- Beranda
- Stories from the Heart
Sonne Mond und Stern
...
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Tak Lagi Sama - Noah
Spoiler for Cover Stories:
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.
Quote:
Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

*mulustrasi karakter dalam cerita ini
Quote:
*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
glitch.7
#5193
Sebelum Cahaya
PART XXXVII
Hari ini gua libur kerja, setelah shalat subuh gua kembali menarik selimut dan bangun agak siang.
Gua mengerjapkan mata saat tangan halus istri gua menepuk pelan bahu ini.
"Hmm ?".
"Bangun sayang, udah jam setengah sepuluh..", ucap istri gua sambil tersenyum.
"Hoooamm.. Kamu mau kemana ?", tanya gua setelah duduk diatas kasur dan melihatnya yang sudah berdandan cukup rapih.
"Aku mau pergi sama Nenek ya, mau ke pasar", jawabnya girang.
Ooh ini pasti dia mau masak nih, pikir gua. Memang selama disini, di rumah Nenek, istri gua selalu meminta Nenek untuk berbagi ilmu memasak.
Setelah Nenek dan Nona Ukhti pergi ke pasar menggunakan mobil, gua pun bergegas mandi dan menyeduh kopi. Sebelumnya gua sempat sarapan nasi kuning yang dibelikan Nenek.
Hari minggu gak ada kerjaan kayak gini kadang suka bingung mau ngapain, cuma duduk santai sambil ngopi di teras depan kamar.
Akhirnya gua memutuskan untuk mengontak Unang. Siapa tau dia ada di rumahnya. Tapi sayang, si Unang udah punya cewe alias pacar katanya, lagi jalan-jalan. Dewa, Robbi, Icol dan Rekti juga pada sibuk sama urusannya masing-masing. Gabut ini ma...
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, tapi istri gua masih tawaf di mall katanya, abis ke pasar, dia dan Nenek cuci mata ke toko baju, biasalah perempuan.
Entah ide darimana, tiba-tiba dengan cueknya gua pun bergegas pergi menggunakan motor ke rumah salah satu mantan. Niatnya cuma buang rasa jenuh aja, daripada di rumah sendirian.
Bukan tanpa alasan sih sebenernya gua berani main ke rumahnya, karena gua yakin aja di hari minggu ini pasti ada suaminya juga, jadi kalau gua bertamu ke rumahnya bisa santai, ngobrol-ngobrol sama lakinya juga.
Setengah dua belas siang gua sampai di depan rumah si Nyonya Feri.
"Assalamualaikum..", gua mengucapkan salam di depan pintu rumah yang terbuka.
"Walaikumsalam, hey Mas...", jawab Mba Yu yang berjalan menghampiri dari dapur.
"Tumben kesini gak bbm dulu, sama Vera ?", tanyanya setelah berdiri dihadapan gua.
"Enggak, Mba.. Istri ku lagi pergi sama Nenek.. Feri ada ?".
"Ooh.. Suami ku gak pulang dari kemarin, ada kerjaan lagi diluar kota katanya, ada apa ? Tumben cari dia, eh ayo masuk".
Gua pun masuk kedalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu. Mba Yu duduk di sofa sebrang gua.
"Enggak ada apa-apa, cuma mau maen aja kesini, ngobrol sama Feri, bosen di rumah sendirian.. Hehe..", jawab gua.
"Ooh.. Kirain ada penting ama suami ku. Mau ngopi ?", tawarnya.
"Enggak ah, udah ngopi tadi.. Sirup aja kalo ada, Mba..", jawab gua.
Kemudian Mba Yu pun kembali ke dapur membuatkan gua minuman dingin.
Sambil nunggu Mba Yu balik ke ruang tamu. Gua memandangi dinding di ruang tamu ini, ada foto pengantin sang pemilik rumah. Mesra dengan senyuman bahagia mereka yang nampak jelas. Gua ikut tersenyum, sampai akhirnya beberapa detik kemudian gua sadar ada yang aneh sebenarnya. Atau cuma perasaan gua...
Mba Yu kembali dengan segelas es sirup untuk gua, kemudian kembali duduk dihadapan gua.
"Makasih, Mba.. Mmm.. Mba.. Aku mau nanya..", ucap gua mengawali obrolan.
"Kenapa ?".
"Feri sering banget ya ke luar kota..?", tanya gua.
"Ya gitulah, lagi ada proyek di tempat kerjanya. Kemarin dari Banten, terus sekarang ke Bandung. Gimana lagi ? Namanya kerjaan, mau enggak mau aku ditinggal terus... Tapi tadi ada Mamah kesini sama Papah.. Gak lama mereka pulang, eh kamu dateng", jawabnya.
"Oooh..".
Jujur aja, gua sebagai lelaki sebenarnya udah naruh curiga duluan ke suaminya Mba Yu gua ini. Apa ya, ada perasaan aneh aja saat itu. Feri itu baru bekerja satu tahun tapi kok rasanya udah biaa dipercaya nanganin proyek besar di luar kota oleh perusahaannya. Mungkin gua berlebihan tapi nyatanya di kemudian hari terbukti kalo kecurigaan gua itu benar-benar terjadi.
Menurut pengakuan Feri ke Mba Yu, satu hari sebelum mereka bercerai di Bab V. Feri mengatakan kalau ternyata dia memang sudah berhubungan lama dengan perempuan lain, jauh sebelum mereka berdua menikah. Dan pekerjaannya di luar kota selama di awal pernikahan seperti ini adalah alasan yang dibuat Feri, agar Feri bisa berduaan dengan selingkuhannya itu.
Sedih rasanya saat gua diminta untuk menuliskan kejadian sebenarnya oleh Mba Yu seperti diatas.
Gua saat itu, tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga mereka, walaupun ada kecurigaan tapi gua gak punya hak apapun. Toh saat itu gua masih berprasangka, gua dan Mba Yu belum mengetahui kalau Feri benar-benar selingkuh.
Mba Yu sama sekali tidak menaruh curiga apapun ke suaminya jika ada pekerjaan di luar kota seperti saat ini. Karena di mata Mba Yu, Feri adalah sosok lelaki yang setia. Mba Yu bisa menilai seperti itu karena selama mereka pacaran, tidak pernah Feri bepergian dengan perempuan lain, apalagi selingkuh. Yang nyatanya, Feri bermain rapih, sangat rapih menurut gua, apalagi ditambah dengan kepercayaan Mba Yu, semakin aman aja dia saat itu.
Cukup lama gua mengobrolkan apa saja dengan mantan seksi gua ini, sampai gua lupa sendiri untuk mengabarkan istri gua.
Telpon gua berdering ketika gua masih tertawa mendengar cerita Mba Yu.
"Eh bentar, Vera nelpon...", ucap gua memotong obrolan.
Gua pun mengangkat telpon dari istri tercinta.
"Mba, aku pulang ya. Istriku da di rumah lagi masak", ucap gua sambil berdiri dari duduk.
"Oh gitu, yaudah salam untuk istri kamu dan Nenek ya, Mas..", jawabnya sambil ikut berdiri.
"Okey, aku pulang ya, Mba. Wassalamualaikum", ucap gua berpamitan.
"Walaikumsalam, hati-hati di jalan".
Sekitar setengah jam kemudian gua sudah sampai di rumah Nenek. Setelah memarkirkan motor dibelakang mobil Nona Ukhti, gua masuki rumah lewat pintu utama dan berjalan menuju dapur.
Gua lihat disana ada dua orang wanita yang gua sayangi. Nenek dan istri tercinta.
"Wah masak apa nih...?", sapa gua setelah berdiri disamping istri yang hari itu mengenakan gamis berwarna krem.
"Sayur lodeh, Za. Sama ayam goreng", jawab istri gua sambil tetap memotong ayam.
"Mantep, buruan yak, laper nih.. Hehehe", timpal gua sambil berjalan keluar dari dapur.
Tapi belum sempat gua berjalan menjauh, jawaban yang gua dengar dari wanita manis itu membuat gua berhenti berjalan.
"Kirain udah makan di rumah mantan".
Gua membalikkan badan, menatap tubuhnya yang membelakangi gua. Lalu berjalan menghampirinya lagi. Sebelum gua sempat mengucapkan sesuatu untuk istri gua itu, Nenek yang berada tidak jauh dari tempat kami berdiri melirik gua, lalu menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah serius.
Kode ekspresi yang Nenek berikan itu membuat gua mengurungkan niat untuk menggoda istri tercinta. Gak beres ternyata...
"Hey, maaf tadi aku gak sempet ngabarin kamu, gak maksud kok untuk pergi diem-diem, tadi bete aja dirumah sendirian.. Maaf ya, sayang", ucap gua sedikit berbisik sambil merangkul pinggangnya.
Istri gua masih fokus dengan bahan masakan yang ia olah. Dia tidak menjawab penjelasan gua tadi, malah dentuman pisau yang beradu dengan cutting board semakin terdengar jelas di telinga ini.
Taakk! Tak! Tak! kurang lebih begitulah suara pisau yang memotong bagian ayam mentah yang akhirnya bertemu dengan cutting board.
Gua menelan ludah, lalu melepaskan pelukan dari pinggangnya. Terbesit pikiran, kalau-kalau dia khilaf dan emosinya mendidih, bisa-bisa dia masak usus goreng kadal bentar lagi. Gak kebayang usus gua berceceran deh... Menjauh dari wanita yang sedang cemburu dan memegang benda tajam adalah pilihan bijak saat ini.
Gua menjauh dan lebih memilih duduk di teras depan kamar sambil merokok.
Istri gua cemburu ? Sama Mba Yu ?. Hal itulah yang memenuhi pikiran gua. Asap rokok memenuhi langit-langit teras, gua yang masih larut memikirkan kecemburuan Nona Ukhti sedikit terkejut ketika Nenek keluar dari pintu kamar gua yang menghubungkan ke teras ini.
"Za..".
"Eh, Nek..".
Lalu Nenek duduk di salah satu sofa dan menatap gua serius.
"Kenapa, Nek ?", tanya gua yang heran melihat ekspresinya itu.
"Nenek mau ngomong sama kamu soal Sherlin dan istri mu itu", ucap beliau.
"Ada apa gitu sama mereka ?", gua matikan rokok yang belum habis terbakar kedalam asbak.
"Kamu tuh dari dulu selalu gini. Udah punya pasangan masih aja suka deket sama perempuan lain, Za. Dulu waktu kamu pacaran sama Sherlin, kamu malah deketin Luna, terus Siska.. Nikah sama Echa, kamu deketin Vera. Sekarang ? Kamu deketin Sherlin lagi, gimana kamu tuh ?. Jaga perasaan istri kamu loch, Za".
Gile, gua langsung dibrondong penjelasan kayak gitu sama Nenek.
"Eeu.. Tapikan aku gak ada apa-apa sama Mba Yu, Nek. Kita semua tau, aku udah punya keluarga, Mba Yu juga gitu kan ? Udah sama Feri", jawab gua.
"Ya ampun, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya main sama perempuan lain, maksud Nenek ya Sherlin. Apalagi tadi kamu kerumahnya cuma ada dia kan ?. Istri mu cemburu, dia curhat sama Nenek".
"Serius, Nek ? Masa sih ? Perasaan dia biasa aja ah", gua masih enggak percaya.
"Denger ya Za. Kamu tau dari dulu Nenek setuju banget sama hubungan kamu dan Sherlin, Nenek berharap kamu memang bisa menikah dengan dia. Tapi itu dulu, Za. Dan Nenek sadar, pilihannya ada di kamu, karena kamu yang menjalankannya. Vera yang kamu pilih adalah wanita yang baik. Nenek gak ada masalah dengan itu. Dan sekarang kamu harus paham posisi kamu, posisi Vera dan juga Sherlin. Jangan nganggap ini hal biasa, Za. Atau jadi boomerang di kemudian hari untuk kamu dan Vera...".
Boomerang ? Kok gitu sih ?.
Gua yang masih memikirkan ucapan Nenek akhirnya ikut kembali kedalam rumah setelah Istri tercinta memanggil dan menyuruh kami makan siang.
...
Beberapa hari berlalu seperti biasa. Gua kembali bekerja di ibu kota, sedangkan Istri gua masih mengerjakan skripsinya di rumah sebelum kembali ke Singapore.
Aktifitas gua kembali seperti sebelumnya dalam beberapa hari terakhir, yaitu pulang bareng Mba Yu. Istri gua tau akan hal ini, so far gak ada masalah atau cemburu seperti hari minggu itu.
Sore ini gua pulang seperti biasa, sekitar pukul enam sore gua sudah berada di depan kantor Mba Yu. Setelah mengabarkan perempuan seksi itu lewat bbm, gua membakar sebatang rokok dan bersandar disamping mobil.
Sebelum benar-benar habis rokok yang gua hisap, seorang perempuan seksi berjalan dari arah area kantornya. Dandannya seksi banget. Kemeja putih yang dibalut balzer hitam itu nampaknya cukup ketat. Rok hitam diatas lutut dan high-heels yang ia kenakan semakin membuat pikiran liar gua tidak bisa dikontrol. Dasar otak cowo...
"Hai, lama ya ?", sapanya setelah berdiri di dekat gua.
Gua tidak langsung menjawab, tapi memperhatikan dirinya dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Sempurna banget kamu", ucap gua secara spontan.
Jujur aja, gua terkesima dengan penampilannya hari itu. Seksi, bener-bener seksi. Mampus deh gua....
"Apaan sih, Mas. Kok ngeliatinnya gitu ?", ucapnya sedikit tersipu.
Sepanjang perjalanan pulang, gua sengaja menyetel lagu romantis. Biar kesannya lebih dapet suasana aja. Entah kenapa hari itu gua benar-benar terpukau sama mantan yang sedang duduk dibangku samping gua ini.
"Mba, makan dulu yu..", ajak gua tiba-tiba sebelum memasuki tol.
"Kamu ngajak aku dinner ?".
Gua menoleh kepadanya dengan senyuman yang manis. "Yap.. Mau kan ?".
Dia tersenyum dengan ekspresi wajah keheranan. "Tumben, ada apa sih ?".
"Cuma pingin ngebales penampilan kamu hari ini, hehehe... Cantik banget", jawab gua.
"Hah ? Kamu tuh kenapa sih, aneh deh..".
"Anggep aja aku mengapresiasi penampilan kamu dengan ngajakin makan malam.. Okey ?".
"Hahaha.. Ada-ada aja ih..", dia tertawa sambil menutup mulutnya dengan satu tangan.
Fvck, sumpah hari itu dia cantik dan seksi banget. Help me Captain..
"Mau gak ?", tanya gua lagi.
"Yaudah terserah deh", jawabnya dengan tersenyum manis pake banget.
Gua lajukan kendaraan menuju salah satu mall yang cukup elite di ibu kota. Sampai disana dan memarkirkan mobil, gua berjalan berdampingan dengannya, seperti sepasang kekasih walaupun tidak saling mengeggam tangan.
"Mau makan apa ?", tanya gua yang melirik kearah deretan restoran dihadapan kami.
"Terserah yang neraktir aja deh".
Gua memilih mengajaknya ke salah satu restoran yang menyajikan menu asia saat itu.
Sambil menikmati makanan, gua yang duduk berhadapan dengannya benar-benar dibuat gagal fokus. Entah sudah berapa kali mata ini mencuri-curi pandang kearah wajahnya yang cantik.
"Apaan sih... Ngeliatin mulu daritadi", ucapnya tiba-tiba yang sadar gua perhatikan.
"Kamu cantik", jawab gua singkat.
Mba Yu menaruh sendok dan garpu diatas piring, lalu menggesernya. Dia lipat kedua tangan diatas meja dan menatap gua tajam.
"Ada apa, Mas ? Aku serius".
"Kamu cantik", ucap gua mengulang jawaban sebelumnya.
"Makasih. Terus kenapa ?".
"Aku enggak tau kenapa.. Aku lagi... Mmmmpp.. Gak tau deh. Yang jelas hari ini aku bener-bener ngerasa kalo kamu lagi cantik-cantiknya, Mba", jawab gua serius.
"Pulang yu", ajaknya langsung dengan tersenyum.
Saat gua sudah membayar makanan di kasir dan baru saja hendak keluar restoran, gua dikejutkan oleh sebuah tepukan pada bahu gua.
"Doorr.. Hayooo ngapain...?".
Gua menengok kesamping. "Loch, Kak ?".
"Hehehe.. Ciee abis makan berdua nih yee..", ucap Tante gua itu yang sedang bersama pacarnya.
"Hehe, iya abis pulang kerja tadi, laper. Yaudah makan dulu disini. Kamu mau kemana ?", tanya gua kepada Kinanti.
"Mau makan juga, kok berdua aja, Za ? Vera mana ?".
"Ooh. Ada dia di rumah, gak ikut..", jawab gua.
"Hey Sher..", lalu Kinan menyapa Mba Yu.
"Hey, Kinan.. Apa kabar ?", jawab Mba Yu yang langsung menanyakan kabar Tante gua itu.
Enggak lama kami mengobrol dengan Kinan di depan resto, karena waktu juga udah semakin larut, akhirnya kami berdua pamit pulang duluan, sedangkan Tante gua baru akan makan bersama pacarnya itu.
Di mobil menuju kota kami, gua kembali menyetel lagu romantis, saat itu gua masih ingat, gua setel lagunya My Heart Will Go On yang terlantun indah dari solois Celine Dion.
Sepanjang perjalanan itu kami tidak banyak mengobrol. Hanya suara musik yang menjadi pemecah kesunyian. Gua yang larut dengan perasaan aneh di dalam hati ini seakan-akan lupa dengan status kami masing-masing.
"Mas...".
"Ya ?".
"Kamu gak lagi jatuh cinta kan ?", tanyanya tiba-tiba saat kami sudah berada di dekat rumahnya.
...
Malam harinya ketika gua sudah di rumah Nenek. Gua sedang menonton televisi di dalam kamar, istri gua baru saja membersihkan wajahnya dan keluar dari kamar mandi.
"Loch ? Kok belum dicuci mukanya ?", tanya gua yang melihat wajahnya masih penuh dengan cream berwarna putih.
"Nanti, lima menit lagi", jawabnya pelan.
Dia duduk diatas kasur, bersandar ke dinding tembok dibelakangnya. Gua yang berada disampingnya tersenyum melihat wajahnya itu.
"Kenapa ?", tanyanya melirik kepada gua dan tidak jadi membuka majalah wanita yang ia pegang.
"Lucu, hehehe.. Kaya hantu", jawab gua terkekeh pelan.
Tuk! pala gua dipukul pelan pake majalah.
"Dasar.. Istri sendiri dibilang hantu", ucapnya lalu menjulurkan lidah.
"Hehehe... Canda beibh".
"Beibh ?", dia kembali melirik kepada gua dengan mata yang memicing.
"Lagi kangen ama kamu, hehehe", gua peluk tubuhnya dari samping.
"Apaan sih, ah.. Diem ah, Za. Aku lagi maskeran ih!", dia mengelak, melepaskan pelukan gua.
"Idiih, suka nolak gitu... Cium niiihh", goda gua seraya mendekati tubuhnya.
Niatnya sih mau menaiki gunung tapi dasar apes, pala gua malah ditoyor sama tangannya.
"Iiih.. Enggak mau ah.. Lagi males aku!", ucapnya sedikit keras, gua rasa seperti membentak.
"Galak amat sih, Ve ?", tanya gua dengan wajah memelas.
"Bodo!", jawabnya sambil berdiri dan menuju pintu kamar.
Gua tahan tangannya sebelum dia keluar kamar.
"Hey hey... Kok marah ? Ada apa sih sayang ?", tanya gua serius yang sudah berdiri berhadapan.
Matanya tajam menatap gua.
"Kamu tuh maunya apa sih, Za ?", tanyanya dengan nada yang tidak enak didengar.
"Aku ma gak mau apa-apa, sayang. Daritadi juga cuma bercanda ngegodain kamu. Kamunya malah marah gini, ada apa sih ?".
"Ngegodain aku apa ngegodain perempuan lain ?".
"Loch ? Kok gitu sih ?", tanya gua kebingungan.
"Tau ah. Pikir aja sendiri, aku cape mau istirahat", jawabnya seraya kembali berjalan kearah pintu kamar.
"Hey hey.. Ini kan kamar kita sayang.. Kamu mau tidur dimana ?", tanya gua sedikit berteriak karena dia sudah keluar kamar.
"Kamar Nenek", jawabnya singkat dan berlalu.
Gua menghela nafas lalu duduk lagi diatas kasur. Mata gua menatap layar televisi, tapi pikiran gua bukan kepada acara yang tayang malam itu.
Setengah jam kemudian Nenek masuk ke kamar gua sendirian. Dia menggelengkan kepalanya dan berdiri diambang pintu kamar.
"Vera mana, Nek ?", tanya gua.
"Gak mau diganggu sama playboy katanya", jawab Nenek.
Sialan, ucap gua dalam hati.
"Aku gak ngerti maksud dia", ucap gua.
"Nenek bilang apa kemaren-kemaren ? Kerasa kan ? Ngapain kamu ajak Sherlin makan berdua tadi ?", tanyanya Nenek menyelidik.
"Loch ? Nenek tau darimana ?".
"Kinan ngabarin Vera, pantes kamu pulang telat banget. Udah sekarang sana ke kamar Nenek. Bujuk istri kamu, minta maaf sana cepet", jawabnya.
Gua menghela nafas. Ah ketauan juga. Sengaja memang gua gak bilang ke istri takut salah paham, tapi kenyataannya malah lebih buruk dari yang gua kira. Gak bisa gua ma sembunyi-sembunyi dari Nona Ukhti.
"Ve..", gua duduk diatas kasur Nenek.
Istri gua sedang tiduran menyamping. Dia memeluk guling.
"Hey, aku minta maaf sayang", lanjut gua sambil memegang pundaknya.
Tidak ada jawaban apapun. Beberapa saat kami terdiam, lalu tidak lama kemudian, gua mendengar suara terisak.
"Sayang, maafin aku. Aku gak da maksud berbohong sama kamu, aku cuma makan doang kok sama Mba Yu, sumpah. Aku sama dia gak ada apa-apa...", ucap gua lagi yang kali ini sambil menarik pelan tubuhnya agar bisa menatap wajahnya.
Dia berbalik, matanya sudah menangis. Gua benar-benar merasa bersalah dan menyesal sekarang.
"Aku mau pulang ke Singapore besok", jawabnya parau.
Gua mengerjapkan mata saat tangan halus istri gua menepuk pelan bahu ini.
"Hmm ?".
"Bangun sayang, udah jam setengah sepuluh..", ucap istri gua sambil tersenyum.
"Hoooamm.. Kamu mau kemana ?", tanya gua setelah duduk diatas kasur dan melihatnya yang sudah berdandan cukup rapih.
"Aku mau pergi sama Nenek ya, mau ke pasar", jawabnya girang.
Ooh ini pasti dia mau masak nih, pikir gua. Memang selama disini, di rumah Nenek, istri gua selalu meminta Nenek untuk berbagi ilmu memasak.
Setelah Nenek dan Nona Ukhti pergi ke pasar menggunakan mobil, gua pun bergegas mandi dan menyeduh kopi. Sebelumnya gua sempat sarapan nasi kuning yang dibelikan Nenek.
Hari minggu gak ada kerjaan kayak gini kadang suka bingung mau ngapain, cuma duduk santai sambil ngopi di teras depan kamar.
Akhirnya gua memutuskan untuk mengontak Unang. Siapa tau dia ada di rumahnya. Tapi sayang, si Unang udah punya cewe alias pacar katanya, lagi jalan-jalan. Dewa, Robbi, Icol dan Rekti juga pada sibuk sama urusannya masing-masing. Gabut ini ma...
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, tapi istri gua masih tawaf di mall katanya, abis ke pasar, dia dan Nenek cuci mata ke toko baju, biasalah perempuan.
Entah ide darimana, tiba-tiba dengan cueknya gua pun bergegas pergi menggunakan motor ke rumah salah satu mantan. Niatnya cuma buang rasa jenuh aja, daripada di rumah sendirian.
Bukan tanpa alasan sih sebenernya gua berani main ke rumahnya, karena gua yakin aja di hari minggu ini pasti ada suaminya juga, jadi kalau gua bertamu ke rumahnya bisa santai, ngobrol-ngobrol sama lakinya juga.
Setengah dua belas siang gua sampai di depan rumah si Nyonya Feri.
"Assalamualaikum..", gua mengucapkan salam di depan pintu rumah yang terbuka.
"Walaikumsalam, hey Mas...", jawab Mba Yu yang berjalan menghampiri dari dapur.
"Tumben kesini gak bbm dulu, sama Vera ?", tanyanya setelah berdiri dihadapan gua.
"Enggak, Mba.. Istri ku lagi pergi sama Nenek.. Feri ada ?".
"Ooh.. Suami ku gak pulang dari kemarin, ada kerjaan lagi diluar kota katanya, ada apa ? Tumben cari dia, eh ayo masuk".
Gua pun masuk kedalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu. Mba Yu duduk di sofa sebrang gua.
"Enggak ada apa-apa, cuma mau maen aja kesini, ngobrol sama Feri, bosen di rumah sendirian.. Hehe..", jawab gua.
"Ooh.. Kirain ada penting ama suami ku. Mau ngopi ?", tawarnya.
"Enggak ah, udah ngopi tadi.. Sirup aja kalo ada, Mba..", jawab gua.
Kemudian Mba Yu pun kembali ke dapur membuatkan gua minuman dingin.
Sambil nunggu Mba Yu balik ke ruang tamu. Gua memandangi dinding di ruang tamu ini, ada foto pengantin sang pemilik rumah. Mesra dengan senyuman bahagia mereka yang nampak jelas. Gua ikut tersenyum, sampai akhirnya beberapa detik kemudian gua sadar ada yang aneh sebenarnya. Atau cuma perasaan gua...
Mba Yu kembali dengan segelas es sirup untuk gua, kemudian kembali duduk dihadapan gua.
"Makasih, Mba.. Mmm.. Mba.. Aku mau nanya..", ucap gua mengawali obrolan.
"Kenapa ?".
"Feri sering banget ya ke luar kota..?", tanya gua.
"Ya gitulah, lagi ada proyek di tempat kerjanya. Kemarin dari Banten, terus sekarang ke Bandung. Gimana lagi ? Namanya kerjaan, mau enggak mau aku ditinggal terus... Tapi tadi ada Mamah kesini sama Papah.. Gak lama mereka pulang, eh kamu dateng", jawabnya.
"Oooh..".
Jujur aja, gua sebagai lelaki sebenarnya udah naruh curiga duluan ke suaminya Mba Yu gua ini. Apa ya, ada perasaan aneh aja saat itu. Feri itu baru bekerja satu tahun tapi kok rasanya udah biaa dipercaya nanganin proyek besar di luar kota oleh perusahaannya. Mungkin gua berlebihan tapi nyatanya di kemudian hari terbukti kalo kecurigaan gua itu benar-benar terjadi.
Menurut pengakuan Feri ke Mba Yu, satu hari sebelum mereka bercerai di Bab V. Feri mengatakan kalau ternyata dia memang sudah berhubungan lama dengan perempuan lain, jauh sebelum mereka berdua menikah. Dan pekerjaannya di luar kota selama di awal pernikahan seperti ini adalah alasan yang dibuat Feri, agar Feri bisa berduaan dengan selingkuhannya itu.
Sedih rasanya saat gua diminta untuk menuliskan kejadian sebenarnya oleh Mba Yu seperti diatas.
Gua saat itu, tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga mereka, walaupun ada kecurigaan tapi gua gak punya hak apapun. Toh saat itu gua masih berprasangka, gua dan Mba Yu belum mengetahui kalau Feri benar-benar selingkuh.
Mba Yu sama sekali tidak menaruh curiga apapun ke suaminya jika ada pekerjaan di luar kota seperti saat ini. Karena di mata Mba Yu, Feri adalah sosok lelaki yang setia. Mba Yu bisa menilai seperti itu karena selama mereka pacaran, tidak pernah Feri bepergian dengan perempuan lain, apalagi selingkuh. Yang nyatanya, Feri bermain rapih, sangat rapih menurut gua, apalagi ditambah dengan kepercayaan Mba Yu, semakin aman aja dia saat itu.
Cukup lama gua mengobrolkan apa saja dengan mantan seksi gua ini, sampai gua lupa sendiri untuk mengabarkan istri gua.
Telpon gua berdering ketika gua masih tertawa mendengar cerita Mba Yu.
"Eh bentar, Vera nelpon...", ucap gua memotong obrolan.
Gua pun mengangkat telpon dari istri tercinta.
Quote:
"Mba, aku pulang ya. Istriku da di rumah lagi masak", ucap gua sambil berdiri dari duduk.
"Oh gitu, yaudah salam untuk istri kamu dan Nenek ya, Mas..", jawabnya sambil ikut berdiri.
"Okey, aku pulang ya, Mba. Wassalamualaikum", ucap gua berpamitan.
"Walaikumsalam, hati-hati di jalan".
Sekitar setengah jam kemudian gua sudah sampai di rumah Nenek. Setelah memarkirkan motor dibelakang mobil Nona Ukhti, gua masuki rumah lewat pintu utama dan berjalan menuju dapur.
Gua lihat disana ada dua orang wanita yang gua sayangi. Nenek dan istri tercinta.
"Wah masak apa nih...?", sapa gua setelah berdiri disamping istri yang hari itu mengenakan gamis berwarna krem.
"Sayur lodeh, Za. Sama ayam goreng", jawab istri gua sambil tetap memotong ayam.
"Mantep, buruan yak, laper nih.. Hehehe", timpal gua sambil berjalan keluar dari dapur.
Tapi belum sempat gua berjalan menjauh, jawaban yang gua dengar dari wanita manis itu membuat gua berhenti berjalan.
"Kirain udah makan di rumah mantan".
Gua membalikkan badan, menatap tubuhnya yang membelakangi gua. Lalu berjalan menghampirinya lagi. Sebelum gua sempat mengucapkan sesuatu untuk istri gua itu, Nenek yang berada tidak jauh dari tempat kami berdiri melirik gua, lalu menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah serius.
Kode ekspresi yang Nenek berikan itu membuat gua mengurungkan niat untuk menggoda istri tercinta. Gak beres ternyata...
"Hey, maaf tadi aku gak sempet ngabarin kamu, gak maksud kok untuk pergi diem-diem, tadi bete aja dirumah sendirian.. Maaf ya, sayang", ucap gua sedikit berbisik sambil merangkul pinggangnya.
Istri gua masih fokus dengan bahan masakan yang ia olah. Dia tidak menjawab penjelasan gua tadi, malah dentuman pisau yang beradu dengan cutting board semakin terdengar jelas di telinga ini.
Taakk! Tak! Tak! kurang lebih begitulah suara pisau yang memotong bagian ayam mentah yang akhirnya bertemu dengan cutting board.
Gua menelan ludah, lalu melepaskan pelukan dari pinggangnya. Terbesit pikiran, kalau-kalau dia khilaf dan emosinya mendidih, bisa-bisa dia masak usus goreng kadal bentar lagi. Gak kebayang usus gua berceceran deh... Menjauh dari wanita yang sedang cemburu dan memegang benda tajam adalah pilihan bijak saat ini.
Gua menjauh dan lebih memilih duduk di teras depan kamar sambil merokok.
Istri gua cemburu ? Sama Mba Yu ?. Hal itulah yang memenuhi pikiran gua. Asap rokok memenuhi langit-langit teras, gua yang masih larut memikirkan kecemburuan Nona Ukhti sedikit terkejut ketika Nenek keluar dari pintu kamar gua yang menghubungkan ke teras ini.
"Za..".
"Eh, Nek..".
Lalu Nenek duduk di salah satu sofa dan menatap gua serius.
"Kenapa, Nek ?", tanya gua yang heran melihat ekspresinya itu.
"Nenek mau ngomong sama kamu soal Sherlin dan istri mu itu", ucap beliau.
"Ada apa gitu sama mereka ?", gua matikan rokok yang belum habis terbakar kedalam asbak.
"Kamu tuh dari dulu selalu gini. Udah punya pasangan masih aja suka deket sama perempuan lain, Za. Dulu waktu kamu pacaran sama Sherlin, kamu malah deketin Luna, terus Siska.. Nikah sama Echa, kamu deketin Vera. Sekarang ? Kamu deketin Sherlin lagi, gimana kamu tuh ?. Jaga perasaan istri kamu loch, Za".
Gile, gua langsung dibrondong penjelasan kayak gitu sama Nenek.
"Eeu.. Tapikan aku gak ada apa-apa sama Mba Yu, Nek. Kita semua tau, aku udah punya keluarga, Mba Yu juga gitu kan ? Udah sama Feri", jawab gua.
"Ya ampun, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya main sama perempuan lain, maksud Nenek ya Sherlin. Apalagi tadi kamu kerumahnya cuma ada dia kan ?. Istri mu cemburu, dia curhat sama Nenek".
"Serius, Nek ? Masa sih ? Perasaan dia biasa aja ah", gua masih enggak percaya.
"Denger ya Za. Kamu tau dari dulu Nenek setuju banget sama hubungan kamu dan Sherlin, Nenek berharap kamu memang bisa menikah dengan dia. Tapi itu dulu, Za. Dan Nenek sadar, pilihannya ada di kamu, karena kamu yang menjalankannya. Vera yang kamu pilih adalah wanita yang baik. Nenek gak ada masalah dengan itu. Dan sekarang kamu harus paham posisi kamu, posisi Vera dan juga Sherlin. Jangan nganggap ini hal biasa, Za. Atau jadi boomerang di kemudian hari untuk kamu dan Vera...".
Boomerang ? Kok gitu sih ?.
Gua yang masih memikirkan ucapan Nenek akhirnya ikut kembali kedalam rumah setelah Istri tercinta memanggil dan menyuruh kami makan siang.
...
Beberapa hari berlalu seperti biasa. Gua kembali bekerja di ibu kota, sedangkan Istri gua masih mengerjakan skripsinya di rumah sebelum kembali ke Singapore.
Aktifitas gua kembali seperti sebelumnya dalam beberapa hari terakhir, yaitu pulang bareng Mba Yu. Istri gua tau akan hal ini, so far gak ada masalah atau cemburu seperti hari minggu itu.
Sore ini gua pulang seperti biasa, sekitar pukul enam sore gua sudah berada di depan kantor Mba Yu. Setelah mengabarkan perempuan seksi itu lewat bbm, gua membakar sebatang rokok dan bersandar disamping mobil.
Sebelum benar-benar habis rokok yang gua hisap, seorang perempuan seksi berjalan dari arah area kantornya. Dandannya seksi banget. Kemeja putih yang dibalut balzer hitam itu nampaknya cukup ketat. Rok hitam diatas lutut dan high-heels yang ia kenakan semakin membuat pikiran liar gua tidak bisa dikontrol. Dasar otak cowo...
"Hai, lama ya ?", sapanya setelah berdiri di dekat gua.
Gua tidak langsung menjawab, tapi memperhatikan dirinya dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Sempurna banget kamu", ucap gua secara spontan.
Jujur aja, gua terkesima dengan penampilannya hari itu. Seksi, bener-bener seksi. Mampus deh gua....
"Apaan sih, Mas. Kok ngeliatinnya gitu ?", ucapnya sedikit tersipu.
Sepanjang perjalanan pulang, gua sengaja menyetel lagu romantis. Biar kesannya lebih dapet suasana aja. Entah kenapa hari itu gua benar-benar terpukau sama mantan yang sedang duduk dibangku samping gua ini.
"Mba, makan dulu yu..", ajak gua tiba-tiba sebelum memasuki tol.
"Kamu ngajak aku dinner ?".
Gua menoleh kepadanya dengan senyuman yang manis. "Yap.. Mau kan ?".
Dia tersenyum dengan ekspresi wajah keheranan. "Tumben, ada apa sih ?".
"Cuma pingin ngebales penampilan kamu hari ini, hehehe... Cantik banget", jawab gua.
"Hah ? Kamu tuh kenapa sih, aneh deh..".
"Anggep aja aku mengapresiasi penampilan kamu dengan ngajakin makan malam.. Okey ?".
"Hahaha.. Ada-ada aja ih..", dia tertawa sambil menutup mulutnya dengan satu tangan.
Fvck, sumpah hari itu dia cantik dan seksi banget. Help me Captain..
"Mau gak ?", tanya gua lagi.
"Yaudah terserah deh", jawabnya dengan tersenyum manis pake banget.
Gua lajukan kendaraan menuju salah satu mall yang cukup elite di ibu kota. Sampai disana dan memarkirkan mobil, gua berjalan berdampingan dengannya, seperti sepasang kekasih walaupun tidak saling mengeggam tangan.
"Mau makan apa ?", tanya gua yang melirik kearah deretan restoran dihadapan kami.
"Terserah yang neraktir aja deh".
Gua memilih mengajaknya ke salah satu restoran yang menyajikan menu asia saat itu.
Sambil menikmati makanan, gua yang duduk berhadapan dengannya benar-benar dibuat gagal fokus. Entah sudah berapa kali mata ini mencuri-curi pandang kearah wajahnya yang cantik.
"Apaan sih... Ngeliatin mulu daritadi", ucapnya tiba-tiba yang sadar gua perhatikan.
"Kamu cantik", jawab gua singkat.
Mba Yu menaruh sendok dan garpu diatas piring, lalu menggesernya. Dia lipat kedua tangan diatas meja dan menatap gua tajam.
"Ada apa, Mas ? Aku serius".
"Kamu cantik", ucap gua mengulang jawaban sebelumnya.
"Makasih. Terus kenapa ?".
"Aku enggak tau kenapa.. Aku lagi... Mmmmpp.. Gak tau deh. Yang jelas hari ini aku bener-bener ngerasa kalo kamu lagi cantik-cantiknya, Mba", jawab gua serius.
"Pulang yu", ajaknya langsung dengan tersenyum.
Saat gua sudah membayar makanan di kasir dan baru saja hendak keluar restoran, gua dikejutkan oleh sebuah tepukan pada bahu gua.
"Doorr.. Hayooo ngapain...?".
Gua menengok kesamping. "Loch, Kak ?".
"Hehehe.. Ciee abis makan berdua nih yee..", ucap Tante gua itu yang sedang bersama pacarnya.
"Hehe, iya abis pulang kerja tadi, laper. Yaudah makan dulu disini. Kamu mau kemana ?", tanya gua kepada Kinanti.
"Mau makan juga, kok berdua aja, Za ? Vera mana ?".
"Ooh. Ada dia di rumah, gak ikut..", jawab gua.
"Hey Sher..", lalu Kinan menyapa Mba Yu.
"Hey, Kinan.. Apa kabar ?", jawab Mba Yu yang langsung menanyakan kabar Tante gua itu.
Enggak lama kami mengobrol dengan Kinan di depan resto, karena waktu juga udah semakin larut, akhirnya kami berdua pamit pulang duluan, sedangkan Tante gua baru akan makan bersama pacarnya itu.
Di mobil menuju kota kami, gua kembali menyetel lagu romantis, saat itu gua masih ingat, gua setel lagunya My Heart Will Go On yang terlantun indah dari solois Celine Dion.
Sepanjang perjalanan itu kami tidak banyak mengobrol. Hanya suara musik yang menjadi pemecah kesunyian. Gua yang larut dengan perasaan aneh di dalam hati ini seakan-akan lupa dengan status kami masing-masing.
"Mas...".
"Ya ?".
"Kamu gak lagi jatuh cinta kan ?", tanyanya tiba-tiba saat kami sudah berada di dekat rumahnya.
...
Malam harinya ketika gua sudah di rumah Nenek. Gua sedang menonton televisi di dalam kamar, istri gua baru saja membersihkan wajahnya dan keluar dari kamar mandi.
"Loch ? Kok belum dicuci mukanya ?", tanya gua yang melihat wajahnya masih penuh dengan cream berwarna putih.
"Nanti, lima menit lagi", jawabnya pelan.
Dia duduk diatas kasur, bersandar ke dinding tembok dibelakangnya. Gua yang berada disampingnya tersenyum melihat wajahnya itu.
"Kenapa ?", tanyanya melirik kepada gua dan tidak jadi membuka majalah wanita yang ia pegang.
"Lucu, hehehe.. Kaya hantu", jawab gua terkekeh pelan.
Tuk! pala gua dipukul pelan pake majalah.
"Dasar.. Istri sendiri dibilang hantu", ucapnya lalu menjulurkan lidah.
"Hehehe... Canda beibh".
"Beibh ?", dia kembali melirik kepada gua dengan mata yang memicing.
"Lagi kangen ama kamu, hehehe", gua peluk tubuhnya dari samping.
"Apaan sih, ah.. Diem ah, Za. Aku lagi maskeran ih!", dia mengelak, melepaskan pelukan gua.
"Idiih, suka nolak gitu... Cium niiihh", goda gua seraya mendekati tubuhnya.
Niatnya sih mau menaiki gunung tapi dasar apes, pala gua malah ditoyor sama tangannya.
"Iiih.. Enggak mau ah.. Lagi males aku!", ucapnya sedikit keras, gua rasa seperti membentak.
"Galak amat sih, Ve ?", tanya gua dengan wajah memelas.
"Bodo!", jawabnya sambil berdiri dan menuju pintu kamar.
Gua tahan tangannya sebelum dia keluar kamar.
"Hey hey... Kok marah ? Ada apa sih sayang ?", tanya gua serius yang sudah berdiri berhadapan.
Matanya tajam menatap gua.
"Kamu tuh maunya apa sih, Za ?", tanyanya dengan nada yang tidak enak didengar.
"Aku ma gak mau apa-apa, sayang. Daritadi juga cuma bercanda ngegodain kamu. Kamunya malah marah gini, ada apa sih ?".
"Ngegodain aku apa ngegodain perempuan lain ?".
"Loch ? Kok gitu sih ?", tanya gua kebingungan.
"Tau ah. Pikir aja sendiri, aku cape mau istirahat", jawabnya seraya kembali berjalan kearah pintu kamar.
"Hey hey.. Ini kan kamar kita sayang.. Kamu mau tidur dimana ?", tanya gua sedikit berteriak karena dia sudah keluar kamar.
"Kamar Nenek", jawabnya singkat dan berlalu.
Gua menghela nafas lalu duduk lagi diatas kasur. Mata gua menatap layar televisi, tapi pikiran gua bukan kepada acara yang tayang malam itu.
Setengah jam kemudian Nenek masuk ke kamar gua sendirian. Dia menggelengkan kepalanya dan berdiri diambang pintu kamar.
"Vera mana, Nek ?", tanya gua.
"Gak mau diganggu sama playboy katanya", jawab Nenek.
Sialan, ucap gua dalam hati.
"Aku gak ngerti maksud dia", ucap gua.
"Nenek bilang apa kemaren-kemaren ? Kerasa kan ? Ngapain kamu ajak Sherlin makan berdua tadi ?", tanyanya Nenek menyelidik.
"Loch ? Nenek tau darimana ?".
"Kinan ngabarin Vera, pantes kamu pulang telat banget. Udah sekarang sana ke kamar Nenek. Bujuk istri kamu, minta maaf sana cepet", jawabnya.
Gua menghela nafas. Ah ketauan juga. Sengaja memang gua gak bilang ke istri takut salah paham, tapi kenyataannya malah lebih buruk dari yang gua kira. Gak bisa gua ma sembunyi-sembunyi dari Nona Ukhti.
"Ve..", gua duduk diatas kasur Nenek.
Istri gua sedang tiduran menyamping. Dia memeluk guling.
"Hey, aku minta maaf sayang", lanjut gua sambil memegang pundaknya.
Tidak ada jawaban apapun. Beberapa saat kami terdiam, lalu tidak lama kemudian, gua mendengar suara terisak.
"Sayang, maafin aku. Aku gak da maksud berbohong sama kamu, aku cuma makan doang kok sama Mba Yu, sumpah. Aku sama dia gak ada apa-apa...", ucap gua lagi yang kali ini sambil menarik pelan tubuhnya agar bisa menatap wajahnya.
Dia berbalik, matanya sudah menangis. Gua benar-benar merasa bersalah dan menyesal sekarang.
"Aku mau pulang ke Singapore besok", jawabnya parau.
***
Main Hati - Andra & The Back Bone.
...Kau pun datang ada yang berbeda
Mengapa begini apa yang terjadi
Tak pernah sebelumnya
Tak pernah ku duga...
Mengapa begini apa yang terjadi
Tak pernah sebelumnya
Tak pernah ku duga...
Diubah oleh glitch.7 18-01-2018 20:47
oktavp dan fatqurr memberi reputasi
2


