- Beranda
- Stories from the Heart
Sonne Mond und Stern
...
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Tak Lagi Sama - Noah
Spoiler for Cover Stories:
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.
Quote:
Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

*mulustrasi karakter dalam cerita ini
Quote:
*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
glitch.7
#4899
Sebelum Cahaya
PART XXXI
Baru tiga bulan sejak gua dan Nona Ukhti melangsungkan akad pernikahan, dan terhitung baru satu bulan dari kepulangan gua di Jogja saat resepsi itu, sekarang gua sudah kembali ke rutinitas di ibu kota, sedangkan istri gua sudah kembali lagi ke Singapore.
Siang itu gua sedang berada di restoran Jakarta. Seperti biasa, gua masih di dampingi oleh Nisa soal pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi juga manajerial restoran ini.
Di ruangan yang gua tempati sebenarnya hanya ada satu meja kerja yang cukup besar, dan karena gua masih perlu banyak belajar dari Nisa, mau enggak mau kami berdua harus berbagi meja tersebut untuk dipakai bekerja dengan laptop masing-masing.
Gua masih membaca tabel microsoft excel pada layar laptop ketika blackberry gua berdering cukup nyaring.
Gua menatap layar blackberry, lalu gua sadar, segitu cemburunya istri gua ?. Tumben juga kok dia jadi marah ya. Kenapa jadi gini....
"Mas Eza..".
Gua menengok ke pintu pantry.
"Makan siang bareng yu, Mas...", lanjut Nisa yang memang ternyata sudah berdiri diambang pintu.
"Okey, yu...", gua bangun dari duduk.
Tapi ada yang salah rasanya.
"Eh, Nis..".
"Ya, Mas ?".
"Kamu duluan aja deh ya, aku masih ada perlu dulu kayaknya", lanjut gua.
"Oh oke, Mas, kalo gitu saya duluan ya".
Nisa pun pergi duluan. Gua kembali ke ruang kerja.
Berusaha mengalihkan pikiran ternyata gak mudah juga, gak bisa fokus kerja kalo gini. Akhirnya gua memilih turun kebawah dan duduk di pos satpam restoran, sambil meminta tolong dipesankan kopi.
"Tumben, Mas Eza nongkrong disini", tanya satpam resto, ah biar gampang, panggil aja namanya Pak Rudi.
Pak Rudi ini udah cukup lama bekerja sebagai satpam di restoran cabang Jakarta, kalo gak salah ingat udah dari awal resto dibangun.
"Iya, Pak. Pingin ngerokok aja disini, loch kok kopinya cuma satu ?", tanya gua ketika melihat secangkir kopi.
"Saya udah ngopi duluan tadi, Mas. Silahkan Mas Eza aja yang ngopi".
"Makasih kalo gitu. Rokok, Pak..", gua menawarkan rokok yang gua taruh diatas meja pos satpam.
"Ada, Mas. Maklum bapak-bapak ma cocoknya kretek, hehehe", jawabnya sambil mengeluarkan sebungkus rokok samket.
Tidak lama sebuah chatt bbm masuk, yang ternyata dari istri gua. Intinya sih cuma nanyain udah makan siang apa belum. Setelah berbalas chatt dan menghabiskan kopi, gua pamit ke Pak Rudi untuk segera ke kantin.
Kantin karyawan di restoran ini letaknya ada di dekat Kitchen, saat itu gua duduk bersama karyawan lain sambil menikmati santap siang.
"Mas, mau jus jeruk ?", tanya Nisa yang tiba-tiba saja udah berdiri di samping gua ketika mencuci tangan di wastafel setelah selesai makan.
"Eh ? Oh gampang Nis, biar aku ambil sendiri aja", jawab gua.
"Enggak apa-apa, Mas. Biar aku ambilin sekalian", jawabnya sambil berlalu.
"Eeu.. Makasih", ucap gua pelan ketika dia sudah berjalan menjauh.
Beres mencuci tangan, gua mendekati Nisa yang sedang mengambil jus jeruk dan es teh manis yang memang disediakan untuk karyawan.
"Makasih ya, Nis. Aku bawa aja minumannya ke ruang kerja", ucap gua setelah menerima jus jeruk.
Nisa hanya tersenyum sambil mengangguk.
Gua kembali bekerja, Nisa juga udah balik lagi dan duduk di depan gua seperti biasa. Larut dengan kerjaan masing-masing. Tiba-tiba dia bertanya.
"Mas.. Mba Vera lagi skripsi ya ?", tanyanya sambil menengok kedepan, kepada gua.
"Hm ? Oh.. Iya, Nis. Dia lagi nyusun skripsi, tahun ini insya Allah selesai dan wisuda, mudah-mudahan lancar", jawab gua.
Nisa memang sedikit banyak mengetahui soal hubungan gua dengan istri gua, bukan perihal yang privasi banget sih, tapi ya yang umum seperti tadi. Saat Nona Ukhti yang masih studi di Singapore, dan hal-hal remeh lainnya. Saat akad pernikahan kami pun, Nisa datang dengan pacarnya juga. Jadi memang mereka sebenarnya sudah kenal walaupun hanya sebatas kenal selewat. Gua juga tau kalau dia sudah memiliki pacar dan sebentar lagi akan tunangan.
"Mba Vera ambil fakultas (sensor) kan ?", tanyanya lagi.
"Iya, Nis".
"Nanti kalo udah lulus, mau buka praktek di sini dong, Mas ?".
Gua mengangguk. "Iya, pasti itu sih, cita-citanya gitu katanya".
"Asyik dong, aku bakal langganan nanti, hehehe..", ucapnya lagi sambil terkekeh.
"Mau jadi pelanggan pertama gitu ? Kayaknya gak mungkin deh".
"Loch emang kenapa, Mas ?", tanyanya bingung.
"Yang pertama pasti Ibu ku duluan, hahahaha..".
"Oh maksudnya Bu Laras ? Iya juga sih, hehehe, tapi gak apa-apa, yang penting ada potongan harga aja nanti, hihihi...".
Setelah itu obrolan pun berlanjut, kami berdua malah asyik ngobrol soal kehidupan istri gua disana, lalu dia menanyakan gimana rasanya setelah menikah malah harus LDR. Jauh dari membahas soal kerjaan.
Cukup lama rasanya kami ngobrol sampai gak kerasa udah waktunya pulang kantor sore itu.
"Di jemput, Nis ?", tanya gua sambil memasukkan laptop kedalam tas.
"Iya, Mas.. Biasa, hihihi..", jawabnya seraya tersenyum.
"Oh.. Salam kalo gitu ke Adam", ucap gua lagi. Adam adalah pacar atau tunangannya Nisa.
"Iya, Mas".
Nisa terlebih dulu pamit, dan saat dia baru membuka pintu ruangan, gua kembali memanggilnya dari tempat gua duduk.
"Nis...".
"Ya, Mas ?", dia berbalik.
"Besok, kayaknya kita udah gak satu ruangan lagi...", jawab gua.
Siang itu gua sedang berada di restoran Jakarta. Seperti biasa, gua masih di dampingi oleh Nisa soal pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi juga manajerial restoran ini.
Di ruangan yang gua tempati sebenarnya hanya ada satu meja kerja yang cukup besar, dan karena gua masih perlu banyak belajar dari Nisa, mau enggak mau kami berdua harus berbagi meja tersebut untuk dipakai bekerja dengan laptop masing-masing.
Gua masih membaca tabel microsoft excel pada layar laptop ketika blackberry gua berdering cukup nyaring.
Quote:
Gua menatap layar blackberry, lalu gua sadar, segitu cemburunya istri gua ?. Tumben juga kok dia jadi marah ya. Kenapa jadi gini....
"Mas Eza..".
Gua menengok ke pintu pantry.
"Makan siang bareng yu, Mas...", lanjut Nisa yang memang ternyata sudah berdiri diambang pintu.
"Okey, yu...", gua bangun dari duduk.
Tapi ada yang salah rasanya.
"Eh, Nis..".
"Ya, Mas ?".
"Kamu duluan aja deh ya, aku masih ada perlu dulu kayaknya", lanjut gua.
"Oh oke, Mas, kalo gitu saya duluan ya".
Nisa pun pergi duluan. Gua kembali ke ruang kerja.
Berusaha mengalihkan pikiran ternyata gak mudah juga, gak bisa fokus kerja kalo gini. Akhirnya gua memilih turun kebawah dan duduk di pos satpam restoran, sambil meminta tolong dipesankan kopi.
"Tumben, Mas Eza nongkrong disini", tanya satpam resto, ah biar gampang, panggil aja namanya Pak Rudi.
Pak Rudi ini udah cukup lama bekerja sebagai satpam di restoran cabang Jakarta, kalo gak salah ingat udah dari awal resto dibangun.
"Iya, Pak. Pingin ngerokok aja disini, loch kok kopinya cuma satu ?", tanya gua ketika melihat secangkir kopi.
"Saya udah ngopi duluan tadi, Mas. Silahkan Mas Eza aja yang ngopi".
"Makasih kalo gitu. Rokok, Pak..", gua menawarkan rokok yang gua taruh diatas meja pos satpam.
"Ada, Mas. Maklum bapak-bapak ma cocoknya kretek, hehehe", jawabnya sambil mengeluarkan sebungkus rokok samket.
Tidak lama sebuah chatt bbm masuk, yang ternyata dari istri gua. Intinya sih cuma nanyain udah makan siang apa belum. Setelah berbalas chatt dan menghabiskan kopi, gua pamit ke Pak Rudi untuk segera ke kantin.
Kantin karyawan di restoran ini letaknya ada di dekat Kitchen, saat itu gua duduk bersama karyawan lain sambil menikmati santap siang.
"Mas, mau jus jeruk ?", tanya Nisa yang tiba-tiba saja udah berdiri di samping gua ketika mencuci tangan di wastafel setelah selesai makan.
"Eh ? Oh gampang Nis, biar aku ambil sendiri aja", jawab gua.
"Enggak apa-apa, Mas. Biar aku ambilin sekalian", jawabnya sambil berlalu.
"Eeu.. Makasih", ucap gua pelan ketika dia sudah berjalan menjauh.
Beres mencuci tangan, gua mendekati Nisa yang sedang mengambil jus jeruk dan es teh manis yang memang disediakan untuk karyawan.
"Makasih ya, Nis. Aku bawa aja minumannya ke ruang kerja", ucap gua setelah menerima jus jeruk.
Nisa hanya tersenyum sambil mengangguk.
Gua kembali bekerja, Nisa juga udah balik lagi dan duduk di depan gua seperti biasa. Larut dengan kerjaan masing-masing. Tiba-tiba dia bertanya.
"Mas.. Mba Vera lagi skripsi ya ?", tanyanya sambil menengok kedepan, kepada gua.
"Hm ? Oh.. Iya, Nis. Dia lagi nyusun skripsi, tahun ini insya Allah selesai dan wisuda, mudah-mudahan lancar", jawab gua.
Nisa memang sedikit banyak mengetahui soal hubungan gua dengan istri gua, bukan perihal yang privasi banget sih, tapi ya yang umum seperti tadi. Saat Nona Ukhti yang masih studi di Singapore, dan hal-hal remeh lainnya. Saat akad pernikahan kami pun, Nisa datang dengan pacarnya juga. Jadi memang mereka sebenarnya sudah kenal walaupun hanya sebatas kenal selewat. Gua juga tau kalau dia sudah memiliki pacar dan sebentar lagi akan tunangan.
"Mba Vera ambil fakultas (sensor) kan ?", tanyanya lagi.
"Iya, Nis".
"Nanti kalo udah lulus, mau buka praktek di sini dong, Mas ?".
Gua mengangguk. "Iya, pasti itu sih, cita-citanya gitu katanya".
"Asyik dong, aku bakal langganan nanti, hehehe..", ucapnya lagi sambil terkekeh.
"Mau jadi pelanggan pertama gitu ? Kayaknya gak mungkin deh".
"Loch emang kenapa, Mas ?", tanyanya bingung.
"Yang pertama pasti Ibu ku duluan, hahahaha..".
"Oh maksudnya Bu Laras ? Iya juga sih, hehehe, tapi gak apa-apa, yang penting ada potongan harga aja nanti, hihihi...".
Setelah itu obrolan pun berlanjut, kami berdua malah asyik ngobrol soal kehidupan istri gua disana, lalu dia menanyakan gimana rasanya setelah menikah malah harus LDR. Jauh dari membahas soal kerjaan.
Cukup lama rasanya kami ngobrol sampai gak kerasa udah waktunya pulang kantor sore itu.
"Di jemput, Nis ?", tanya gua sambil memasukkan laptop kedalam tas.
"Iya, Mas.. Biasa, hihihi..", jawabnya seraya tersenyum.
"Oh.. Salam kalo gitu ke Adam", ucap gua lagi. Adam adalah pacar atau tunangannya Nisa.
"Iya, Mas".
Nisa terlebih dulu pamit, dan saat dia baru membuka pintu ruangan, gua kembali memanggilnya dari tempat gua duduk.
"Nis...".
"Ya, Mas ?", dia berbalik.
"Besok, kayaknya kita udah gak satu ruangan lagi...", jawab gua.
°°°
Malam harinya gua sudah berada di rumah, tepatnya di kamar. Seperti biasa, gua pasti telponan dulu dengan Nona Ukhti sebelum beristirahat.
Ini mungkin hal pertama bagi gua merasakan istri gua itu cemburu, gak percaya dan khawatir di awal pernikahan kami. Gua ngerti dan mencoba untuk memahami rasa takutnya itu. Apalagi kedepannya, seperti yang sudah gua ceritakan di Bab V ketika kehadiran Giovanna.
Tapi apa yang lebih penting dari itu semua selain menjaga keutuhan rumah tangga ?. Lagipula gua enggak menganggap istri gua itu berlebihan, karena gimana juga, gua sadar diri dengan segala sikap dan tingkah laku gua selama ini. Bukan berarti juga ada niat untuk berpaling atau main api. Intinya gua hanya ingin mencegah hal yang enggak baik sebelum terlambat, walaupun sempat kecolongan dengan kejadian seperti itu waktu Giovanna mulai bekerja beberapa bulan selanjutnya.
So, bagaimanapun sikap istri gua saat di awal pernikahan kami, itu semua gua lihat semata-mata hanya untuk menjaga suaminya, menjaga bahtera rumah tangganya.
Tapi...
Seperti di thread sebelumnya, kita manusia hanya bisa berencana, hanya bisa mencoba bertahan demi sebuah hal yang baik, dan kita sebagai manusia pun gak luput dari yang namanya kesalahan ataupun sikap berlebihan untuk menjaga hal yang kita cintai... Dan akhirnya, Tuhan pulalah yang berkehendak.
Quote:
Ini mungkin hal pertama bagi gua merasakan istri gua itu cemburu, gak percaya dan khawatir di awal pernikahan kami. Gua ngerti dan mencoba untuk memahami rasa takutnya itu. Apalagi kedepannya, seperti yang sudah gua ceritakan di Bab V ketika kehadiran Giovanna.
Tapi apa yang lebih penting dari itu semua selain menjaga keutuhan rumah tangga ?. Lagipula gua enggak menganggap istri gua itu berlebihan, karena gimana juga, gua sadar diri dengan segala sikap dan tingkah laku gua selama ini. Bukan berarti juga ada niat untuk berpaling atau main api. Intinya gua hanya ingin mencegah hal yang enggak baik sebelum terlambat, walaupun sempat kecolongan dengan kejadian seperti itu waktu Giovanna mulai bekerja beberapa bulan selanjutnya.
So, bagaimanapun sikap istri gua saat di awal pernikahan kami, itu semua gua lihat semata-mata hanya untuk menjaga suaminya, menjaga bahtera rumah tangganya.
Tapi...
Seperti di thread sebelumnya, kita manusia hanya bisa berencana, hanya bisa mencoba bertahan demi sebuah hal yang baik, dan kita sebagai manusia pun gak luput dari yang namanya kesalahan ataupun sikap berlebihan untuk menjaga hal yang kita cintai... Dan akhirnya, Tuhan pulalah yang berkehendak.
kifif dan fatqurr memberi reputasi
3


