakpapa. Gua balik dulu".
Bingkisan mewah Gua bawa dan Gua letakkan di jok depan samping kemudi. Awalnya mau langsung pulang ke rumah tapi pikiran Gua sedikit kalut gara-gara bingkisan kampret ini. Gua takut malah emosi lagi ketemu Nona Ukhti. Akhirnya Gua memilih pergi ke tempat sahabat Gua di daerah atas.
Sampai di rumah Ryo pukul tiga sore. Gua sedikit membawa makanan buat sahabat Gua itu. Tapi nyatanya Ryo sedang pergi keluar, alhasil Gua menunggu sekitar hampir satu jam di teras rumahnya.
Gua dan Ryo banyak bercerita tentang hal kerjaan dan masa lalu. Tapi Gua sama sekali tidak menceritakan permasalahan rumah tangga Gua kepadanya. Dari obrolan serius soal kerjaan, sampai ke obrolan tidak jelas mengenang masa lalu kami saat di SMP. Akhirnya Gua pamit setelah adzan Isya berkumandang, kebetulan Ryo juga harus pulang kerumah pribadinya di Depok.
Gua baru saja hendak memasuki mobil tepat saat pintu pagar terbuka dan masuk sebuah mobil sedan parkir di samping kanan. Gua hafal siapa pemilik mobil tersebut.
"Za, Gua duluan ya, udah ditelponin Bini nih, sorry ye", ucap Ryo yang memang sudah berada diatas motor Honda Firebladenya.
"Kak, mau kemana ?", tanya seorang perempuan yang baru saja turun dari mobil yang parkir di samping Gua sebelumnya.
"Kakak pulang dulu Ann, da di tungguin di rumah soalnya", jawab sang Kakak cepat.
"Yaudah hati-hati ya, Kak. Salam ke Mba Ayu", jawab Giovanna.
Ryo hanya menganggukkan kepala setelah menutup kaca helm fullfacenya, kemudian langsung tancap gas pergi meninggalkan kami berdua di parkiran rumah orangtuanya ini.
"Mas Eza tumben udah disini ? Tadi pulang jam berapa ?", tanya Giovanna yang berjalan mendekat.
"Eh iya, Ann. Aku-Aku dari sore sebenernya disini. Tadi izin pulang duluan", jawab gua sedikit kikuk.
"Oh tumben sih. Mmm.. Masuk dulu kalo gitu, Mas. Biar Aku buatin minum lagi", ajaknya.
"Aduh udah daritadi Ann Aku disini, kalo kata ayam ma da bertelor lagi kali saking lamanya ngeureum di dalem kamar Kakak Kamu, hehehe", tolak Gua halus.
"Hihihi.. Kok nyamain sama ayam sih, dasar. Mmm Tapi bener mau langsung pulang ? Gak mau mampir lagi ?", tanyanya lagi.
"Enggak deh, makasih Ann. Nanti Aku kena marah lagi sama Evan", ledek Gua.
"Ih ? Apaa siiiih. Mas jangan ikutan ngegosip iih.. Aku tuh gak suka sama Evan tau!", jawabnya lucu.
Evan itu salah satu chef yang baru masuk di restoran Gua. Gosipnya sih demen ama anak akunting. Ya siapa lagi kalo bukan nih perempuan yang ada dihadapan Gua.
"Ya kalo suka juga gak apa-apa toh, bagus malah. Daripada jomblo, Ann".
"Mas gak usah ribeut deuh.. Aku tuh gak suka ya sama Evan. Mendingan jomblo deh. Nyebelin Kamu tuh! Ribeut!", wajahnya cemberut lucu banget.
Ribeut ribeut mulu Ann. Kayak si Orenz aja kalo ngomong ibeut
"Yaudah Aku pulang ya", ucap gua seraya membuka pintu kemudi.
Giovanna hanya mengangguk sambil tersenyum.
Gua yang baru mau masuk kedalam mobil langsung melihat bingkisan mewah yang sebelumnya Gua bawa. Gua ambil bingkisan tersebut dan keluar lagi.
"Ann, ini buat Kamu", ucap Gua seraya menyerahkan bingkisan tersebut.
Wajahnya nampak heran. "Apa ini, Mas ?", tanyanya sambil menerima bingkisan tersebut.
Gua hanya menaikkan kedua bahu.
"Boleh Aku buka ?".
Gua mengangguk dan menunggu reaksinya.
"Wow serius, Mas ? Ini buat Aku ?", tanyanya terkejut setelah melihat isi bingkisan.
"Bagus gak ?", tanya gua.
"Banget, Mas. Ini tas mahal loch. Eh sebentar. Jangan-jangan ini sebenernya buat Mba Vera ?!".
Gua menghela nafas. Mau jawab bukan kenyataan memang untuk istri Gua. Tapi faktanya kan bukan Gua yang beli.
"Mas, Aku gak mau kalo ini memang untuk istri Kamu. Lagian gak mungkin Kamu sengaja beliin barang untuk Aku", ucapnya.
Gua hanya bisa terdiam sambil sedikit menundukkan kepala. Sampai beberapa saat kami terdiam dan akhirnya Giovanna bertanya.
"Mas, maaf. Kamu lagi ada masalah dengan Mba Vera ?".
Pertanyaannya itu cukup menganggetkan Gua.
"Maaf ya kalo aku lancang. Cuma Aku nyimpulin karena tadi pagi Mba Vera datengin Kamu ke Jakarta kan, terus tiba-tiba Kamu kesini yang nemuin Kak Ryo tapi sekarang malah mau ngasih tas mahal ini ke Aku".
Gua kembali terdiam. Sampai kemudian entah kenapa Gua malah berfikir gegabah sampai mengucapkan...
"Ann Kamu ada waktu ? Aku butuh temen cerita".
Dia hanya tersenyum sambil mengangguk, yang lalu kemudian Gua mengajaknya masuk kedalam mobil dan pergi dari sini.
Pikiran gua kembali ke malam sebelumnya sampai tadi pagi.
Quote:
Setelah berhasil melewati kemacetan ibu kota gua langsung tancap gas menuju kota Gua. Bukan rumah yang menjadi tujuan Gua. Melainkan ruko yang sudah direnovasi menjadi sebuah klinik.
Sekitar pukul setengah satu Gua sampai di klinik milik istri gua yang masih perlu renov itu. Gua masuk dan langsung menuju lantai dua. Disana Gua bertemu dengan dua orang tukang bangunan.
"Kang, kenal sama yang namanya Rifki ?", tanya Gua kepada salah satu tukang.
"Punteun, A'a ini siapa ?", tanya dia balik.
Gua masih sabar. Kalau gak udah Gua berih duluan nih orang.
"Saya suaminya Vera, yang punya klinik ini", jawab gua.
Gua lihat tukang itu sedikit terkejut. "Oh.. Punteun Saya gak tau A'... Ada apa ya nyariin si Bos ?", tanyanya lagi.
"Gak perlu tau ada urusan apa. Dimana Bos Lu sekarang ?", tanya Gua balik tanpa sopan-santun kali ini.
"Si Bos lagi ke Tangerang, A'. Kesini jarang sekarang ma. Kan disini te udah mau beres juga proyeknya", jawabnya sopan.
"Terus sekarang tinggal beresin apalagi disini Lu semua ?", tanya Gua lagi.
"Ini A' cat langit-langit sesuai permintaan istri A'a sama ganti pintu itu", jawabnya seraya menunjuk pintu ruangan yang sebelumnya Gua lewati.
"Ganti sama pintu apa ? Kan masih bagus itu".
"Kata Bu Vera minta diganti sama pintu model kaca...".
"Oooh.. Eh iya. Gua minta nomer Lu sini, kalo ada Bos Lu kesini kabarin gua langsung, nama Lu siapa ?", ucap Gua yang lalu bertukar nomor handphone.
"Boleh, A'. Nanti Saya kabarin kalo ada Pak Rifki kesini. Nama saya Jajang".
Gua niatnya mau langsung pulang ke rumah, tapi begitu melihat ada bingkisan yang cukup mewah dari plastiknya diatas meja ruangan ini, Gua jadi curiga.
"Jang.. Itu bingkisan punya siapa ?", tanya Gua.
"Oh iya, ini te si Bos nitip bingkisan buat Bu Vera, Saya juga gak tau apa isinya. Tapi karena Bu Vera gak datang dari kemarin ya masih disini, belom sempet ketemu sama Saya", jawabnya.
Gua berjalan kearah meja dan membuka bungkusan plastiknya, yang didalamnya masih tertutup lagi dengan semacam goodie bag.
"What the Fvck", ucap Gua cukup terkejut setelah melihat barang yang berada di dalamnya.
"Kenapa, A' ?", tanya Jajang mengagetkan Gua.
"Hm ? Oh enggak apa-apa. Eh ini untuk istri Gua kan ? Kalo gitu biar Gua bawa aja", jawab Gua seraya kembali merapihkan bingkisan lagi.
"Oh iya A' mangga atuh biar sekalian, punteun jadi ngerepotin".
"Ya gakpapa. Gua balik dulu".
Bingkisan mewah Gua bawa dan Gua letakkan di jok depan samping kemudi. Awalnya mau langsung pulang ke rumah tapi pikiran Gua sedikit kalut gara-gara bingkisan kampret ini. Gua takut malah emosi lagi ketemu Nona Ukhti. Akhirnya Gua memilih pergi ke tempat sahabat Gua di daerah atas.
Sampai di rumah Ryo pukul tiga sore. Gua sedikit membawa makanan buat sahabat Gua itu. Tapi nyatanya Ryo sedang pergi keluar, alhasil Gua menunggu sekitar hampir satu jam di teras rumahnya.
Gua dan Ryo banyak bercerita tentang hal kerjaan dan masa lalu. Tapi Gua sama sekali tidak menceritakan permasalahan rumah tangga Gua kepadanya. Dari obrolan serius soal kerjaan, sampai ke obrolan tidak jelas mengenang masa lalu kami saat di SMP. Akhirnya Gua pamit setelah adzan Isya berkumandang, kebetulan Ryo juga harus pulang kerumah pribadinya di Depok.
Gua baru saja hendak memasuki mobil tepat saat pintu pagar terbuka dan masuk sebuah mobil sedan parkir di samping kanan. Gua hafal siapa pemilik mobil tersebut.
"Za, Gua duluan ya, udah ditelponin Bini nih, sorry ye", ucap Ryo yang memang sudah berada diatas motor Honda Firebladenya.
"Kak, mau kemana ?", tanya seorang perempuan yang baru saja turun dari mobil yang parkir di samping Gua sebelumnya.
"Kakak pulang dulu Ann, da di tungguin di rumah soalnya", jawab sang Kakak cepat.
"Yaudah hati-hati ya, Kak. Salam ke Mba Ayu", jawab Giovanna.
Ryo hanya menganggukkan kepala setelah menutup kaca helm fullfacenya, kemudian langsung tancap gas pergi meninggalkan kami berdua di parkiran rumah orangtuanya ini.
"Mas Eza tumben udah disini ? Tadi pulang jam berapa ?", tanya Giovanna yang berjalan mendekat.
"Eh iya, Ann. Aku-Aku dari sore sebenernya disini. Tadi izin pulang duluan", jawab gua sedikit kikuk.
"Oh tumben sih. Mmm.. Masuk dulu kalo gitu, Mas. Biar Aku buatin minum lagi", ajaknya.
"Aduh udah daritadi Ann Aku disini, kalo kata ayam ma da bertelor lagi kali saking lamanya ngeureum di dalem kamar Kakak Kamu, hehehe", tolak Gua halus.
"Hihihi.. Kok nyamain sama ayam sih, dasar. Mmm Tapi bener mau langsung pulang ? Gak mau mampir lagi ?", tanyanya lagi.
"Enggak deh, makasih Ann. Nanti Aku kena marah lagi sama Evan", ledek Gua.
"Ih ? Apaa siiiih. Mas jangan ikutan ngegosip iih.. Aku tuh gak suka sama Evan tau!", jawabnya lucu.
Evan itu salah satu chef yang baru masuk di restoran Gua. Gosipnya sih demen ama anak akunting. Ya siapa lagi kalo bukan nih perempuan yang ada dihadapan Gua.
"Ya kalo suka juga gak apa-apa toh, bagus malah. Daripada jomblo, Ann".
"Mas gak usah ribeut deuh.. Aku tuh gak suka ya sama Evan. Mendingan jomblo deh. Nyebelin Kamu tuh! Ribeut!", wajahnya cemberut lucu banget.
Ribeut ribeut mulu Ann. Kayak si Orenz aja kalo ngomong ibeut

"Yaudah Aku pulang ya", ucap gua seraya membuka pintu kemudi.
Giovanna hanya mengangguk sambil tersenyum.
Gua yang baru mau masuk kedalam mobil langsung melihat bingkisan mewah yang sebelumnya Gua bawa. Gua ambil bingkisan tersebut dan keluar lagi.
"Ann, ini buat Kamu", ucap Gua seraya menyerahkan bingkisan tersebut.
Wajahnya nampak heran. "Apa ini, Mas ?", tanyanya sambil menerima bingkisan tersebut.
Gua hanya menaikkan kedua bahu.
"Boleh Aku buka ?".
Gua mengangguk dan menunggu reaksinya.
"Wow serius, Mas ? Ini buat Aku ?", tanyanya terkejut setelah melihat isi bingkisan.
"Bagus gak ?", tanya gua.
"Banget, Mas. Ini tas mahal loch. Eh sebentar. Jangan-jangan ini sebenernya buat Mba Vera ?!".
Gua menghela nafas. Mau jawab bukan kenyataan memang untuk istri Gua. Tapi faktanya kan bukan Gua yang beli.
"Mas, Aku gak mau kalo ini memang untuk istri Kamu. Lagian gak mungkin Kamu sengaja beliin barang untuk Aku", ucapnya.
Gua hanya bisa terdiam sambil sedikit menundukkan kepala. Sampai beberapa saat kami terdiam dan akhirnya Giovanna bertanya.
"Mas, maaf. Kamu lagi ada masalah dengan Mba Vera ?".
Pertanyaannya itu cukup menganggetkan Gua.
"Maaf ya kalo aku lancang. Cuma Aku nyimpulin karena tadi pagi Mba Vera datengin Kamu ke Jakarta kan, terus tiba-tiba Kamu kesini yang nemuin Kak Ryo tapi sekarang malah mau ngasih tas mahal ini ke Aku".
Gua kembali terdiam. Sampai kemudian entah kenapa Gua malah berfikir gegabah sampai mengucapkan...
"Ann Kamu ada waktu ? Aku butuh temen cerita".
Dia hanya tersenyum sambil mengangguk, yang lalu kemudian Gua mengajaknya masuk kedalam mobil dan pergi dari sini.
Dewi by Dewa 19
Agar kau mengerti
Semua terjadi begitu saja
Tak ada yang serius antara dia dan aku
Tidak ada cinta dan tak ada hati
Hanya karena aku lelaki dan dia wanita
Oh DewiDengarkanlah
Dewi Kau lah hidupku
Aku cinta padamu sampai mati.
Semua terjadi begitu saja
Tak ada yang serius antara dia dan aku
Tidak ada cinta dan tak ada hati
Hanya karena aku lelaki dan dia wanita
Oh DewiDengarkanlah
Dewi Kau lah hidupku
Aku cinta padamu sampai mati.
Diubah oleh glitch.7 06-05-2018 22:39
oktavp dan fatqurr memberi reputasi
4
Tutup



