Kaskus

Story

glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN




Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.


Tak Lagi Sama - Noah


Spoiler for Cover Stories:


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.


Quote:


Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

Masa yang Paling Indah
Credit thanks to Agan njum26

Love in Elegy
Credit thanks to Agan redmoon97


Sonne Mond und Stern
*mulustrasi karakter dalam cerita ini


Quote:

*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
snf0989Avatar border
pulaukapokAvatar border
chamelemonAvatar border
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
#4090
Sebelum Cahaya
PART XXII


Malam pergantian tahun...

Masih beberapa jam sebelum tahun baru tiba, gua dan Nona Ukhti berada di rumah. Saat itu ada Ibu, Kinanti dan kekasihnya, serta ada juga Mba Yu dan suaminya, Feri, dan terakhir Rekti bersama adik Mba Yu, Desi.

Hari ini kami memang berencana merayakan malam pergantian tahun di rumah gua, rencana Ibu awalnya yang mengajak sahabat-sahabat gua itu. Oh ya, Nenek sudah ke Bandung dari kemarin diajak oleh Tante gua.

Semua perisapan seperti bahan makanan, kembang api, minuman dingin dan camilan sudah dibeli dari sore. Rekti dan Feri membakar ayam bumbu kecap dan ikan, sedangkan para perempuan mempersiapkan nasi, lalapan dan makanan lainnya.

Sedangkan gua sendiri baru saja mengenakan pakaian setelah sebelumnya selesai mandi. Gua turun ke lantai bawah dan menuju depan rumah.

"Za..", panggil Kinan dari ruang makan.

"Ya ?", gua membalikan badan.

"Mau kemana ?", tanya Kinan yang berjalan menghampiri.

"Mmm.. Aku.. Aku mau keluar sebentar..", jawab gua ragu.

Kinan mendekati gua lagi, menatap wajah gua dengan curiga. "Jangan bohong.. Janjian sama siapa kamu ?", tebaknya.

"Mmm.. Aku gak ada janji sama siapa-siapa, cuma aku emang mau ke rumah temen, ada perlu bentaran kok, Kak..", jawab gua.

"Siapa ?".

"Kok kamu jadi curiga gini sih... Udah ah, bentar ya.. Gak lama kok..", jawab gua lagi kali ini sambil pergi menjauh.

Gua memundurkan motor kearah gerbang, Kinan sudah berada di teras dan sedikit berteriak mengingatkan gua.

"Zaa.. Inget kamu udah jadi calon pengantin! Jangan aneh-aneh!", teriaknya.

Gua hanya tersenyum sambil mengangguk. Lalu menyalakan motor dan bergegas pergi meninggalkan rumah.

...

Kurang dari lima menit, ya hanya sebentar saja gua sudah sampai.

Gua memasuki halaman rumah yang luas setelah dibukakan pagar oleh seorang satpam pribadi rumah itu, lalu gua parkirkan motor di samping mobil milik Mamahnya.

Sengaja gua tidak turun dari motor dulu, mengambil blackberry dari saku jaket dan mengecek recent status bbmnya. Tapi ternyata dia tidak update status bbm, yang gua harapakan semoga dia ada di rumah.

Barulah gua tekan bel rumahnya di sisi pintu. Dua kali gua tekan bel itu, seorang ART membukakan pintu.

"Cari siapa, Mas ?", tanya art setelah melihat gua.

"Mm.. Helennya ada ?".

"Oh Non Ay ada, baru mau pergi kayaknya.. Ini Mas Eza ya ?".

Gua memang pernah bertemu dengan asisten rumah tangganya itu. Ya mungkin dia masih ingat walaupun hanya sekali kami bertemu disini.

"Iya, Bi.. Maaf bisa saya ketemu sama Ay nya ?".

"Sebentar ya, Mas.. Saya panggilkan dulu".

Gua berjalan ke tepi teras, memandangi halaman di depan sana sambil menunggu art itu memanggil perempuan yang ingin gua temui.

Tidak lama berselang gua mendengar suara nyaring dari ujung high-heels bersentuhan dengan lantai. Gua menengok kebelakang...

Seorang perempuan sudah berdiri dengan jarak kurang dari lima meter dihadapan gua, dia mengenakan gaun pesta berwarna merah maroon, leher jenjangnya terlihat jelas karena rambutnya digelung keatas, anting panjang nan unik menjadi aksesoris yang mempercantik wajahnya, tentu saja selain kalung berwarna silver dengan bandul berbentuk hati.

Gua terpana sesaat melihat bidadari dunia itu menatap gua dengan dingin, sorot matanya biasa saja, tapi gua tau dia sedang marah dan enggan berbicara.

"Ehm..", gua sedikit gugup.
"Hai, Ay..", sapa gua.

Dia tidak balik menyapa tapi malah memberikan gestur yang membuat gua semakin tidak enak hati. Dia lipat kedua tangannya dan membuang muka ke arah kiri, kali ini dengan wajah menahan emosi.

"Ngapain kamu kesini!", ucapnya sinis tanpa mau menatap gua.

Gua berjalan mendekatinya. "Ay, maaf aku kesini dan nemuin kamu...".

Dia masih saja memalingkan muka.

"Aku tau kamu marah, kecewa, dan benci sama aku karena kejadian kemarin...". Gua menundukan kepala. "Huuufftt... Tapi aku kesini mau minta maaf ke kamu, aku bener-bener minta maaf atas semua kesalahan aku selama ini, aku...".

"Kak..", potongnya seraya menengok kepada gua.
"Aku udah kecewa sama kamu! Aku fikir kebersamaan kita selama ini cukup buat hati kamu nerima aku! Tapi ternyata apa yang diomongin Luna bener, Vera terlalu berarti di mata kamu! Aku gak nyangka aja akhirnya aku harus nerima ini semua, bodohnya aku udah yakin kalo kamu bakal jadi yang terakhir untuk aku!", ucapnya dengan nada suara yang cukup tinggi.

Gua cukup terkejut. "Maafin aku, Ay.. Aku bener-bener minta maaf, aku salah udah buat hubungan kita sampai berantakan kayak sekarang..".
"Dan dia memang sangat berarti buat aku, Ay...", gua hela nafas pelan. "Maaf..", lanjut gua.

"Kenapa sih kamu gak mau nunggu aku ?! Ini semua soal kamu yang pingin nikah kan!", sentaknya.

Gua menghela nafas lagi. Lalu bersimpuh dihadapannya.

"Aku minta maaf.. Aku minta maaf... Aku mohon kamu maafin aku...", ucap gua sambil mendongakan kepala untuk menatap wajahnya.

Raut wajahnya sedikit bingung melihat sikap gua ini. "Kamu ngapain ?", tanyanya.

"Aku kesini untuk minta maaf dan ngejaga hubungan kita, maksudku.. Aku gak mau setelah ini kita jadi musuhan..", perlahan gua pegang tangan kanannya, menarik tangannya itu agar gua bisa memohon maaf dengan cara yang baik.
"Ay, aku dan Vera salah, tapi tolong.. Aku mohon sama kamu maafin Vera juga atas sikap kasarnya ke kamu.. Aku gak mau kita jadi jauh, kita masih bisa jaga silaturahmikan..? Please, Ay..", lanjut gua lagi.

Gua memang sudah merencanakan datang ke rumahnya malam ini, dengan niat untuk meminta maaf atas kesalahan gua yang sudah membuatnya kecewa, sekaligus memohon agar dia bisa memaafkan sikap kasar Nona Ukhti soal kejadian malam sebelumnya.

Kedua bola mata gua sudah berkaca-kaca, ya gua mungkin memang cengeng, tapi gua tau rasa sakitnya ditinggal menikah oleh orang yang kita sayangi. Apa yang terjadi dengan bidadari di hadapan gua ini adalah kesalahan gua, ya gua akui itu, maka sudah sepantasnya gua harus memohon agar dirinya mau memaafkan gua. Apalagi sejauh ini, selama gua berhubungan dengan perempuan sejak dulu hingga sekarang, gua selalu menjaga hubungan baik dengan mereka semua. Dari mulai Wulan, Olla, Mba Yu, Mba Siska, dan bahkan Luna. Karena itu gua tidak ingin hubungan gua dengan Helen pun berakhir dengan saling membenci dan putus silaturahmi.

"Aku mohon sama kamu, Ay.. Maafin aku.. Maafin Vera juga.. Aku mohon...", ulang gua yang masih bersimpuh dan memegang tangan kanannya dengan airmata yang hampir tertumpah.

Helen menghela nafasnya dengan kasar, "Bangun..", ucapnya.

"Aku minta maaf, tolong maafin aku dan Vera, Ay..", ulang gua lagi dan lagi tanpa mengikuti ucapannya agar gua berdiri.

"Aku bilang bangun..", pintanya lagi.

"Aku minta maaf, Ay..", gua masih dengan posisi yang sama.

"Kak! Bangun ih! Apaan sih kayak gi.. Eh ?!", diakhir ucapannya sedikit tercekat memandangi gua. "Kak!", pekiknya kali ini dengan memegangi kedua bahu gua.

Gua... Gua sudah menangis, mengeluarkan rasa bersalah gua lewat airmata itu... Gua pegang lagi tangan kanannya, gua tempelkan punggung tangannya itu ke kening gua, dengan kepala tertunduk dan suara sedikit terisak... Gua kembali memohon...

"Aku.. Aku mohon tolong kamu maafin aku, Ay... Aku minta tolong sama kamu... Maafin aku, maafin Vera... Please.. Aku mohon...", ucap gua dengan suara yang sudah bercampur isak tangis.

"Kak.. Kak...", panggilnya dengan menggoyangkan bahu kanan gua dengan tangan kirinya.
"Kak, bangun dulu bangun.. Iya aku maafin kamu, aku maafin kamu, Kak...", lanjutnya.

Dan suaranya itu tidak salah gua dengar dan rasakan... Suaranya bergetar. Gua mendongakan kepala untuk melihat wajahnya. Kini posisinya sedikit menunduk sambil menatap wajah gua, dan ya matanya sudah berkaca-kaca.

"Ayo bangun, Kak... Aku udah maafin kamu", ucapnya lagi sambil menarik pelan lengan kanan gua kali ini, agar gua berdiri.

Akhirnya gua pun berdiri, dan kini kami kembali saling berhadapan, saling menatap.

"kamu.. Kamu beneran maafin aku ?", tanya gua serius.

Helen mengangguk walaupun tanpa tersenyum, tapi kedua tangannya kini memegang wajah gua.

"Iya, aku maafin kamu..", jawabnya seraya mengusap airmata gua dengan kedua ibu jarinya.
"Tapi enggak dengan Vera...", lanjutnya.

Gua tersentak sampai membelalakan mata, sumpah gua terkejut mendengar ucapannya itu.

"Kok.. Kok gitu ? Kenapa ?!", tanya gua kaget.
"Ay.. Ay please, apapun... Apapun yang kamu pinta, kamu suruh, apapun itu akan aku lakuin... Asal kamu bisa maafin Vera juga, Ay.. Ya tapi selama permintaan kamu itu juga gak aneh-aneh, maksudku semampuku, Ay... Tolong ya, Ay...", lanjut gua sungguh-sungguh dengan memegangi kedua bahunya kali ini.

Helen tersenyum sinis, lalu sedikit memalingkan muka sambil berucap. "Ck.. Sampe segitunya ya kamu demi dia..", jawabnya ketus.

"Ay, aku mohon sama kamu, aku memang salah, aku memang brengsek.. Dan Vera ya aku akuin dia udah salah juga dengan nampar kamu, tapi tolong, Ay... Dia itu calon istriku... Tolong maafin dia juga..", ucap gua lagi.

"Aku mau tanya dulu...", ucapnya.

"Ya ?".

"Kenapa kamu sampe segitunya minta maaf ke aku ? Maksud aku, kenapa bisa kamu sampai memohon ke aku dan nangis juga di depan perempuan ?"

Gua tersenyum kecut. Gua pejamkan mata sesaat, lalu kembali menatap wajahnya.

"Karena aku enggak mau terjadi hal buruk lagi, Ay.. Aku takut.. Aku takut akan ucapan almarhum..", jawab gua pelan.

"Ucapan ? Ucapan almarhum ? Maksud kamu apa ?", tanyanya bingung.

"Mungkin ini bakal terdengar aneh buat kamu, tapi setelah aku ngalamin sendiri, aku sadar bahwa ucapan beliau nyata adanya, Ay...", jawab gua.

Kemudian gua menceritakan momen antara anak dan seorang Ayah beberapa tahun kebelakang kepadanya. Momen saat seorang Ayah membagikan pengalaman hidupnya, dan sudah menjadi hal lumrah jika orangtua memberikan sedikit wejangan kepada anaknya yang akan menjalani kehidupan barunya kelak.

Saat itu, almarhum Ayahanda mengatakan hal yang sangat penting, dan baru gua sadari ucapannya itu benar setelah pengalaman pahit nan kelam yang gua alami sendiri.

Gua kehilangan dua orang yang gua cintai dan sayangi sekaligus dalam waktu yang cukup singkat, jauh sebelum itu Almarhum mengatakan kepada gua,

'Jika kamu membuat mereka sakit hati, maka kamu akan menebusnya dengan sakit hati yang lebih mengenaskan'. My Father - LiE Part 11.

Dan gua pun menyangkut pautkan hal tersebut dengan apa yang sudah terjadi kepada gua. Gua takut, ya gua akui gua takut dan trauma. Gua akan menikahi Nona Ukhti dalam waktu dekat, sedangkan keputusan gua ini menyakiti hati perempuan lain, hati dari perempuan yang sedang berada di hadapan gua saat ini. Karena itulah gua memohon maafnya, memohon kepadanya sampai meneteskan airmata.

Helen menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas. "Okey, tapi sesuai ucapan kamu tadi.. Aku bakal maafin Vera dengan satu syarat..", ucapnya setelah mendengarkan cerita gua.

Gua mengangguk cepat. "Apa syaratnya, Ay ?", tanya gua tidak sabar.

Helen tersenyum, senyum tulus yang gua rasakan dari dirinya itu. Dia kembali terlihat cantik dan anggun sekalipun hampir ikut menangis sebelumnya.

Lalu Helen menjawab pertanyaan gua, memberikan syarat apa yang ia ajukan sebagai jalan agar Nona Ukhti pun bisa dimaafkan olehnya.

"Gimana ? Gak susahkan syaratnya ?", tanyanya sambil tersenyum.

"Ya, pasti.. Aku pasti ikutin mau kamu, Aku lupa hal itu, maaf ya..", jawab gua lalu tersenyum.

Selanjutnya gua pun pamit kepadanya, Helen tersenyum sambil mengangguk dan kembali masuk ke dalam rumahnya.

Gua buru-buru menaiki motor untuk pulang dan menemui Nona Ukhti.
Diubah oleh glitch.7 10-11-2017 03:41
fatqurr
kifif
oktavp
oktavp dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.