Kaskus

Story

glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN




Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.


Tak Lagi Sama - Noah


Spoiler for Cover Stories:


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.


Quote:


Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

Masa yang Paling Indah
Credit thanks to Agan njum26

Love in Elegy
Credit thanks to Agan redmoon97


Sonne Mond und Stern
*mulustrasi karakter dalam cerita ini


Quote:

*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
snf0989Avatar border
pulaukapokAvatar border
chamelemonAvatar border
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
#2214
PART 18


"Kamu hati-hati di sana ya, nanti tahun baru aku kesana...", ucap gua sambil memeluk sang Nyonya.

Hari ini sang Nyonya memang harus kembali ke Singapore, melanjutkan pekerjaannya untuk mendapatkan sertifikasi. Lima hari sudah ia menemani gua disini dan tidak bisa lebih lama karena izinnya sudah habis, mau tidak mau kami pun harus kembali berpisah.

"Iya, Mas... Sering-sering kabarin aku ya, aku tunggu kamu disana, love you my dear..", balasnya seraya melepas pelukkan gua lalu mencium kening ini dan mencium tangan gua.

"Iya, sayang... Aku pasti ngabarin kamu, yaudah hati-hati sekali lagi, love you too my sunshine..", balas gua lalu gantian mencium keningnya.

"Mba, aku berangkat ya... See you soon...", ucapnya kepada wanita disamping gua.

Mereka berdua berpelukkan. "Iya dek, hati-hati disana ya, jaga diri baik-baik... Makasih udah mau dateng dan nemenin aku selama proses persidangan kemarin... Dan maaf sekali lagi sampai membuat Mas mu berurusan dengan hukum, aku menyesal dek...", ucap Mba Yu yang nampak sedih ketika memeluk istri gua.

"Gak apa-apa, Mba.. Aku sayang sama Mba Sherlin, begitupun Eza... Kami semua sayang sama kamu, Mba.. Semoga setelah semua ini, kamu bisa menjalani hidup yang lebih baik ya, Mba... Jangan lupa berdo'a kepada Allah SWT...", balas istri gua yang sudah melepaskan pelukkannya dan tersenyum menatap Mba Yu.

"Makasih banyak, Aamiin... Love you sayang..", jawab Mba Yu dengan linangan airmata yang sudah membasahi pipinya.

Panggilan kepada penumpang dari announcerpun menggema, dan gua melepas kepergian sang Nyonya yang masuk ke dalam lounge International departures. Ya cukup sedih rasanya harus kembali ditinggal oleh wanita yang gua cintai walaupun hanya untuk sementara waktu. Tapi gua pun tidak bisa langsung menemaninya, karena kewajiban gua untuk bekerja dan mencari nafkah merupakan satu hal yang juga penting.


***


Hands Down cover by Adelie


Satu bulan sudah gua kembali memasak di kitchen, ah ya... Tentu saja ini adalah pekerjaan gua di ibu kota. Tidak ada hal yang berarti ataupun penting selain hubungan gua dengan sang manager Eva yang mulai membaik. Semua berjalan seperti seharusnya tanpa ada lagi permasalahan yang rumit seperti sebelumnya. Sedangkan hubungan gua dengan Mba Yu pun masih sama seperti dahulu, sangat baik, lebih dekat karena statusnya yang sudah single, tapi tetap kami tau batasan. Seperti yang gua katakan sebelumnya, Mba Yu dan keluarga gua sudah seperti saudara, bahkan sang Nyonya menganggapnya seorang kakak, begitupun dengan Ibu, dia memanggap Mba Yu seperti anaknya sendiri.

Ini adalah hari dimana gua bisa pulang tepat waktu di saat malam minggu, biasanya gua selalu mengambil jam lembur jika malam minggu tiba. Tapi lain cerita untuk hari ini, karena gua memang sudah ada janji dengan Mba Yu. Perlu diingat, gua selalu memberi kabar kepada sang Nyonya jika gua berpergian, dengan atau tanpa seorang teman. Selalu seperti itu, karena komunikasi dan saling mengabari adalah suatu hal yang penting dan harus dijaga agar 'Long Fakin Distance Relationshitt'seperti ini tetap dalam jalur yang benar. Gua tidak ingin ada kesalahpahaman dalam rumah tangga gua, sebisa mungkin dan memang sudah seharusnya, gua jujur.

"Maaf, mas.. Nunggu lama ya...?", ucap Mba Yu ketika baru saja membuka pintu mobil.

"Iya.. Ngapain dulu sih ? Kirain beneran pulang tepat waktu...", protes gua seraya membuang puntung rokok keluar jendela samping.

"Iiiih maaf atuuh.. Ngambek kamu ma, tadi diajak ngobrol dulu sama supervisor aku, gak enak kalo langsung pamit, Mas...", jawabnya yang sudah duduk di bangku samping kemudi.

"Hm.. Cowok ya ? Awas jail tuh.. Apalagi tau kamu janda kembang... Hehehe", ucap gua sambil mulai menyalakan mesin mobil.

"Ciieee... Bilang aja kamu jealous, ya kan ya kan ya kaaaannnn ?, hahahaha...".

Gua tidak jadi memasukkan persneling dan menjalankan mobil, gua melepas kedua tangan dari kemudi lalu memiringkan tubuh ke kiri. Menatap matanya lekat-lekat dan menyunggingkan senyuman tipis.

"Kalo iya, kenapa ?", tanya gua pelan.

"Eh ?", Mba Yu menengok kepada gua dengan kedua bola mata yang sedikit terbelalak dan alis yang ia naikkan.

Hening sejenak hingga gua dapat melihat kedua pipinya yang putih itu nampak merona merah ketika tangan kiri ini mengelus pelan pipi kanannya, lalu gua berbisik... "Enggak usah baper kali...", seraya mencubit pipinya itu.

"Aaaaahh... Jahat iiih.. Sebel aku, dasar iseng kamu tuh!", sungutnya dengan wajah yang cemberut dan kembali menatap ke depan.

"Hahaha... Bete dia, hahahaha...", gua pun tertawa keras melihat perubahan raut wajahnya itu.

"Udah udah, jalan deh.. Rese ah..".

Dengan masih tertawa gua pun menjalankan mobil perlahan, meninggalkan sisi jalan dari depan kantor tempatnya bekerja.

Setelah berkutat dengan kemacetan ibu kota, kini mobil gua masukkan ke dalam parkiran Pacific Place. Beres memarkirkan mobil, kami berdua keluar dan mulai menuju dalam mall tersebut, gua berjalan disamping Mba Yu. Damn, girl... You so fakin' sexy today... Gua memang baru sadar kalo Mba Yu hari ini lebih terlihat seksi dan menawan. Blazer berwarna putih membalut kemeja dengan bahan satin yang berwarna putih gading, rok span berwarna hitam yang panjangnya tepat sampai pada lututnya itu sungguh ketat, dan semakin seksilah dirinya ketika gua melihat stocking hitam yang membalut kedua kakinya. Itu baru outfitnya, dan rambut pirangnya tergerai memanjang sebahu... What a beautiful lady with a beautiful face.. Mba Yu juga mengenakan kacamata hari ini, ya dia mengenakan kacamata dengan frame warna favoritnya, hijau tosca. Seingat gua, dari awal dia memasuki mobil hingga sampai di parkiran, Mba Yu belum mengenakan kacamatanya. Ah, whatever... I wanna making everyone jealous with us. Hahahaha...

"Mas, makan steak aja ya..", ucapnya tiba-tiba yang masih berjalan disamping gua.

Gua berhenti berjalan dan memasukan kedua tangan ke dalam saku celana hitam ini.

"Loch kok berenti ? Ada apa ?", tanyanya yang sudah menengok ke kanan.

Gua menggelengkan kepala pelan lalu terkekeh. "Kamu tuh, Mbaaa Mba... Ngapain kesini kalo cuma mau makan steak..? Haduh haduh...", jawab gua.

"Emangnya kenapa ? Eh.. Iya ya... Ahahaha... Maaf deh maaf... Hehehe..", gua yakin akhirnya dia sadar juga. "Iya iya maaf, kalo makan steak sih mending ke resto kamu aja ya, hihihi... Yaudah deh kalo gitu kita makan shabu-shabu aja, gimana ?", tanyanya lagi.

"Sounds good, lets get your menu lady..".

Kami akhirnya sudah duduk berhadapan di dalam sebuah restoran yang menyajikan menu ala Jepang. Sajian 'all you can eat' pun sudah kami pilih, gua memilih shaburi wagyu dan beberapa sayuran, ya namanya juga restoran shabu-shabu, apalah paling sayurannya enggak jauh dari jamur-jamuran, pak-choi dan sawi putih, tidak lupa juga kuah sukiyaki. Singkat cerita kami sudah menyantap makanan yang kami pilih, dan yang tidak gua suka dari sebuah restoran all you can eat seperti ini adalah diberikan waktu, ya memang seperti itu sih tapi males banget rasanya makan aja sampai diberikan waktu, mentang-mentang semua menu boleh disantap berulang-ulang.

"Mas, kamu jadi tahun baruan di Singapore ?", tanya Mba Yu ketika kami masih menyantap makanan masing-masing.

"Jadilah... Kangen aku sama dia, emang kenapa ?", tanya gua balik setelah menelan makanan di dalam mulut.

"Oh.. Enggak apa-apa.. Hehehe.. Yaudah buruan ah abisin makanannya, nanti pulang kemalamen deh...", jawabnya dengan gestur yang terlihat tidak nyaman.

Gua menaruh sumpit diatas mangkuk nasi. Lalu mengatupkan tangan dengan kedua siku yang bertumpu diatas meja. "Kamu mau ikut ?", tanya gua lagi.

"Hm ? Kemana ?".

"Ke Singapore...".

Mba Yu berdeham dua kali, lalu meneguk Ocha dan mengambil tissue untuk mengelap bibirnya. "Emang... Boleh ?", tanyanya ragu dengan kedua mata yang mendelik.

Gua tersenyum lalu mengambil gelas minum. "Kita tanya Vera dulu ya...", jawab gua sebelum meminum soft drink yang sudah gua pegang sebelumnya.

"Okey... Thanks, Mas..", raut wajahnya jelas terlihat senang sekalipun apa yang kami rencanakan belum tentu terealisasi.

...

Pukul setengah sepuluh malam akhirnya gua sampai di depan rumahnya, rumah milik kedua orangtuanya, bukan lagi rumah milik Feri dan Mba Yu yang pernah gua buat berantakan beserta penghuninya.

Gua mematikan mesin mobil dan menarik tuas handbreak, lalu membuka seatbelt yang mengamankan tubuh ini, begitupun dengan Mba Yu.

"Mas, mampir dulu yu...", ajaknya sambil merapihkan blazer yang memang sudah ia lepaskan.

"Okey...", jawab gua mengiyakan.

Kami berjalan menuju gerbang dan memasuki halaman rumahnya. Ah, bagaimanapun pasti kenangan itu tidak bisa hilang dalam fikiran gua. Dahulu, rumah ini adalah tempat dimana gua pernah menumpahkan airmata, airmata ketika untuk pertama kalinya gua bercerita tentang masa lalu, masa kecil yang memilukan. Dan dialah wanita yang dengan segala kebaikan hatinya mendengarkan segala keluh kesah gua saat itu.

Gua menyalami kedua orangtuanya, lalu mengobrol sebentar, saling menanyakan kabar dan aktifitas kerja hari ini, kemudian gua pamit duduk di kursi teras karena tidak enak jika harus merokok di dalam ruang tamunya. Kedua orangtuanya pun pamit ke ruang tv. Sekarang gua duduk di kursi teras, menikmati sebatang rokok light, bersebelahan dengan Mba Yu yang duduk disamping kanan.

"Kamu gak mau ganti pakaian dulu, Mba ?", tanya gua seraya menghembuskan asap rokok keatas.

"Hmm.. Entar aja ah, hihihi..", jawabnya santai.

"Eh, sebentar aku ngabarin Vera dulu ya.. Lupa aku..", gua pun mengeluarkan blackberry dan mengetik sebuah pesan untuk sang Nyonya.

Mengatakan bahwa suaminya sedang berkunjung ke rumah Mba Yu setelah makan malam bersama tadi. Gua taruh blackberry diatas meja yang berada diantara kursi gua dan Mba Yu. Kemudian kami pun membicarakan beberapa hal tentang pekerjaannya yang baru itu. Sepertinya si supervisor divisi tempatnya bekerja benar-benar menaruh hati kepada Mba Yu, karena Mba Yu menceritakan segala kebaikan dan perhatian atasannya itu. Sebut saja namanya Andi, dan umurnya hanya terpaut satu tahun lebih tua dari Mba Yu. Bukan tanpa alasan Andi mendekati Mba Yu, karena dia mengetahui status bawahannya kini sudah kembali single. Laki-laki, ada kesempatan langsung nerobos aja, gak liat sikon... Makanya gua gak suka ama laki-laki... emoticon-Busa

"Terus, kamu juga suka sama dia, Mba ?", tanya gua setelah meneguk kopi hitam buatannya yang mulai terasa hangat, tidak sepanas sebelumnya.

Mba Yu membenarkan posisi kacamatanya. Lalu melirik kepada gua. "Enggak, Mas.. Aku belum mau buka lembaran baru dengan lelaki lain, aku pingin sendiri dulu...", jawabnya serius.

Gua tersenyum tipis mendengar jawabnnya itu, ya gua paham, mungkin apa yang sudah dilalui Mba Yu dengan Feri masih menyisakan trauma akan sebuah kegagalan dalam membangun rumah tangga. Tidak mudah baginya untuk membuka hati untuk lelaki lain secepat ini. Dan... Apa gua termasuk lelaki yang sulit untuk membuka hatinya juga ? Let's try dude.. Let's try...

"Andaikan, Mba... Aku hanya berandai-andai ya... Andaikan nih, aku yang menyukai kamu dan ingin... Ehm... Mencoba menyembuhkan luka di hati kamu, apa ada kesempatan untuk itu ?", tanya gua santai tanpa penekanan.

Mba Yu menengok kepada gua, lalu menaikkan dagunya sedikit dan memicingkan matanya. "Do you play with me ?", tanyanya curiga.

"Of course I'm not... This is just what i want to ask you.. Like i said, if.. I'm single... Yaa cuma berandai-andai aja, Mba..", jawab gua lalu menghisap rokok dalam-dalam.

Mba Yu menyandarkan punggungnya ke bahu kursi, lalu memainkan jemarinya diatas lengan kursi kayu teras ini. Wajahnya tersenyum menengadah, menatap langit malam yang tanpa bintang. Keheningan diantara kami pecah ketika rintikan hujan di awal bulan november ini turun perlahan, dan lambat laun semakin terdengar deras membasahi taman serta jalanan di depan sana.

"I can't deny what I want too... Deep inside in my heart, I'm still... Still loves you, Mas.. I want you to be my husband...", jawabnya tanpa sedikitpun menengok kepada gua.

Gua menggelengkan kepala mendengar jawabannya, lalu berdiri dan seraya melirik kepada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri ini. Sudah pukul setengah sebelas malam, dan ini sudah lewat dari jam bertamu.

"Aku pamit ya... Udah malem banget ini, Mba...", ucap gua yang sudah berdiri setelah mengenakan lagi sepatu pantofel berwarna hitam.

Mba Yu berdiri lalu berjalan menghampiri gua. "Maksud kamu apa, Mas ?", nada suaranya berubah meninggi.

"Eh ? Kenapa Mba ?", tanya gua heran.

"Kenapa ? Kamu yang kenapa ?! Maksudnya apa kamu nanya gitu terus pulang...?! Hah ?!".

"Eh, bukan gitu... Kamu salah paham... Aku kan bilang tadi hanya berandai-andai, Mba... Maafin aku kalo salah", jawab gua meluruskan.

"Mas.. Kamu berandai-andai, dan jawaban aku tadi kamu pikir cuma andai-andai juga ? Iya ?!!", cecarnya yang semakin emosi.

"Mba Mba... Bukan gitu, aku... Aku cuma nanya aja, gak kepikiran kalo kamu bakal jawab jujur kayak gitu... Maaf, Mba.. Maaf..", gua mulai serba-salah menghadapi emosinya itu.

Dan sial bagi gua, kedua bola matanya mulai berkaca-kaca. "Oh c'mon... Don't do that Mba...", lanjut gua seraya memegangi kedua sisi lengannya.

"Udah deh! Pulang sana!", Mba Yu menepis kedua tangan gua dan berbalik hendak masuk kedalam rumah.

Gua menahan tangan kanannya dari belakang dan kembali membalikkan tubuhnya.

"Mba, maafin aku please... Gak ada maksud untuk ngejebak kamu... Aku gak tau kalo kamu bakal sejujur itu, maafin aku Mba...", ucap gua mencoba memberinya pengertian.

"Kamu tau gak sih perasaan aku tuh ke kamu masih sama, Mas! Aku... Aku... Hiks.. Hiks.. Hiks... Aku sayang kamu! Puas kamu, Mas ?!! Hiks.. Hiks.. Hiks...".

Ffuucckk!!!
What happens here ? What I've done ? I don't to see you cryin' Mba...

"Mba... Maafin aku... Maaf...".

Ucapan kalimat maaf tersebut diiringi dengan sebuah pelukkan yang gua berikan untuknya. Ya, gua memeluknya, menyandarkan kepalanya ke dada ini dan membelai rambutnya. Suara isak tangisnya terdengar diantara bunyi derasnya hujan malam itu.







Dan kini, gua akan menjalani semuanya dengan jalan yang berbeda... Lagi.


My hopes are so high
that your kiss might kill me
So won't you kill me
So I die happy

My heart is yours to fill or burst
to break or bury
or wear as jewelery
Which ever you prefer

Hands Down - Dashboard Confessional
Diubah oleh glitch.7 04-08-2017 20:58
fatqurr
kifif
kifif dan fatqurr memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.