Kaskus

Story

glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN




Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.


Tak Lagi Sama - Noah


Spoiler for Cover Stories:


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.


Quote:


Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

Masa yang Paling Indah
Credit thanks to Agan njum26

Love in Elegy
Credit thanks to Agan redmoon97


Sonne Mond und Stern
*mulustrasi karakter dalam cerita ini


Quote:

*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
snf0989Avatar border
pulaukapokAvatar border
chamelemonAvatar border
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
#2711
Sebelum Cahaya
PART IV


"Ay, pulang sekarang ?".

Suasana di tempat wisata malam ini memang masih tampak cukup ramai pengunjung walaupun waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Segala kenangan yang terlintas di dalam fikiran gua dan Helen membuat malam minggu kali ini menghadirkan sosok almh. Istri gua, Echa, di benak kami masing-masing.

"Yaudah yu pulang, Kak...", jawabnya seraya melonggarkan tubuh dari pelukan gua yang sebelumnya memeluknya dengan posisi duduk. "Indah ya bintangnya...", lanjutnya setelah membersihkan sedikit debu kotor yang menempel pada celananya lalu menatap hamparan langit malam diatas sana.

Kini gua sudah berdiri tepat disampingnya, memandangi langit yang sama diatas sana dari tempat paralayang ini. "Iya, indah, Ay...".

Pukul setengah dua dini hari kami berdua sudah sampai di depan rumahnya, setelah berkendara hampir satu jam. Gua masukan mobil melintasi halamannya yang panjang setelah seorang satpam pribadi rumahnya membukakan pintu gerbang, lalu menghentikan mobil tepat di sisi teras pintu utama.

Kami berdua berjalan kearah teras, lalu Helen mengambil kunci rumah dari saku celananya, baru saja dia akan membuka pintu, tapi pintu itu terbuka lebih dulu dari arah dalam.

"Ay ? Darimana kamu..?".

"Eh, Mamah ? Tumben belum tidur ?", tanya Helen balik karena terkejut melihat sang Mamah yang belum tidur.

"Kamu itu... Ditanya kok malah nanya balik ?".

"Maaf, Mah... Tadi aku sama Kak Eza dari atas... Jalannya macet pas berangkat dan keasyikan liat pemandangan kota dari atas sana.. Jadi kemalaman pulangnya...", jawab Helen sambil sedikit tertunduk.

"Kepagian ini namanya, Ay.. Udah lewat tengah malam...", ucap sang Mamah dengan nada suara yang lembut.

"Mmm.. Maaf Tante, Eza yang ajak Helen jalan-jalan malam minggu ini, mohon maaf udah kelewat jam pulangnya, saya yang salah baru anter Helen pulang sekarang... Mohon maaf sekali lagi Tante..", ucap gua kepada Mamahnya yang sudah melirik kepada gua.

"Ya Tante gak apa-apa sebenarnya kalo kalian mau main atau jalan sampai pagi juga, cuma satu... Kamu, Ay... Dan Eza juga... Kalo kemana-mana ngabarin, Tante khawatir, kan tadi bilangnya cuma mau muter aja, Tante takut kalian kenapa-kenapa kalo gak ada kabar gini...", jawab sang Mamah seraya gantian melirik gua dan anak bungsunya itu.

"Iya, Tante... Maaf sekali lagi, kita berdua awalnya emang gak niat mau pergi ke atas sampe lupa waktu gini, maaf sekali lagi, saya janji gak akan ajak Helen pulang sepagi ini lagi Tante...", ucap gua merasa bersalah.

"Ya udah gak apa-apa Za, cuma ya itu, kabarin Tante lain kali ya...".

Gua mengangguk sambil tersenyum mengiyakan ucapannya.

"Masuk dulu, Za...", lanjut Beliau.

"Makasih Tante, udah terlalu pagi ini kalo saya bertamu, lain kali lagi saya kesini, rumah juga deket ini, saya pamit dulu ya, Tante...", ucap gua menolak ajakannya. "Ay, aku pulang dulu, ya... Selamat istirahat..", ucap gua kali ini kepada Helen.

"Iya, Kak...", jawabnya lalu melirik kepada sang Mamah kali ini. "Mmm...".

Entah apa maksudnya Helen melirik kepada sang Mamah sambil menggigit bibir bawahnya sendiri yang tidak lama sang Mamah seperti mengerti maksud anak bungsunya tersebut. "Yaudah, Tante masuk dulu ya, Za...", ucap sang Mamah sambil menahan senyumannya dan berlalu kedalam rumahnya lagi.

Gua mengerenyitkan kening menatap bidadari yang wajahnya sudah tampak ngantuk itu. "Kenapa, Ay ?", tanya gua bingung.

Dia menggelengkan kepala lalu tersenyum tipis dengan tatapan mata yang... Aah... I'm gonna be crazy if you staring at me like that, Ay emoticon-Malu

"Makasih ya untuk hari ini, Kak..", ucapnya seraya maju satu langkah hingga kami berdiri berhadapan dengan jarak yang cukup dekat.

Wait a sec...Kok jantung gua jadi berdegup lebih kencang gini.. Aroma wangi rambutnya yang tertiup angin itu seolah-olah membius pusat saraf di otak gua, sampai-sampai gua memejamkan mata sejenak, ya hanya sejenak karena ketika kedua tangan halus nan lembut menyapa kedua pipi ini, mata gua langsung kembali terbuka, dan kembali terlihat sosok bidadari dunia itu, dan kini, jarak wajah kami sangat dekat. Matanya menatap lekat-lekat diri ini yang masih tertegun karenanya.

Bohonglah kalo hasrat gua tidak bangkit, apalagi di suasana seperti sekarang. Gua berinisiatif duluan, mendekatkan wajah ini ke wajahnya dengan sedikit gerakan, kedua tangannya yang masih memegangi sisi wajah ini sedikit bereaksi, hingga gua merasakan tekanan disana.

"Eh ? Kenapa ?", tanya gua ketika nyaris sekali bibir ini mendarat mulus di bibirnya.

Kedua tangannya itu masih menahan wajah gua, dia menyunggingkan senyuman sambil menggelengkan kepala. "Kamu mau ngapain, Kak ?", tanyanya masih tetap tersenyum dengan nada yang lembut.

Otak gua beku, apa maksudnya dia nanya seperti itu coba, posisi udah jelas ini mau ngapain, lagipula dia duluan tadi yang deketin gua, ditambah itu kedua tangannya memegang wajah ini.

"Ngapain ? Aku ? Ah, Aaaayy... Harusnya aku yang nanya gitu", ucap gua sedikit memundurkan wajah.

Dia terkekeh pelan, lalu kedua tangannya kembali menahan kepala gua, dia tarik lembut wajah ini hingga kening kami bertemu.

"Aku cuma mau bilang, selamat beristirahat... Hihihi...", ucapnya dengan suara yang terdengar jelas sekali karena hidung kami juga kini bersentuhan.

Kok gua serasa dimaenin gini ya. Kening sama hidung udah bertemu, ini tinggal bibir aja nih...

Gua menelan ludah, tidak konsen lah gua dengan posisi wajah yang sangat teramat dekat seperti ini. Ya maklum, namanya juga laki-laki, kalo udah gini ma, hasrat gua aja deh yang berbicara.

Tanpa menjawab ucapannya tersebut, sedetik kemudian dan dengan secepat kilat gua mengecup bibirnya sekilas.

Cup.. sekilas dan sangat cepat gua curi ciuman, ah bukan, itu hanya sebuah kecupan.

Dan sial bagi gua, refleks dan kesigapan gua sedang menurun karena belum istirahat sepertinya.

Kedua tangannya kini dengan cepat turun hingga ke bahu gua, dan disanalah... Ya disana Gua merasakan nyeri yang amat sangat. Dia tekan kedua bahu gua hanya dengan ibu jari dan jari telunjuknya. Dan sumpah gua gak bohong, sampe detik ini gua masih inget itu rasanya sakit banget Gais... Sampe berembun mata gua berusaha menahan teriak.

"Aaah.. Ah ah... Aampuun...ampuun.. Ampun, Ay... Sakiit... Sakit sakit sakit sakiiiit...", ringis gua menahan suara agar tidak membuat gaduh.

Brugh.. gua terjatuh, bertumpu dengan kedua lutut di hadapannya.

Dan itu semua hanya karena sebuah cengkraman, ah kalo cengkraman sih satu kepalan tangan penuh, ini cengkraman dari ibu jari sama jari telunjuknya doang Braaay... Gila, nangis gua lama-lama kalo gini sih. Hiks... Hiks...

"Amppunnn.. Sakit astagfirullaaaah...", gua memegangi kedua lengannya, yang dimana jemarinya itu masih menekan kedua bahu gua.

"Makanya jangan macem-macem deh, Kak.. Hihihi...", ucapnya pelan sambil terkekeh.

Tidak lama kedua tangannya pun melepas bahu kanan-kiri ini, lalu tangan kanannya mencoba membantu gua untuk bangkit berdiri lagi.

Jujur, marah gua waktu itu sama ini wanita satu, kesel, sakit bahu gua. Jadi maunya sih nepis itu tangan dia, eh sialnya rasa nyeri di bahu gua ini tiba-tiba menjalar pada saat gua hendak bangkit sendiri. Gila bisa gini efeknya. Mau enggak mau, suka enggak suka, akhirnya gua terima bantuan tangannya itu agar gua bisa berdiri lagi. Sialan... emoticon-Nohope

"Udah deh, gak usah sok kuat, aku tau efeknya sakit banget, Kak.. Kaciiaan... Cakiit yaaa ? Hehehe", ledeknya sambil memapah gua agar duduk di bangku teras.

"Parah kamu... Parah asli.. Sadiiss. Sakit pake banget ini Aaaayy... Gak liat apa ini mata aku udah berembun gini... Males aku sama kamu!", sungut gua setelah duduk sambil memalingkan wajah kearah lain.

"Dudududuuduuuuh... Ngambek nih ceritanya sama akuuu ? Iyaaa ? ngambek ? Hihihihi...".

Masih aja ledekin gua ini bidadari, minta maaf kek... Heuh!

"Au ah gelap! Aku pulang!", gua emosi, lalu berdiri lagi dari duduk walaupun masih terasa nyeri di bahu.

"Iya iya maaf... Sini sini, dengerin aku dulu...", ucapnya kali ini seraya ikut berdiri dan memegangi lengan kiri gua agar tidak beranjak pergi.

"Apa ?! Males aku sama kamu! gak pernah maen-maen kamu ma kalo nyiksa aku tuh!", sungut gua lagi yang masih kesal.

Dia tersenyum lalu kembali berdiri dihadapan gua, kali ini kedua tangannya mengelus-elus lembut bahu gua. Lalu matanya menatap mata gua lekat-lekat. "Maaf kalo sakit, Tapi aku juga gak suka kamu mainin kayak gini, Kak...", ucapnya pelan.

"Ma-Maksudnya ?", gua tergagap.

Dia menghela nafas pelan, lalu dengan mata yang sayu dan raut wajah yang malas ia kembali berucap...

.
.
.
.

"Sampai kapan kamu gantungin hubungan kita ?".




Detik-detik waktu pun terbuang
Teganya kau menggantung cintaku
Bicaralah biar semua pasti

Gantung - Melly Goeslaw
Diubah oleh glitch.7 25-08-2017 15:58
dany.agus
fatqurr
oktavp
oktavp dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.