Kaskus

Story

glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN




Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.


Tak Lagi Sama - Noah


Spoiler for Cover Stories:


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.


Quote:


Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

Masa yang Paling Indah
Credit thanks to Agan njum26

Love in Elegy
Credit thanks to Agan redmoon97


Sonne Mond und Stern
*mulustrasi karakter dalam cerita ini


Quote:

*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
snf0989Avatar border
pulaukapokAvatar border
chamelemonAvatar border
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
#5576
Tentang Rasa


Hari-hari gua yang semakin sibuk dengan pekerjaan yang baru di kitchen membuat gua kadang harus lembur satu sampai dua jam dari waktu pulang kerja semestinya. Apalagi kalau sudah masuk waktu weekend, bisa lebih dari dua jam gua lembur. Kadang sampai rumah jam sepuluh malam paling cepat gua pulang.

Seperti hari ini, gua baru sampai rumah setelah jam di pergelangan tangan kiri menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Istri gua yang baru saja membukakan pintu rumah untuk suaminya ini terlihat tersenyum manis sekali, walaupun gua tau raut wajahnya nampak menahan kantuk.

"Rame lagi ya resto nya ?", tanya istri gua setelah mencium punggung tangan kanan gua.

"Ya gitulah, Ve.. Satnite biasa fullbook", jawab gua sebelum mencium keningnya dan berjalan masuk kedalam rumah.

"Ya alhamdulilah, Mas.. Mau kopi ?", tanyanya sambil menaruh tas kerja gua yang ia letakkan di sofa ruang tamu.

"Boleh, sayang", jawab gua.

"Tapi kamu bener udah makan tadi ?", tanyanya lagi.

"Udah kok, tadi aku makan dulu di resto.. Kamu juga udah makan belum ?", tanya gua balik.

"Udah, sama sayur sop ayam.. Yaudah aku bikinin kopi dulu ya", jawabnya lalu berjalan kearah dapur.

Gua membuka kancing kemeja bagian atas sampai sebatas dada, lalu duduk di sofa ruang tamu sambil menyandarkan punggung ke bahu sofa. Malam ini rasanya badan gua bener-bener letih, orderan yang gak ada hentinya membuat gua keteteran. Gua menyalakan tv sambil menunggu istri gua membawakan kopi seduh buatan tangannya.

"Jangan ngerokok, Mas!", ucap istri gua sembari menaruh gelas cangkir berisi kopi di meja ruang tamu depan gua.

Gua tidak jadi mengambil sebatang rokok dari dalam bungkusnya. Kemudian tersenyum kecut memandangi wanita berhijab biru muda yang sudah duduk disamping gua ini.

"Ini nih, nih liat... Udah endut akunya, gak boleh ada asep rokok di dalem rumah ini.. Mau aku ama anaknya sakit ?", ucapnya sambil menunjuk perutnya sendiri, karena melihat wajah gua yang cemberut.

"Ya enggak dong beibih.. Sini kecup dulu ama Ayah..", jawab gua seraya membungkukkan tubuh lalu mencium lembut perutnya yang sudah membesar itu.

Jemari tangannya megusap-usap rambut gua selama bibir ini masih menempel pada perut bagian luarnya yang tertutup pakaian gamisnya. Kemudian gua menempelkan sisi wajah ke perutnya itu, lalu menatap wajahnya dari bawah sini.

"Kok gak gerak-gerak yak ? Hehehe..", tanya gua.

"Ya belumlah, baru juga mau enam bulan, Mas... Kenapa ? Gak sabar ya ? Hihihihi..".

"Iya gak sabar ngemong si debay, hehehe..".

"Kalo gitu do'a in aku sama debaynya biar sehat".

"Pastilah itu ma, apa mau malem ini ?", tanya gua seraya bangkit dan tersenyum.

"Abis shalat malem aja, kamu abisin kopinya dulu terus istirahat ya..", jawab Nona Ukhti, sang wanita yang selalu gua cintai sebagai istri gua itu.

"Okey".

Istri gua tidur lebih dulu, sedangkan gua menyusul tidak lama setelah menghabiskan kopi dan dua batang rokok di halaman belakang.


°°°


Tentang Rasa - Astrid


Pukul setengah dua pagi alarm pada jam weker di atas meja kecil dekat kasur berbunyi cukup keras, membangunkan gua dan istri. Istri gua terlebih dulu mengambil wudhu dan melaksanakan shalat sunnah dua raka'at.

Gua baru saja selesai berwudhu ketika dia sedang duduk diatas kasur sambil membaca kitab suci Al-Qur'an. Lalu gua melaksanakan shalat sunnah dua raka'at, memohon perlindungan kepada Allah SWT untuk anak yang dititipkan-Nya dalam kandungan wanita yang sudah menjadi istri gua itu, dan tentu saja tidak lupa untuk keselamatan sang istri tercinta juga.

Selesai beribadah di pagi buta, gua menghampiri Nona Ukhti yang sedang rebahan diatas kasur, dia sudah selesai membaca kitab suci, dan itu artinya kini giliran gua untuk membaca surat Maryam yang menjadi salah satu surat dalam Al-Qur'an.

Pagi itu, hampir sama rasanya seperti saat dulu gua membacakan surat Maryam ketika masih bersama Echa yang sedang mengandung Jingga.

Semakin lama gua membaca, lambat laun kedua mata istri gua terpejam, senyumannya pun mulai nampak hilang dari pandangan gua yang sesekali menatap wajahnya yang manis dan nampak keletihan diserang rasa kantuk.

Gua usap kening yang sedikit basah karena berkeringat, padahal pendingin di dalam kamar sudah gua nyalakan walaupun tidak terlalu besar. Selesai membaca surat Maryam, gua tutup kitab suci tersebut lalu menaruhnya diatas meja kecil dekat kasur.

Gua buka kopiah yang sebelumnya gua pakai, dan duduk bersimpuh di samping ranjang. Kedua tangan ini menggenggam lembut jemari-jemari lentik dan halus dari wanita yang sangat gua cintai lalu mengecup berulang-ulang punggung tangannya itu.

Ada perasaan haru yang saat itu menyeruak secara tiba-tiba di dalam hati gua. Gua menatapnya dengan segala perasaan cinta yang ada di dalam hati ini.

Tanpa terasa airmata gua mulai menetes perlahan-lahan, tepat saat secara tidak sengaja memori di otak gua memunculkan beberapa momen saat dahulu kami masih berseragam putih-abu. Kemudian saat momen dimana dia dan gua kuliah di kota yang berbeda, hingga akhirnya memori ini sampai kepada sebuah momen dimana wanita yang sedang berbaring dan terlelap dalam damai itu harus mengalami kejadian yang sangat memilukan.

Menurut beberapa orang, waktu di malam hari atau di pagi buta nan gelap adalah waktu yang tepat untuk merenungkan apa saja yang telah kita lewati selama ini. Dan gua sependapat akan hal tersebut.

Segala bentuk emosi di pagi buta itu tertumpah dari dalam hati ini. Kembali gua tersadar, bahwa apa yang sudah gua dan dia, Vera, lewati selama ini bukanlah sebuah kebetulan belaka. Ya gua yakin apa yang sudah kami berdua jalani selama ini pastilah atas kehendak Allah SWT.

Dari titik dimana kami bertemu di sekolah dulu hingga akhirnya dia menjadi pendamping hidup gua. Apapun alasannya, apapun cerita yang pernah terjadi dengan gua dan Echa sebelum bersama Vera, gua sadar pada akhirnya, ternyata Allah SWT memang sudah menuliskan, bahwa kedua wanita tersebut akan bersanding sebagai istri gua di dunia ini.

Gua berterimakasih kepada Sang Maha Esa atas apa yang sudah diberikan kepada gua, lelaki yang rapuh, lelaki yang penuh dosa, yang mencoba menjadi lebih baik dan berusaha membawa keluarga kecilnya untuk bisa berjalan di jalan yang telah di ridhoi oleh-Nya.

Echa maupun Vera sudah membuat gua sadar, bahwa kelak suatu saat nanti segala apa yang gua buat dan gua bangun di dalam keluarga ini akan di pertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Mungkin saat ini, gua masih jauh dari kata berhasil dalam membangun rumah tangga gua, entah bersama Echa atau Vera, tapi setidaknya gua berusaha setiap harinya, setiap jamnya, setiap menitnya, bahkan mungkin setiap detiknya, agar gua selalu mawas diri, agar gua bisa menjadi pemimpin yang baik, yang adil, yang patut ditaati oleh istri gua dan anak yang ada di dalam kandungan istri tercinta gua itu.

Gua usap airmata yang membasahi wajah gua dengan jemari tangan, kemudian gua melepaskan baju koko yang gua pakai untuk beribadah sebelumnya, baru kemudian gua berbaring di samping Nona Ukhti.

Mata gua belum mau terpejam, beberapa kali gua melirik wanita manis itu yang sudah larut dalam mimpinya. Tubuhnya bergerak pelan naik-turun seiring tarikan dan hembusan nafasnya yang lembut. Gua tersenyum tipis, lalu beringsut mendekatinya.

Gua mengecup perutnya yang berselimut bedcover, kemudian keningnya sambil berbisik pelan sekali.

'Selamat tidur sayang, Tuhan menjagamu dan anak kita'.


*
*
*

Tentang cinta yang datang perlahan
Membuatku takut kehilangan
Ku titipkan cahaya terang
Tak padam di dera goda dan masa

Dapatkah selamanya kita bersama
Menyatukan perasaan kau dan aku
Semoga cinta kita kekal abadi
Sesampainya akhir nanti selamanya
Diubah oleh glitch.7 17-02-2018 17:40
dany.agus
fatqurr
oktavp
oktavp dan 4 lainnya memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.