- Beranda
- Stories from the Heart
Sonne Mond und Stern
...
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Tak Lagi Sama - Noah
Spoiler for Cover Stories:
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.
Quote:
Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

*mulustrasi karakter dalam cerita ini
Quote:
*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
glitch.7
#2561
Sebelum Cahaya
PART II
Gua menikmati kopi tubruk serta jagung bakar yang terasa nikmat di lidah, makanan dan minuman tersebutlah yang memang pas dinikmati ketika udara cukup terasa dingin seperti saat ini, karena gua sedang berada di kawasan yang berbukit.
Kedua mata ini dimanjakan oleh hamparan langit yang dihiasi kerlip bintang-bintang di atas sana, dan ketika gua menatap kebawah, terlihatlah indahnya cahaya warna-warni yang terpancar dari lampu-lampu kota serta dari kendaraan yang nampak jauh.
Waktu baru saja menunjukkan pukul delapan malam ketika tempat wisata ini mulai di sesaki oleh orang-orang yang juga ingin melewati malam minggu seperti gua. Beberapa pasangan yang datang duduk di dekat ujung tempat landasan paralayang, tentu saja termasuk gua yang juga duduk di sisi ujung landasan bersama seorang bidadari.
Hm ? Sendiri ? Enggak mungkin seorang Agathadera berada diantara kerumunan pasangan kekasih dengan tanpa seorang wanita, impossible... Bunuh hati namanya datang ke tempat yang terbilang indah seperti ini seorang diri. Kecuali jomblo akut... Yang memang gak takut... Karena terlalu lama sendiri...
Seorang bidadari yang tadi sore gua temani di rumahnya kini sudah gua culikke tempat yang indah untuk melewati malam minggu tanpa penghujan.
Bidadari itu malam ini mengenakan jaket berbahan parasut berwarna pink dengan hoodie yang ia gunakan untuk menutupi kepalanya, lalu celana denim skinny hitam membalut bagian bawah tubuhnya itu. Dan sepatu converse berwarna putih membuatnya terlihat sedikit tomboy menurut gua, andai saja warna jaket dan sepatunya itu berwarna hitam juga seperti celananya, maka semakin jelas sudah sisi tomboynya lebih nampak daripada sisi feminimya.
Tapi bagaimanapun, namanya perempuan yang memiliki kecantikan natural sejak lahir seperti dirinya akan selalu pantas dan pas saja mengenakan pakaian model apapun. Tidak bisa menutupi pesonanya yang membuat beberapa pasang mata lelaki lain di tempat wisata ini mencuri pandang kepada bidadari yang sedang bersama gua itu. Walaupun mereka datang kesini bersama pasangannya masing-masing.
Dan untuk itu, gua merasa beruntung menjadi lelaki yang bisa memeluknya dari arah belakang dengan posisi kami yang juga duduk disalah satu sisi ujung landasan paralayang ini.
Kepala bagian belakangnya bersandar pada bahu kiri bagian depan tubuh gua, kedua tangan ini melingkar dari belakang, memeluk perut rampingnya dengan jaket parasut yang menutupi bagian tubuhnya tersebut.
Gua melirik untuk melihat sebagian wajahnya yang tidak tertutupi hoodie, dan disanalah, gua melihat jelas bukti bahwa Tuhan memang benar Maha Pencipta. Keindahan dari isi dunia ini memang lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa Dia adalah sang Maha Pencipta, dan diantara keindahan yang Dia ciptakan itu, salah satu karya terindah-Nya adalah sosok bidadari dunia yang sedang berada dalam pelukan gua.
Ya, seperti lagu untuk part kali ini...
Kedua mata ini dimanjakan oleh hamparan langit yang dihiasi kerlip bintang-bintang di atas sana, dan ketika gua menatap kebawah, terlihatlah indahnya cahaya warna-warni yang terpancar dari lampu-lampu kota serta dari kendaraan yang nampak jauh.
Waktu baru saja menunjukkan pukul delapan malam ketika tempat wisata ini mulai di sesaki oleh orang-orang yang juga ingin melewati malam minggu seperti gua. Beberapa pasangan yang datang duduk di dekat ujung tempat landasan paralayang, tentu saja termasuk gua yang juga duduk di sisi ujung landasan bersama seorang bidadari.
Hm ? Sendiri ? Enggak mungkin seorang Agathadera berada diantara kerumunan pasangan kekasih dengan tanpa seorang wanita, impossible... Bunuh hati namanya datang ke tempat yang terbilang indah seperti ini seorang diri. Kecuali jomblo akut... Yang memang gak takut... Karena terlalu lama sendiri...
Seorang bidadari yang tadi sore gua temani di rumahnya kini sudah gua culikke tempat yang indah untuk melewati malam minggu tanpa penghujan.
Bidadari itu malam ini mengenakan jaket berbahan parasut berwarna pink dengan hoodie yang ia gunakan untuk menutupi kepalanya, lalu celana denim skinny hitam membalut bagian bawah tubuhnya itu. Dan sepatu converse berwarna putih membuatnya terlihat sedikit tomboy menurut gua, andai saja warna jaket dan sepatunya itu berwarna hitam juga seperti celananya, maka semakin jelas sudah sisi tomboynya lebih nampak daripada sisi feminimya.
Tapi bagaimanapun, namanya perempuan yang memiliki kecantikan natural sejak lahir seperti dirinya akan selalu pantas dan pas saja mengenakan pakaian model apapun. Tidak bisa menutupi pesonanya yang membuat beberapa pasang mata lelaki lain di tempat wisata ini mencuri pandang kepada bidadari yang sedang bersama gua itu. Walaupun mereka datang kesini bersama pasangannya masing-masing.
Dan untuk itu, gua merasa beruntung menjadi lelaki yang bisa memeluknya dari arah belakang dengan posisi kami yang juga duduk disalah satu sisi ujung landasan paralayang ini.
Kepala bagian belakangnya bersandar pada bahu kiri bagian depan tubuh gua, kedua tangan ini melingkar dari belakang, memeluk perut rampingnya dengan jaket parasut yang menutupi bagian tubuhnya tersebut.
Gua melirik untuk melihat sebagian wajahnya yang tidak tertutupi hoodie, dan disanalah, gua melihat jelas bukti bahwa Tuhan memang benar Maha Pencipta. Keindahan dari isi dunia ini memang lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa Dia adalah sang Maha Pencipta, dan diantara keindahan yang Dia ciptakan itu, salah satu karya terindah-Nya adalah sosok bidadari dunia yang sedang berada dalam pelukan gua.
Ya, seperti lagu untuk part kali ini...
'Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan'
Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan - Payung Teduh
Untuk kamu sang bidadariku, Franziska Helena Katrina.
***
"Kak... Kamu sering kesini ?".
Angin malam mulai menelusup menyapa kulit gua, walaupun tubuh ini telah berbalut kaos serta sweater hitam, tetapi kencangnya hembusan sang angin cukup membuat gua merasakan kedinginan. Gua memperat sedikit pelukan ini, berharap hangat tubuh kami bisa saling menghangatkan satu sama lain.
"Beberapa kali aja, Ay... Udah lama juga aku gak kesini...", jawab gua sambil memejamkan mata, berharap dia tidak akan melanjutkan pertanyaan lainnya.
"Kapan ?".
Gua terdiam sejenak, harapan gua sirna, "Beberapa tahun lalu, cukup lama...".
"Sama siapa ?".
Gua menghela nafas pelan, lalu membuka mata ini seraya melirik kepadanya. Dia pun melakukan hal yang sama, melirik kepada gua. Sesaat kedua mata kami saling bertemu. Terlihat dari kedua bola matanya yang indah itu ada sesosok lelaki yang sangat gua kenal selama ini. Lelaki itu tersenyum getir, lalu bibirnya terucap dengan nada yang lirih untuk menjawab pertanyaan dari sang bidadari pemilik kedua bola mata indah itu.
"Almarhumah Ressa...".
Suara hiruk-pikuk yang timbul karena ramainya tempat wisata ini oleh mereka-mereka yang berpasangan membuat gua dan sang bidadari bergeming, tak ada sedikitpun hal yang membuat kami terusik. Sesaat kami masih terdiam dan juga masih saling berpandangan, larut dalam fikiran masing-masing.
Gua masuki kenangan bersama Sang Ratupemilik tempat istimewa dalam lubuk hati yang terdalam. Beberapa hal yang terkait erat dengan tempat wisata malam ini saat bersamanya dulu kembali menyeruak. Saat itu, yang gua ingat adalah hal terakhir ketika gua dengan teganya menolak cinta Sang Ratu di sebuah lahan kebun teh di dekat tempat dimana gua dan sang bidadari kini berada.
Cha, apa kabar kamu sang Ratu hati ?
Jingga tumbuh dengan baikkah ? Atau tetap berumur empat bulan, sayang ? Semoga kalian berdua diterangi tanpa sedikit pun melihat gelap dan merasakan takut di alam sana.
Entah hal apakah yang difikirkan oleh perempuan yang masih berada dalam pelukan gua ini. Kedua bola matanya kini berkaca-kaca, dan menetes turun dengan perlahan membasahi kedua pipinya tepat saat dia mengucapkan kata maaf.
"Maaf...".
Angin malam mulai menelusup menyapa kulit gua, walaupun tubuh ini telah berbalut kaos serta sweater hitam, tetapi kencangnya hembusan sang angin cukup membuat gua merasakan kedinginan. Gua memperat sedikit pelukan ini, berharap hangat tubuh kami bisa saling menghangatkan satu sama lain.
"Beberapa kali aja, Ay... Udah lama juga aku gak kesini...", jawab gua sambil memejamkan mata, berharap dia tidak akan melanjutkan pertanyaan lainnya.
"Kapan ?".
Gua terdiam sejenak, harapan gua sirna, "Beberapa tahun lalu, cukup lama...".
"Sama siapa ?".
Gua menghela nafas pelan, lalu membuka mata ini seraya melirik kepadanya. Dia pun melakukan hal yang sama, melirik kepada gua. Sesaat kedua mata kami saling bertemu. Terlihat dari kedua bola matanya yang indah itu ada sesosok lelaki yang sangat gua kenal selama ini. Lelaki itu tersenyum getir, lalu bibirnya terucap dengan nada yang lirih untuk menjawab pertanyaan dari sang bidadari pemilik kedua bola mata indah itu.
"Almarhumah Ressa...".
Suara hiruk-pikuk yang timbul karena ramainya tempat wisata ini oleh mereka-mereka yang berpasangan membuat gua dan sang bidadari bergeming, tak ada sedikitpun hal yang membuat kami terusik. Sesaat kami masih terdiam dan juga masih saling berpandangan, larut dalam fikiran masing-masing.
Gua masuki kenangan bersama Sang Ratupemilik tempat istimewa dalam lubuk hati yang terdalam. Beberapa hal yang terkait erat dengan tempat wisata malam ini saat bersamanya dulu kembali menyeruak. Saat itu, yang gua ingat adalah hal terakhir ketika gua dengan teganya menolak cinta Sang Ratu di sebuah lahan kebun teh di dekat tempat dimana gua dan sang bidadari kini berada.
Cha, apa kabar kamu sang Ratu hati ?
Jingga tumbuh dengan baikkah ? Atau tetap berumur empat bulan, sayang ? Semoga kalian berdua diterangi tanpa sedikit pun melihat gelap dan merasakan takut di alam sana.
Entah hal apakah yang difikirkan oleh perempuan yang masih berada dalam pelukan gua ini. Kedua bola matanya kini berkaca-kaca, dan menetes turun dengan perlahan membasahi kedua pipinya tepat saat dia mengucapkan kata maaf.
"Maaf...".
Tak terasa gelap pun jatuh
Diujung malam menuju pagi yang dingin
Diujung malam menuju pagi yang dingin
Malam semakin larut, beberapa pengunjung bersama pasangan mereka masing-masing mulai turun dari tempat landasan paralayang ini untuk kembali pulang, namun masih ada beberapa pasangan seperti kami berdua yang tetap menikmati malam minggu ini dibawah langit yang bertahta bintang diatas sana.
Hanya ada sedikit bintang malam ini
Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya
Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya
Gua memandangi luasnya langit malam, menyapukan pandangan dengan fikiran yang tergenang dalam kerinduan akan kenangan hari-hari bahagia saat masih bersama Echa. Degupan jantung dalam tubuh ini terasa berdentum, dan bibir gua mulai sedikit bergetar.
Lalu mataku merasa malu
Semakin dalam ia malu kali ini
Kadang juga ia takut
Tatkala harus berpapasan ditengah pelariannya
Semakin dalam ia malu kali ini
Kadang juga ia takut
Tatkala harus berpapasan ditengah pelariannya
Lalu mata gua mulai terpejam ketika mendapati sosok perempuan yang masih berada dalam pelukan gua menatap balik dengan airmata yang seolah-olah berpindah ke kedua bola mata ini. Akhirnya gua memalingkan wajah dengan tetap terpejam, diiringi lembut tetes airmata yang kini benar-benar keluar membasahi pipi gua.
Di malam hari
Menuju pagi
Sedikit cemas
Banyak rindunya
Menuju pagi
Sedikit cemas
Banyak rindunya
Sentuhan lembut dari jemari sang bidadari menghapus jejak airmata, gua membuka mata perlahan dengan hati yang rapuh, bibir gua semakin bergetar, dan sebelum gua menangis dan berteriak...
Tanpa perlu merasa malu dari tatapan manusia-manusia di sekitar kami...
Kamu dan aku... Berbagi rasa pedih ini...
Tentang masa yang tidak indah...
Tentang masa yang berat...
Tentang masa yang sudah terlewati...
Kamu memeluk ku dan meredam jerit suara tangis ku di malam itu...
Tanpa perlu merasa malu dari tatapan manusia-manusia di sekitar kami...
Kamu dan aku... Berbagi rasa pedih ini...
Tentang masa yang tidak indah...
Tentang masa yang berat...
Tentang masa yang sudah terlewati...
Kamu memeluk ku dan meredam jerit suara tangis ku di malam itu...
*
*
*
Ay... Terimakasih...

Diubah oleh glitch.7 16-08-2017 10:17
kifif dan 2 lainnya memberi reputasi
3

