Kaskus

Story

glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN




Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.


Tak Lagi Sama - Noah


Spoiler for Cover Stories:


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.


Quote:


Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

Masa yang Paling Indah
Credit thanks to Agan njum26

Love in Elegy
Credit thanks to Agan redmoon97


Sonne Mond und Stern
*mulustrasi karakter dalam cerita ini


Quote:

*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
snf0989Avatar border
pulaukapokAvatar border
chamelemonAvatar border
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
#3808
Sebelum Cahaya
PART XVIII


Bunyi dering telpon begitu nyaring terdengar di dalam kamar, tangan gua meraba-raba tepian kasur dan akhirnya menemukan blackberry tersebut dibalik bantal.

'Hallooo... Siapa nih ? Hah ?... Ngapain ?! Bokis ah lu!... Yaudah bentar gw kedepan!'

Gua tutup telpon tersebut, sambil mengumpulkan kesadaran gua bangun dari kasur seraya menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat. Masih pusing rasanya...

Gua lirik jam dinding di kamar ini, wow sudah pukul setengah tiga sore ternyata.

Dengan gontai gua berjalan kearah kamar mandi untuk sekedar mencuci muka, lalu keluar kamar dan menuruni tangga.

"Bi.. Mba Laras belum pulang ?", teriak gua ketika sudah sampai di ruang makan dan mengambil minum.

"Belum, Mas... Tadi nelpon katanya lagi jalan sama Mba Kinan... Nanyain Mas Eza, Bibi bilang belum bangun...", jawab Bibi dari dapur.

Gua hanya mengangguk lalu menghabiskan air mineral satu gelas sebelum menuju ke depan rumah.

Sesampainya di teras, mata gua mencari sosok sahabat gua yang sebelumnya menelpon. Kok enggak ada nih..

"Zaaa! Woy, diluar sini!", teriaknya dari balik pagar.

Weh ternyata masih diluar itu anak. Gua berjalan menghampirinya lalu membukakan pagar.

"Tumben lu kemari, ada apa nih ?", tanya gua.

sreett...Dia tarik tangan gua.

"Jangan banyak cingcong, buruan naek...", jawabnya cepat setelah menarik tangan gua.

"Ada apaan sih ?! Maen naek aja...", tanya gua bingung.

"Udah naek buruan! Lama lu! Tar gua ceritain di jalan...", jawabnya kali ini sambil menyalakan motor.

Gua turuti ajakannya, gua naik di jok belakang..

Motor diputar balik, mengarah keluar komplek perumahan ini dengan perlahan karena cukup banyak tanggul. Masih berada di jalanan komplek, gua tanya lagi ada apa dan mau kemana ini sebenarnya.

"Woy.. Ini kita mau kemana, bro ?".

"Hehehe... Gua tau masalah lu, slow Za... Gua backup lu, kita pasti bisa rebut Vera... Hehehe... Slow brother..", jawabnya sambil terkekeh.

"Hah ? Apaan ? Vera ? Kita rebut ? Apaan maksudnya ?", tanya gua kaget.

"Udah gak usah galau lu! Yakin aja sekarang ma Vera suka dan bakalan milih lu, bro...", jawabnya lagi.

"Berenti dulu kampret! Berenti!", gua goyang-goyang tangannya yang sedang mengemudikan motor.

"Woy..woy...jatoh nih pe'a!".

"Makanya berenti dulu!", teriak gua.

Setelah motor berhenti di depan salah satu rumah tetangga, sahabat gua itu langsung membuka kaca helm.

"Denger nih, Za... Gua tau lu sedih kalo Vera bakal di lamar cowo laen, tapi lu kudu liat kalo Vera cuma mau sama lu, Bro... Gua gak boong! Gusmen udah cerita sama gua!", jelasnya.

"Hah ? Gusmen cerita sama lu ? Kenal darimana lu ama temen SMA gua itu ?", tanya gua kaget.

"Aduh, Za! Ceritanya panjang ini... Entar aja, keburu telat kita...", potongnya.

"Enggak-enggak, lu kudu cerita dulu ama gua!", balas gua.

"Pokoknya intinya sekarang, Bokapnya Meli bakal bantuin lu jadi wali, udah sekarang kita kesono dulu, gak pake lama, Bro...", lanjutnya.

"Lah lah.. Apaan lagi ini ? Kok jadi Pak Rw ?! Gua beneran bingung, kampret!", makin bingung aja gua sama kayak kalian yang lagi baca.

"Enggak usah basa-basi deh! Lu cinta apa enggak sama Vera ? udah itu aja pertanyaan gua!", tanyanya serius.

Gua masih bingung dengan semua penjelasan sahabat gua itu. Kenapa jadi bawa-bawa Pak Rw, terus dia kenal pula sama si Gusmen. Eh sekarang malah nanyain soal perasaan gua ke Nona Ukhti lagi.

"Gua.. Gua sayang Vera, gua masih sayang dan cinta sama dia, Wa..", jawab gua pelan.

Jawaban itu benar-benar dari dalam hati gua, sekalipun masih dilingkupi dengan banyaknya pertanyaan karena semua keanehan ini, tapi gua dengan sendirinya langsung menjawab jujur soal perasaan hati gua untuk Nona Ukhti.

"Kalo gitu, sekarang kita kerumahnya, Za... Udah pegangan aja, gua kebut nih...", jawab Dewa lalu mulai kembali menjalankan motor.

Sampai di gerbang komplek, saat motor terhenti hendak menyebrang ke jalan raya. Gua tanya lagi tuh anak.

"Wa... Emang lu tau rumah Vera dimana ?".

Dewa menengok kebelakang sambil nyengir kuda. "Hehehe... Kagak".

Pletak!!! gua keplak palanya yang terbungkus helm half-face itu.

"Setan! Puter balik lu, dikira deket apa ke Sentul... Mana panas ini, keriput dijalan yang ada!", ucap gua rada gedeuk.

Akhirnya kami berdua kembali ke rumah gua. Setelah turun dari motor, gua suruh si Dewa parkirin motornya di halaman garasi, gua sempat menawarkannya untuk minum atau sekedar ngopi dulu. Tapi dia malah kebakaran jenggot.

"Mata lu ngopi! Ini udah sore, Za! Itu si Vera lagi dilamar sekarang ama keluarganya Adit, gila apa lu malah leha-leha! Udah buruan ambil konci mobil!", jawabnya.

Gua beneran terkejut kali ini, sumpah kok perasaan gua malah beda, enggak kayak pagi tadi saat Gusmen yang datang. Gua bingung sendiri, kenapa bisa sekarang gua mendadak takut karena Nona Ukhti akan dilamar sama Adit.

Tanpa fikir panjang lagi, gua lari kedalam rumah dan menyabet kunci mobil milik almarhumah Echa yang tergeletak di lemari kaca ruang tamu lalu berlari lagi keluar rumah.

"Naek buruan, lu!", teriak gua sambil membuka pintu kemudi.

Dewa langsung masuk ke bangku depan, gua nyalakan mesin mobil lalu memakai seat-belt. Sesaat gua panaskan dulu mobil sambil menanyakan soal lamaran si Adit itu.

"Wa, gimana ceritanya lu bisa tau semua ini ?", tanya gua sambil mengambil sebatang rokok yang ditawari Dewa.

"Jadi tadi gua lagi di rumah Meli, di rumah Pak Rw... Si Meli ditelpon sama bokapnya, taunya nanyain gua, terus cerita kalo katanya lu mau ngelamar Vera, terus Gusmen juga ngomong sama gua ditelpon... Gua juga bingung kok bokapnya Meli bisa tau, ternyata temen lu si Gusmen itu anak buahnya bokapnya Meli, Za.. Dines di polsek xxx...", jawabnya.

"Gusmen anak buahnya Pak Rw ? Lah emang sih dia mau pindah dines kesini, tapi gua juga baru tau ternyata satu polsek sama Pak Rw... Terus gimana maksudnya Pak Rw jadi tau soal Vera yang mau dilamar ?", tanya gua lagi.

Jadi menurut Gusmen dan Dewa... Setelah Gusmen terkapar oleh hantaman Helen tadi siang, dia dibawa ke RS di deket polsek tempatnya bekerja, tapi sebelum sampai di RS, Gusmen sudah siuman terlebih dahulu saat baru sampai di parkiran RS. Setelah itu dia minta ke temennya untuk langsung ke kantor mereka. Nah disinilah Gusmen habis dicengin-diledekin-dibully sama rekan-rekan kerjanya. Kejadian siang itu, saat Helen berhasil membuatnya tak sadarkan diri, menjadi omongan satu polsek, siapa lagi yang menyebarkan cerita itu kalau bukan temannya yang melihat kejadian tadi.

Sampai akhirnya Kapolsek pun tau soal anak buahnya yang pingsan oleh seorang perempuan. Kapolsek tersebut adalah Bapaknya Mba Siska dan Meli, sekaligus Pak Rw di rumah Nenek gua. Gusmen sampai diminta masuk pendidikan lagi agar fisiknya tidak lemah, candaannya seperti itu lah kurang - lebih.

Nah, karena beliau tidak habis pikir kenapa Gusmen bisa pingsan sekali pukul, ditanyalah dia, masalah awalnya bagaimana dan kenapa bisa begitu. Gusmen ceritakan kejadian sebenarnya kepada Bapaknya Mba Siska, sampai menyebutkan nama gua. FYI : karena nama asli gua jarang yang pakai, tidak umum, dan Pak Rw itu kenal betul keluarga gua, otomatis nama yang disebutkan Gusmen membuat Bapaknya Mba Siska jadi lebih ingin tau. Setelah dipastikan nama itu adalah gua, orang yang dikenal Beliau, semakin kepo lagi itu orang, mau enggak mau Gusmen ceritain soal tujuannya meminta gua melamar Vera sebelum dilamar oleh Adit hari ini.

Menurut Bapaknya Mba Siska setelah kejadian itu, dia cerita ke gua, kenapa bisa dirinya membela gua dan sampai repot-repot menelpon Meli untuk menyuruh Dewa datang ke rumah gua dan membawa gua ke rumah Nona Ukhti karena Beliau tau siapa Nona Ukhti, bagaimana kejadian di masa lalu saat Nona Ukhti mengalami hal buruk. Beliau adalah salah satu pihak berwajib yang mencari pelaku saat itu. Bisa dibilang termasuk ikut menangani kasus nya Nona Ukhti, dari situ pula Beliau tau hubungan gua dengan Nona Ukhti seperti apa saat sebelum kejadian na'as tersebut terjadi. Apalagi, Beliau juga mengetahui gagalnya gua menikahi Nona Ukhti dulu. Soal gagalnya lamaran dulu itu, memang sahabat-sahabat rumah gua mengetahuinya, termasuk Mba Siska.

"Za, lu pikir baik-baik sekarang, banyak yang perduli sama lu dan ngedukung hubungan lu sama Vera, sampe Bokapnya Meli aja bela-belain gini loch, Za.. Nyuruh gua jemput lu dan rebut Vera dari keluarga Adit. Karena kita semua tau siapa Vera dan gimana dia... Ini usaha terakhir lu buat mastiin, siapa yang dipilih Vera, Za! Lu atau Adit!", ucapnya setelah menjelaskan panjang lebar.

Gua berfikir sejenak...

Lebay mungkin gua, tapi enggak apa-apa, gua sedih setelah sadar oleh omongan Dewa itu. Gimana enggak, ternyata masih banyak yang perduli dengan gua. Menyadarkan gua yang bodoh ini, menyadarkan gua yang sudah menyerah karena Nona Ukhti. Dan sekarang rasanya adalah usaha terakhir gua, seperti yang diucapkan sahabat gua itu. Kalau sampai Nona Ukhti menerima lamaran Adit, baru gua benar-benar menyerah dan mundur teratur.

Puk.. ditepuk bahu kiri gua.

"Hey! C'mon dude, let's do this!", Ucap Dewa menyadarkan gua dari lamunan.

Mobil sudah siap untuk berangkat, mood gua pun on fire seketika...

Tanpa rasa ragu lagi, gua pacu mobil sedan merah ini menuju kediaman Nona Ukhti dengan secepat yang gua bisa...
Diubah oleh glitch.7 03-11-2017 21:22
fatqurr
kifif
oktavp
oktavp dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.