Kaskus

Story

glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN




Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.


Tak Lagi Sama - Noah


Spoiler for Cover Stories:


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.


Quote:


Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

Masa yang Paling Indah
Credit thanks to Agan njum26

Love in Elegy
Credit thanks to Agan redmoon97


Sonne Mond und Stern
*mulustrasi karakter dalam cerita ini


Quote:

*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
snf0989Avatar border
pulaukapokAvatar border
chamelemonAvatar border
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
#4211
Sebelum Cahaya
PART XXIII


Satu jam yang lalu di halaman belakang rumah, baru saja selesai acara menyambut pergantian tahun dengan cukup meriah. Kami semua yang berada disini masih membereskan beberapa peralatan memasak dan bakar-bakaran sebelumnya.

Setelah semuanya beres dan rasa kantuk mulai menyerang, satu persatu sahabat-sahabat gua itu mulai pamit pulang duluan. Tinggallah sekarang gua, Kinan, Mba Yu, Feri dan Nona Ukhti yang masih duduk di teras depan rumah, sedangkan Ibu sudah masuk ke kamarnya untuk beristirahat.

"Za, tadi kamu kemana jam delapan ?", tanya Kinan yang duduk disebelah Nona Ukhti.

"Emm.. Ke.. Ke rumah Helen bentar", jawab gua.

"Helen ? Ada apa emangnya, Mas ?", tanya Mba Yu kali ini.

"Ada perlu aja tadi sebentar... Eh ngomong-ngomong kalian berdua mau nginep disini ?", gua mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ah enggak, Za.. Kita berdua balik lah, besok lagian gua ama Sherlin mau ke rumah ortu gua, ada acara..", jawab Feri.

"Oh, kalo mau nginep masih ada kamar padahal sebrang kamarnya Mba Laras, Fer..", ucap gua lagi.

"Makasih, Za.. Gak enaklah, gampang kapan-kapan aja gua ama Sherlin nginep disini..".

Kemudian Kinan mencolek lengan gua.
"Za.. Tadi kam".

Ucapan Kinan langsung gua potong.

"Nah kalo kamu tidur sama Mba Laras aja, tanggung mau pulang jugakan ? Lagian cowok kamu malah pulang buru-buru sih, mau kemana emangnya dia ?", tanya gua cepat.

Kinan mengerenyitkan keningnya sambil menatap gua, lalu menggelengkan kepala.

"Kan tadi udah bilang, rumahnya jauh, makanya gak bisa lama-lama, nginep juga gak mungkin toh..", jawab Kinan.

"Yaudah deh, aku sama Feri pulang dulu ya, Mas.. Udah hampir jam dua nih", ucap Mba Yu kali ini sambil berdiri dan menyalami Nona Ukhti serta Kinan.

"Biar lancar ya sayang sampe nanti acara resepsinya..", ucap Mba Yu kepada Nona Ukhti sambil mencium pipi kanan-kiri.

"Iya, Mba.. Makasih ya udah bantu-bantu", jawab Nona Ukhti sambil tersenyum.

Setelah pasangan suami istri itu pamit, gua menutup pintu pagar rumah, lalu berjalan balik ke teras. Disana tinggal Nona Ukhti yang masih berdiri di depan pintu.

"Kinan udah masuk ke kamar ?", tanya gua.

"Udah tadi, ke kamar Mba Laras".

"Yaudah masuk yu, Ve..", ajak gua sambil merangkul bahunya.

"Tunggu, Za.. Kamu tadi ada apa ke rumah Helen ?", tanyanya sambil menatap mata gua lekat-lekat.

Akhirnya gua ajak Nona Ukhti kembali duduk di dalam gazebo halaman belakang. Sekarang tinggal kami berdua disini.

Gua bakar sebatang rokok lights sambil menatap kolam renang di sebrang sana.

"Mm.. Ve.. Tadi aku ke rumah Helen untuk minta maaf", gua mulai obrolan tanpa menengok kepadanya yang duduk di samping kiri gua.

"Terus ?".

"Mmm.. Aku salah udah buat dia sakit hati, jadi ya udah seharusnya kan aku minta maaf...".

"Iya, terus dia ngomong apa ?".

"Ya alhamdulilah sih dia mau maafin aku.. Tapi...", gua melirik dulu ke kiri, gua tatap matanya.

Nona Ukhti menaikan kedua alisnya, memberikan gestur tanya.'apa ?'.

Gua tersenyum tipis. "Kamu juga minta maaf ya ke dia, Ve..", lanjut gua.

Nona Ukhti menghela nafas dengan kasar, lalu raut wajahnya berubah.

"Enggak", jawabnya tegas.

Kan... Ini nih yang gua takutin. Enggak mau dia minta maaf ke bidadari satu itu.

"Ngapain aku harus minta maaf sama dia ? Aku gak ada salah sama dia", lanjutnya sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Fuuuuhh... Susah susah..", ucap gua sangat pelan setelah menghembuskan asap rokok.

"Ngomong apa kamu ?", tanyanya menyelidik.

"Eh ? Enggak, hehehe...", jawab gua salah tingkah.

"Za, kalo aku harus minta maaf karena aku nampar dia, harusnya dia juga minta maaf dong, dia kan udah mukul calon suamiku dua kali..."

"Tapi Ve, bukan itu masalahnya...", gua lempar rokok yang baru terbakar setengah itu ke rerumputan diluar gazebo.

Kemudian gua duduk menyerong kearahnya, gua pegang tangan kanannya.

"Ve, aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu Ve... Aku gak mau kamu Kenapa-kenapa..", ucap gua serius.

"Maksud kamu gimana ? Kamu mau bilang kalo Helen pingin mukul aku juga ?", tanyanya.

"Oh bukan, bukan itu.. Ini cuma kekhawatiran aku aja, Ve... Bukan soal dia bakal bersikap kasar ke kamu, tapi masalahnya aku pingin kita berdua di maafin sama dia, sama orang yang udah kita sakitin..", jelas gua.

Nona Ukhti masih nampak bingung. Lalu gua pegang pipi kirinya, mengelus lembut dengan ibu jari.

"Sayang, aku minta maaf udah bikin kamu harus berantem sama Helen, aku tau kamu gak suka sama dia, begitupun dia, gak suka sama kamu, tapi tolong, ini semua demi hubungan kita, demi mimpi kita untuk menikah, Ve..".

"Jelasin ke aku ketakutan kamu itu, Za..", pintanya.

"Aku gak mau sesuatu yang buruk terjadi sama kamu karena kita akan menikah, sedangkan diluar sana, ada Helen yang gak ikhlas dan belum maafin aku, juga kamu, Ve.. Aku memang yang salah selama ini, sampe kamu kebawa-bawa dan bertengkar sama dia, aku bener-bener minta maaf ke kamu, dan kemaren aku ke rumahnya untuk minta maaf ke dia, kamu pasti paham, pasti lebih ngerti daripada aku soal permintaan maaf ke manusia daripada Tuhan kan..?", jelas gua kali ini panjang lebar.

Yang gua tau, Tuhan selalu membuka pintu maaf untuk hamba-Nya. Sedangkan dosa akibat kesalahan karena menyakiti manusia lain ?. Jelas Tuhan sendiri menyuruh kita untuk meminta maaf kepada manusia tersebut. Jadi gua berusaha agar Nona Ukhti mau meminta maaf kepada Helen.

Cukup lama kami terdiam, gua hanya bisa menunduk menunggu jawaban atau ucapan dari Nona Ukhti.

"Za, memangnya kamu pernah kasih janji ke Helen sama kayak ke Mba Yu ?", tanya Nona Ukhti.

Gua menggelengkan kepala. "Aku gak pernah ngenjajiin kayak gitu ke Helen, Ve.. Cuma..", gua tahan ucapan.

"Cuma apa ?".

"Cuma aku sempet mikir, andaikan memang kamu kemaren itu beneran milih Adit, aku udah pasti milih Helen.. Dan itu cuma ada dipikirin aku aja, gak aku omongin ke dia, tapi aku yakin, kamu juga tau, dia pasti mikir hal yang sama.. Walaupun kita semua tau terlalu banyak hal yang harus dipikirin soal Helen, ya kamu ngertilah dari mulai keyakinannya, cita-citanya untuk lulus kuliah dulu sebelum menikah... Sedangkan aku ? Kamu tau sendiri, udah gak tahan aku pingin nikah..", jawab gua panjang lebar.

Nona Ukhti tersenyum. "Kenapa sih emangnya pingin cepet-cepet nikah ?", tanyanya dengan senyum yang menggoda kali ini.

Gua tersenyum lebar, lalu kembali menundukan kepala, menatap... Ya ya ya... Gua menatap selangkangan gua sendiri. Serius ini.

"Hahaha... Ampun deh kamu tuh! Ih mikirnya kesitu aja... Dasar! Hahaha...", Nona Ukhti tertawa sambil mencubit lengan kiri ini ketika gua berikan kode itu.

"Loch benerkan, Ve.. Daripada aku nambah-nambah dosa ? Lagian apa salahnya menikah karena hal tersebut juga ? Mmm.. Ya walaupun jujur aja sih, alesan sebenarnya karena aku gak mau kamu lepas lagi dari aku, beneran...", ucap gua kali ini serius diakhir kalimat.

Nona Ukhti tersenyum. "Oke, jadi sekarang gimana ? Kamu minta aku nemuin Helen dan minta maaf ke dia gitu ?", tanyanya.

Gua mengangguk cepat. "Iya, Ve.. Kamu mau kan minta maaf ke dia ? Maksudku beneran minta maaf, jangan terpaksa.. Mmm.. Dia bilang syaratnya mau maafin aku ya itu, dia minta kamu nemuin dia dan minta maaf secara langsung...", jawab gua.

Nona Ukhti mengangguk sambil tetap tersenyum. "Okey, besok sore kita temuin Helen kalo gitu", ucapnya. Lalu Nona Ukhti memegang tangan kanan gua.

"Kamu beneran cinta gitu sama aku, Za ?", tanyanya kali ini serius.

"Ck.. Hadeuh make ditanyain kayak gituan doang... Entar aku jawab disangka gombal.. Lagian emang kamu gak liat perjuangan aku selama ini apa ?", tanya gua balik sambil menggodanya gantian.

Nona Ukhti hanya tersenyum tipis. Kemudian tiba-tiba dia bangkit dari duduknya.

"Tunggu sebentar ya..", ucapnya sambil berjalan ke pintu halaman belakang.

Gua duduk menunggunya di gazebo, mau ngapain kira-kira dia masuk ke dalem rumah, pasti mau ngambil something nih...

Tidak lama kemudian dia kembali ke dalam gazebo, duduk di samping gua dengan sebuah kitab suci Al-Qur'an yang ia taruh diatas kedua pahanya.

"Kamu ambil wudhu dulu gih", pintanya.

Gua yang masih kebingungan akhirnya menuruti maunya, gua masuk ke dalam rumah menuju kamar mandi dan mengambil wudhu. Ah mungkin gua disuruh baca salah satu surat Al-Qur'an.

Selsai berwudhu, gua kembali duduk di sampingnya.

"Kamu mau aku baca Al-Qur'an ?", tanya gua.

Nona Ukhti tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Bukan, tapi aku mau kamu jujur sama aku..", jawabnya.

Dia minta gua meletakkan tangan kanan diatas kitab suci tersebut, lalu mengikuti kata-katanya. Ya semacam sumpah kejujuran...

"Aku berjanji Demi Allah SWT, akan menjawab jujur sejujur-jujurnya untuk semua pertanyaan yang akan aku jawab..", ucap gua mengulang ucapannya itu.

Kemudian Nona Ukhti meletakan kitab suci di meja gazebo, dia tersenyum kepada gua dan matanya seolah-olah berbinar.

"Pertanyaan aku gak banyak kok sayang...", ucapnya.

Gua mulai khawatir, bakal gak beres nih kayaknya.

"Inget ya kamu udah janji atas nama Allah SWT dan Al-Qur'an..".

"Ii-iya, Ve..", jawab gua gerogi.

"Selama ini udah ngapain aja sama mantan-mantan kamu...?".


***

... to be continue ...
fatqurr
kifif
oktavp
oktavp dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.