- Beranda
- Stories from the Heart
Sonne Mond und Stern
...
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Tak Lagi Sama - Noah
Spoiler for Cover Stories:
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.
Quote:
Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

*mulustrasi karakter dalam cerita ini
Quote:
*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
glitch.7
#4708
Sebelum Cahaya
PART XXIX
Quote:
Buajigur pake banget ye kan... Doi panik malah bikin gua ikutan panik, kirain ada apa, sue banget deh...

Deg-degan gak sih ? Waktu itu gua pribadi beneran deg-degan... Huahahahah, kuampretttt

Tidak lama Nona Ukhti membalas chatt bbm gua.
Quote:
"Fiiuuh...", gua hela nafas lega.
Aya-aya wae eta mitoha, cig atuh nu tenang saeutik... Ulah heboh sorangan.

"Gimana katanya ?", tanya Om gua.
"Itu Om, kata Papahnya masih ada kendala, masih repot, kita jangan langsung dateng, tunggu sebentaran... Gimana Om ?", tanya gua balik.
"Gimana sih, masa masih belom beres..", ucap Ibu gua sedikit sewot.
"Yaudah yaudah, mungkin memang repot banget mereka. Kamu telpon itu mobil yang di depan sama belakang, kasih tau berhenti dulu di depan ya", saran Nenek gua seraya meminta Om gua menelpon rombongan mobil yang berada di depan dan belakang kami.
"Iya, Ma..", jawab Om gua.
Tidak berapa lama, iringan mobil pun berhenti di sebuah deretan ruko yang tutup. Om gua turun untuk merokok, gua jadi ikutan biar santai sedikit lah.
"Bagi rokok Om...", pinta gua yang sudah keluar dari mobil.
Om gua menyodorkan sebungkus rokok favoritnya.
"Eh kagak jadi ah.. Apaan tu garpit.. Ogah ah...", ucap gua saat melihat rokok beliau.
"Ck, udah bakar aja, daripada gak ngebul..", jawabnya.
"Enggak, gak masuk soalnya, mending super kemana-mana.. Nah itu ada warung, Eza kesana dulu, Om..", ucap gua sambil melirik kearah warung pinggir jalan.
"Titip permen, Za..", ucap Ibu dari dalam mobil dengan kaca yang terbuka.
"Sip...", jawab gua sebelum menyebrang jalan raya.
Sesampainya di warung gua beli rokok lights sebungkus dan permen yang cukup banyak. Si Ibu warung memperhatikan dandanan gua yang memang memakai pakaian orang nikahan.
"Wah, ini Mas nya mau nikah ya ?", tanya si Ibu sambil memberikan uang kembalian.
"Hehehe, iya Bu... Do'a kan ya, biar lancar..", jawab gua.
"Iya, Mas.. Semoga lancar nikahannya, ngomong-ngomong nikah dimana ?", tanyanya lagi.
"Itu Bu.. Perumahan yang itu...", jawab gua sambil menunjuk kearah perumahan di depan sana beberapa meter.
Selesai beli rokok dan ngobrol sebentar sama Ibu warung, gua balik lagi ke tempat mobil terparkir di sebrang.
Baru saja gua bakar sebatang rokok, paling baru dua isepan, Nona Ukhti chatt gua lewat bbm, memberikan kabar kalo semua persiapan sudah selesai dan penghulu pun sudah datang.
Kami semua yang berada di luar mobil masuk lagi ke dalam, dan mulai bergegas melanjutkan perjalanan ke rumah Nona Ukhti...
°°°
Rumah di depan kami itu sudah sedikit disulap menjadi lebih menarik dari biasanya, ada tenda berwarna biru muda bercampur warna putih di halaman parkir dan depan rumahnya. Kemudian bangku-bangku pesta, serta meja tamu di dekat pagar rumahnya, yang menjadi pagar ayu saat itu adalah pacarnya Gusmen dan adik tiri perempuan Nona Ukhti.
Kami sekeluarga, serta tetangga rumah Nenek mulai memasuki rumah di depan kami itu, tentunya setelah di sambut oleh seorang pembawa acara.
Sedikit acara ramah tamah serta penyambutan dari pihak keluarga Nona Ukhti tadi, akhirnya acara puncak bagi gua pun tiba.
Kami sekeluarga, serta tetangga rumah Nenek mulai memasuki rumah di depan kami itu, tentunya setelah di sambut oleh seorang pembawa acara.
Sedikit acara ramah tamah serta penyambutan dari pihak keluarga Nona Ukhti tadi, akhirnya acara puncak bagi gua pun tiba.
*
*
*
*
*
[YOUTUBE]https://
[/YOUTUBE]
Kisah Romantis - Glenn Fredly
Quote:
Quote:
Cukup banyak sahabat SMA kami yang hadir, walaupun hanya sahabat dekat memang, kebanyakan dari sahabat Nona Ukhti.
Pertama tentu saja Mba Yu, suaminya serta Papah dan Mamahnya yang menyalami kami berdua, diikuti Rekti dan Desi, lalu disusul sahabat rumah gua yang lain seperti Unang, Dewa, Icol, Robbi, Meli, Bapak dan Ibu Rw alias kedua orangtua Mba Siska.
"Selamat ya, Ve.. Semoga jadi keluarga samawa, inget jagain Mas nya biar gak keganjenan terus nih...", ucap Mba Yu kepada Nona Ukhti sambil melirik gua sebentar.
"Hahaha.. Iya Mba makasih banyak ya, makasih udah mau bantuin acara ini juga... Ah iya, kalo Eza nakal biar aku suruh tidur di teras aja dia... Hihihihi...", jawab istri gua itu.
"Kurang kayaknya, jangan kasih 'jatah'juga, Ve..", bisik Mba Yu.
"Hahahaha.. Ini apaan sih, udah-udah buruan, antrian manjang tuh..", sela gua kepada mereka berdua.
Kemudian Mba Yu pun bergeser kepada gua, menyalami gua dan bercipika-cipiki.
"Ehm... Semoga ini yang terakhir, semoga kamu bahagia sama Vera sampai kakek-nenek ya, Mas..", ucapnya sambil menepuk-nepuk tangan ini.
"Aamiin, Aamiin, Aamiin Ya Allah... Makasih untuk do'a dan bantuannya, Mba.. Aku gak tau harus bales apa untuk semua waktu dan bantuan yang kamu kasih selama ini... Dan...", gua tersenyum sesaat. "Dan terimakasih banyak untuk keikhlasannya...", lanjut gua.
Kemudian Mba Yu memeluk gua, terasa sedikit ada rasa sendu darinya. Gua hanya mengusap lembut sebentar punggunya, lalu kembali tersenyum.
"Sekali lagi, selamat... Dan dijaga istrimu ya, Mas...", ucapnya lagi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Gua menganggukan kepala. "Pasti, Mba... Makasih banyak ya...".
Saat siang hari, barulah datang Opung, Sandhi, orangtua Alm. Topan, Airin serta suaminya, Bernat dan sang kekasih, Olla dan Indra, Wulan bersama pasangannya juga, Nindi, Dian dan Papahnya.
Acara akad yang cukup sederhana pun berjalan dengan baik dan lancar.
Di hari bahagia itu, gua merasakan sedikit dejavu...
Saat dulu gua menikah dengan Echa, Nona Ukhti lah yang tidak hadir... Dan sekarang ?.
"Sayang, kenapa ?", tanya istri gua yang sepertinya menyadari gua sedang menunggu seseorang.
"Hm ? Ah enggak, enggak apa-apa...", jawab gua tersenyum tipis.
"Helen ?", tebaknya.
Gua hanya tersenyum dan mengalihkan pandang.
...
Acara akad nikah pun berlangsung lancar tanpa ada kendala berarti. Gua baru saja melepaskan kopiah dan baju pengantin bagian jas, dengan hanya memakai kaos oblong berwarna putih, gua duduk di teras rumah.
Secangkir kopi hitam sudah disuguhkan di samping oleh adik ipar gua.
"Gimana rasanya nikah, Mas ?", tanya adik ipar laki-laki itu.
"Biasa aja Gim, gak gimana-gimana sih..", jawab gua sambil mulai membakar sebatang rokok lights.
Sore itu sudah agak sepi, tidak ada tamu yang datang lagi, hanya ada sanak keluarga kami yang masih mengobrol di halaman rumah yang diubah menjadi tempat duduk untuk para tamu undangan, itupun sudah mulai sepi.
Beberapa orang dekorasi dan catering mulai merapihkan peralatan yang kami sewa.
"Mas...", panggil adik ipar gua lagi.
"Ya ?", gua melirik kepadanya yang duduk di samping kanan.
"Katanya mau cerita gimana awalnya kenal Mba Ku... Aku penasaran nih..", pintanya.
Gua tersenyum, lalu di sore itu, gua ceritakan bagaimana gua pertama kalinya kenal dengan sosok kakak tirinya yang bernama Vera Tunggadewi. Semuanya... Ya semua cerita tentang kami berdua gua ceritakan kepada Gimma.
Dan tentu saja, dia sempat tidak percaya dengan kejadian memilukan yang pernah dialami istri gua saat masih kuliah di Indonesia dulu.
°°°
Malam hari...
Gua hari ini harus menginap di sentul, saat itu kamar Gimma lah yang dijadikan kamar pengantin.
Gua baru selesai mandi dan masuk ke kamar untuk mengganti pakaian. Istri gua berada di ruang tamu sedang mengobrol dengan keluarganya.
Istri gua membuka pintu kamar, dia melongokan kepalanya kedalam.
"Sayang, Papah mau pulang ke hotel...", ucapnya memberitahu gua.
"Iya sebentar, aku pake baju dulu...", jawab gua sambil mengenakan kaos.
Gua pun keluar kamar dan ikut berkumpul dengan keluarganya. Yang dimaksud istri gua adalah Papah kandung dan Mamah tirinya yang akan pulang ke hotel. Saat itu memang sudah pukul sembilan malam.
Setelah pamitan kepada kami dan mereka berdua kembali ke hotel, istri gua mengajak istirahat. Jadi gua langsung pamit juga kepada orang-orang yang masih berada di ruang tamu saat itu.
Disana ada Kakak tiri Nona Ukhti, kedua adik tirinya, serta Mamah kandung dan Papah tirinya, lengkaplah pokoknya...
"Cieee.. Pengantin baruuu.. Mau malam pertama yaaa... Hahahaha...", ledek Mba Nana sedikit berteriak kepada gua dan Nona Ukhti.
Semua yang ada di ruang tamu itupun tertawa mendengar ucapan Mba Nana.
"Apa sih, Mba... Orang mau istirahat juga... Cape tau..", jawab Nona Ukhti dengan wajah yang merona merah.
"Cape enak tapinya, Ve... Hahahaha....", balas Mba Nana lagi.
"Udah-udah sana istirahat, kasian pada cape, Mamah juga mau istirahat dulu..", ucap Mamahnya.
Dan akhirnya gua pun mengikuti langkah kaki istri gua itu masuk ke dalam kamar.
klik...pintu terkunci dari dalam.
Istri gua duduk di depan meja rias milik adik perempuannya yang memang sengaja dipindah sementara ke kamar ini.
Dia melepas hijabnya.
"Fiiuhh.. Panas ya, Za...", ucapnya sambil merapihkan rambut di depan cermin.
Gua baru saja duduk di tepian kasur yang sudah bertabur bunga mawar merah.
Gua perhatikan istri gua yang duduk di depan membelakangi gua. Ini adalah pertama kalinya gua melihat dia tanpa hijab setelah sekian lama dia memilih memakai hijab.
Rambutnya yang lurus sebahu nampak tergerai indah.
Gua berdiri dan berjalan menghampirinya, gua pegang kedua bahunya dari belakang, menatapnya dari cermin. Mata kami saling bertemu dan saling memandang lewat pantulan cermin itu.
Dia tersenyum manis sekali...
"Aku masih gak percaya sebenernya kalo hari ini akhirnya tiba juga...", ucap gua.
Satu tangannya lembut mengusap punggung tangan gua yang masih berada di bahunya.
"Jodoh itu udah diatur Allah SWT, kan ? Dan pada akhirnya, aku sama kamu jadi juga...", jawabnya dengan tetap tersenyum manis.
Gua membungkuk sedikit, menyandarkan dagu gua di bahu kanannya. Lalu belaian lembut tangan kanannya menghampiri rambut gua, diusapnya rambut gua itu.
Gua kecup pipinya. "Terimakasih sayang...", ucap gua lalu memejamkan mata, menikmati lembut usapan tangannya di rambut belakang gua.
"Sama-sama sayang...", balasnya.
Kemudian untuk waktu yang sudah sangat lama dinantikan...
Dia menengok, kearah wajah ini, tangannya masih membelai kepala gua...
"I love you, Za...", ucapnya lirih dengan kelopak mata yang mulai turun perlahan.
Wajah kami pun semakin dekat...
Cup... satu kecupan di bibir..
Lambat laun menjadi sebuah ciuman, dan semakin lama kedua lidah kami pun saling membelit...
basah...
"Mmmpphh..", lenguhnya lirih saat gua mulai membelai sisi pingganya.
Tangan kanannya yang membelai kepala gua kini sudah menahan tengkuk gua.
Rasanya kamar ini menjadi sedikit panas...
Gua angkat tubuhnya tanpa melepaskan ciuman, dia lingkarkan kedua tangannya ke tengkuk gua.
"Muaach..", bunyi bibir kami yang terlepas.
Lalu gua rebahkan dengan perlahan tubuhnya diatas ranjang yang sudah bertabur bunga mawar...
Dia tersenyum, gua belai lembut keningnya, menyibakan helaian rambut indahnya.
Perlahan, gua kecup leher jenjangnya yang putih itu...
"Uuuh...", dia melenguh lagi.
Semakin lama gua mulai mengeluarkan lidah untuk menyapu lehernya itu, sampai ke belakang telinganya...
Nafasnya semakin memburu saat tangan gua mulai menggerayangi tubuhnya.
"Aaah... Zaa.. Uuhh...", ucapnya lirih.
Tangan kiri gua berada dibagian tubuh atasnya, lidah gua masih bermain di lehernya, dan... Tangan kanan ini mulai membelai paha bagian dalamnya.
"Za.. Wait... Tungg sayang... Uuh.. Ssshh.. Aahh.. Tungguu, Zaa..", pintanya disela-sela deru nafasnya yang sudah tidak beraturan.
Mana mungkin gua dengarkan, gua tidak peduli, gua lanjutkan aktifitas tangan kanan gua hingga sampai ke miliknya...
Tangan gua berhenti, semua aktifitas yang gua kerjakan saat itu terhenti.
Gua angkat wajah hingga mata kami bertemu.
Istri gua nampak terlihat mengatur nafas sejenak, lalu dia menyunggingkan senyuman dan semakin lebar.
"Maaf, sayang..", ucapnya sambil menahan tawa.
Gua menghela nafas dengan kasar. Membatin dalam hati...
"Ve... Tega kamu sama aku... Asli tega bener", jawab gua malas.
Dia buru-buru menarik wajah gua dan mengecup bibir ini.
"Maaf yaa.. Beneran baru tadi subuh, sabar ya, paling seminggu kok, sayang...", ucapnya lagi sambil tersenyum sangat lebar.
Roti Jepang Sialan!!! bathin gua
Gua hari ini harus menginap di sentul, saat itu kamar Gimma lah yang dijadikan kamar pengantin.
Gua baru selesai mandi dan masuk ke kamar untuk mengganti pakaian. Istri gua berada di ruang tamu sedang mengobrol dengan keluarganya.
Istri gua membuka pintu kamar, dia melongokan kepalanya kedalam.
"Sayang, Papah mau pulang ke hotel...", ucapnya memberitahu gua.
"Iya sebentar, aku pake baju dulu...", jawab gua sambil mengenakan kaos.
Gua pun keluar kamar dan ikut berkumpul dengan keluarganya. Yang dimaksud istri gua adalah Papah kandung dan Mamah tirinya yang akan pulang ke hotel. Saat itu memang sudah pukul sembilan malam.
Setelah pamitan kepada kami dan mereka berdua kembali ke hotel, istri gua mengajak istirahat. Jadi gua langsung pamit juga kepada orang-orang yang masih berada di ruang tamu saat itu.
Disana ada Kakak tiri Nona Ukhti, kedua adik tirinya, serta Mamah kandung dan Papah tirinya, lengkaplah pokoknya...
"Cieee.. Pengantin baruuu.. Mau malam pertama yaaa... Hahahaha...", ledek Mba Nana sedikit berteriak kepada gua dan Nona Ukhti.
Semua yang ada di ruang tamu itupun tertawa mendengar ucapan Mba Nana.
"Apa sih, Mba... Orang mau istirahat juga... Cape tau..", jawab Nona Ukhti dengan wajah yang merona merah.
"Cape enak tapinya, Ve... Hahahaha....", balas Mba Nana lagi.
"Udah-udah sana istirahat, kasian pada cape, Mamah juga mau istirahat dulu..", ucap Mamahnya.
Dan akhirnya gua pun mengikuti langkah kaki istri gua itu masuk ke dalam kamar.
klik...pintu terkunci dari dalam.
Istri gua duduk di depan meja rias milik adik perempuannya yang memang sengaja dipindah sementara ke kamar ini.
Dia melepas hijabnya.
"Fiiuhh.. Panas ya, Za...", ucapnya sambil merapihkan rambut di depan cermin.
Gua baru saja duduk di tepian kasur yang sudah bertabur bunga mawar merah.
Gua perhatikan istri gua yang duduk di depan membelakangi gua. Ini adalah pertama kalinya gua melihat dia tanpa hijab setelah sekian lama dia memilih memakai hijab.
Rambutnya yang lurus sebahu nampak tergerai indah.
Gua berdiri dan berjalan menghampirinya, gua pegang kedua bahunya dari belakang, menatapnya dari cermin. Mata kami saling bertemu dan saling memandang lewat pantulan cermin itu.
Dia tersenyum manis sekali...
"Aku masih gak percaya sebenernya kalo hari ini akhirnya tiba juga...", ucap gua.
Satu tangannya lembut mengusap punggung tangan gua yang masih berada di bahunya.
"Jodoh itu udah diatur Allah SWT, kan ? Dan pada akhirnya, aku sama kamu jadi juga...", jawabnya dengan tetap tersenyum manis.
Gua membungkuk sedikit, menyandarkan dagu gua di bahu kanannya. Lalu belaian lembut tangan kanannya menghampiri rambut gua, diusapnya rambut gua itu.
Gua kecup pipinya. "Terimakasih sayang...", ucap gua lalu memejamkan mata, menikmati lembut usapan tangannya di rambut belakang gua.
"Sama-sama sayang...", balasnya.
Kemudian untuk waktu yang sudah sangat lama dinantikan...
Dia menengok, kearah wajah ini, tangannya masih membelai kepala gua...
"I love you, Za...", ucapnya lirih dengan kelopak mata yang mulai turun perlahan.
Wajah kami pun semakin dekat...
Cup... satu kecupan di bibir..
Lambat laun menjadi sebuah ciuman, dan semakin lama kedua lidah kami pun saling membelit...
basah...
"Mmmpphh..", lenguhnya lirih saat gua mulai membelai sisi pingganya.
Tangan kanannya yang membelai kepala gua kini sudah menahan tengkuk gua.
Rasanya kamar ini menjadi sedikit panas...
Gua angkat tubuhnya tanpa melepaskan ciuman, dia lingkarkan kedua tangannya ke tengkuk gua.
"Muaach..", bunyi bibir kami yang terlepas.
Lalu gua rebahkan dengan perlahan tubuhnya diatas ranjang yang sudah bertabur bunga mawar...
Dia tersenyum, gua belai lembut keningnya, menyibakan helaian rambut indahnya.
Perlahan, gua kecup leher jenjangnya yang putih itu...
"Uuuh...", dia melenguh lagi.
Semakin lama gua mulai mengeluarkan lidah untuk menyapu lehernya itu, sampai ke belakang telinganya...
Nafasnya semakin memburu saat tangan gua mulai menggerayangi tubuhnya.
"Aaah... Zaa.. Uuhh...", ucapnya lirih.
Tangan kiri gua berada dibagian tubuh atasnya, lidah gua masih bermain di lehernya, dan... Tangan kanan ini mulai membelai paha bagian dalamnya.
"Za.. Wait... Tungg sayang... Uuh.. Ssshh.. Aahh.. Tungguu, Zaa..", pintanya disela-sela deru nafasnya yang sudah tidak beraturan.
Mana mungkin gua dengarkan, gua tidak peduli, gua lanjutkan aktifitas tangan kanan gua hingga sampai ke miliknya...
Tangan gua berhenti, semua aktifitas yang gua kerjakan saat itu terhenti.
Gua angkat wajah hingga mata kami bertemu.
Istri gua nampak terlihat mengatur nafas sejenak, lalu dia menyunggingkan senyuman dan semakin lebar.
"Maaf, sayang..", ucapnya sambil menahan tawa.
Gua menghela nafas dengan kasar. Membatin dalam hati...
"Ve... Tega kamu sama aku... Asli tega bener", jawab gua malas.
Dia buru-buru menarik wajah gua dan mengecup bibir ini.
"Maaf yaa.. Beneran baru tadi subuh, sabar ya, paling seminggu kok, sayang...", ucapnya lagi sambil tersenyum sangat lebar.
Roti Jepang Sialan!!! bathin gua

Diubah oleh glitch.7 01-01-2018 21:21
oktavp dan 2 lainnya memberi reputasi
3




