- Beranda
- Stories from the Heart
Sonne Mond und Stern
...
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Tak Lagi Sama - Noah
Spoiler for Cover Stories:
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.
Quote:
Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

*mulustrasi karakter dalam cerita ini
Quote:
*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
glitch.7
#883
PART 7
Hampir satu jam perjalanan akhirnya kami berdua sampai di rumah orangtua sahabat masa SMP gua, Ryo. Setelah sebelumnya nyali ini langsung menciut oleh sikap emosi yang ditunjukkan seorang wanita di samping gua itu, mau tidak mau gua menuruti keinginannya untuk bertemu si gadis belia. Sampai di depan rumahnya, gua menarik tuas handbrake dan mematikan mesin mobil.
"Ini rumahnya ?", istri gua menengok ke kiri, dimana rumah tiga lantai itu berada.
"Iya... Itu rumahnya Anna...", jawab gua.
Clek... Seatbelt yang melingkar ditubuhnya dilepas.
Gua menahan tangan kirinya. "Sayang... Sabar dulu, biar kita obrolin baik-baik ya..", ucap gua.
"Kita selesain masalah ini sekalian sama orangtuanya Mas...", jawabnya sambil menatap gua tajam.
Gua menghela nafas, lalu membuka seatbelt dan turun dari mobil bersama istri gua itu.
Gua berjalan mengikutinya dari belakang hingga kami sampai di depan pintu utama rumah. Istri gua meminta gua untuk menekan bel dan berdiri di depan pintu. Dua kali gua menekan bel rumah besar nan mewah ini akhirnya pintu terbuka, seorang gadis belia berdiri dihadapan gua dengan wajah yang terkejut.
"Mas Eza ?!", pekiknya.
"Ehm.. Ha.. Hai Ann..".
"Sama siapa Mas ?".
Gua bergeser sedikit agar Giovanna melihat sosok wanita yang sedang bersama gua hari ini. Istri gua itu sedang berdiri tepat di belakang gua sambil melipat kedua tangan di depan dadanya, lalu dia berjalan satu langkah kedepan.
"Kamu yang namanya Anna ?", tanyanya dingin.
"I..ii..iiya Mba.. Aa... Aku Anna, ke.. Kenalkan..".
Giovanna Almira terlihat pucat, dengan tangan yang bergetar, ia menjulurkan tangannya itu kepada istri gua.
Istri gua menyambut jabat tangannya. "ISTRI SAH nya Reza!", jawab istri gua dengan menekankan bagian kalimat 'istri sah'.
"Ma... Mari masuk Mba, Mas..", ucap Anna lagi setelah melepaskan jabatan tangannya.
"Orangtua kamu ada ?", istri gua berjalan masuk tepat dibelakang Anna.
Sedangkan gua mengikutinya dari belakang.
"Aa.. Ada Mba, ada.. Kenapa ya ?", tanya Anna yang masih grogi dan berbalik menatap istri gua dengan rasa takut yang nampak jelas sekali.
"Panggil orangtua kamu kesini", jawab istri gua.
"Mba.. Aa.. Aku.. Aku bisa jelasin, Mba..", ucap Giovanna terbata.
Istri gua mendekatinya lalu suaranya nyaris berbisik. "Panggil kesini sekarang...".
Baru saja Giovanna akan menaiki tangga lantai dua rumahnya, seorang Ibu paruh baya turun.
"Mamah...", ucap Giovanna sambil mendongakkan kepalanya menatap Mamahnya yang menuruni tangga.
"Ada siapa Ann ?", tanya sang Mamah. "Eh ? Reza ? Loch kamu kemana aja, Za ?", ucap Beliau setelah sampai pada anak tangga paling bawah.
Gua tersenyum lalu menghampiri Beliau dan mencium tangannya. "Iya Tante.. Ehm, ada aja Tan... Ini saya kesini sama istri...", ucap gua lalu menengok ke belakang, kepada istri gua yang berjalan menghampiri.
Lalu istri gua menyalami Mamahnya sahabat gua itu, yang sekaligus Mamah dari Giovanna.
"Ooh.. Ini istri kamu ? Cantik ya... Maaf loch waktu nikahan kalian Tante gak datang...", ucap Beliau kepada istri gua.
Istri gua hanya tersenyum, lalu melirik kepada gua sebentar, sebelum kembali menatap wajah Mamahnya Giovanna.
"Enggak apa-apa Bu.. Dan maaf, saya dan suami kesini karena ada hal penting yang harus diselesaikan...", ucap istri gua.
Beliau terheran, jelas terlihat raut wajahnya yang sedikit bingung. "Ada apa ? Kok sepertinya penting sekali ?".
"Sangat penting, menyangkut rumah tangga saya dan Eza...", jawab istri gua dengan nada suara yang dingin.
Gua menghela nafas ketika Beliau menatap gua.
"Ya sudah, mari duduk dulu...", ajak Beliau. "Anna, minta Bibi buatkan minum dulu", pintanya kepada sang anak gadisnya itu.
Kami bertiga berjalan kearah sofa ruang tamu, sedangkan Giovanna berjalan ke bagian rumah lainnya. Kemudian Gua dan istri duduk bersebelahan, Mamahnya Giovanna duduk di sebrang kami yang terhalang meja ruang tamu rumahnya ini.
"Jadi ada apa sebenarnya ini ?", tanya Beliau melirik bergantian kepada Gua dan istri.
"Ini menyangkut anak gadis Ibu...", jawab istri gua.
"Anak saya ? Kenapa dengan dia ?".
"Giovanna sudah keterlaluan, dia dengan terang-terangan menggoda suami saya...", jawab istri gua lagi, kali ini dengan nada suara yang sedikit meninggi.
Ucapan istri gua itu langsung membuat wanita paruh baya yang duduk dihadapan kami membelalakan matanya.
"Maksudnya apa ini ? Anna menggoda Reza ? Enggak mungkin dia seperti itu... Dia tau kalau Reza sudah menikah...", sangkal Beliau.
"Saya sendiri heran, kok bisa ya Anna seberani itu ? dia jelas-jelas sudah mengetahui kalo Eza memiliki istri, memiliki keluarga...", balas istri gua.
Masih dalam kebingungan dan keterkejutan yang dirasakan sang Mamah, anak gadisnya itu datang dengan nampan yang berisi dua gelas minuman dingin. Dia menaruh kedua gelas itu diatas meja.
"Duduk Anna!", ucap sang Mamah dengan suara yang tegas.
Giovanna duduk tepat disamping Mamahnya dengan wajah yang sudah ketakutan. Gua bisa melihat sekilas kedua bola matanya berkaca-kaca.
"Jelasin apa maksudnya kamu menggoda Reza!", tanya sang Mamah dengan cukup emosi kali ini.
Giovanna tertunduk, kedua tangannya mencengkram sisi nampan yang berada diatas pahanya itu.
"Aku... Hiks.. Aku... Hiks.. Hiks..", Giovanna mulai menangis sambil tetap tertunduk.
"Anna! Jawab Mamah!!!".
"Aku minta maaf.. Hiks.. Hiks.. Hiks...".
"Kurang ajar!", teriak sang Mamah.
Plaakk!!!
Sebuah tamparan yang cukup keras tepat mengenai pipi kanannya.
Gua terkejut melihat sang Mamah yang bertindak kasar seperti itu. Tidak menyangka bahwa Beliau akan menampar anak gadisnya.
"Tante gak perlu sampai menampar Anna...", ucap gua sambil sedikit maju dari sofa.
Puk.. sebuah tangan menepuk paha kiri gua pelan, sangat pelan...
Gua menengok ke kiri.
"Enggak usah ikut campur kamu, Mas...", ucap seorang wanita cantik dengan senyum yang sangat manis sekali.
Gua menelan ludah lalu memundurkan posisi duduk lagi ketika tangan yang masih berada diatas paha kiri gua itu mulai terasa mencengkram. Dan ya ya ya... Dia masih tersenyum kepada gua. I'm done here...
Giovanna masih tertunduk, tapi tangan kanannya kini memegangi pipi kanannya itu. Tubuhnya naik turun beriringan bersama isak tangis yang semakin terdengar jelas.
"Kurang ajar kamu Anna! Berani-beraninya kamu jadi perempuan penggoda suami orang!!", teriak sang Mamah dengan emosi yang sudah memuncak.
Suasana di ruang tamu ini semakin memanas, gua tidak bisa sedikitpun membela Giovanna. Gak mungkin juga gua mengatakan kalau Giovanna tidak bersalahkan...
Seorang lelaki yang kehadirannya tidak gua ketahui tiba-tiba saja sudah berada di sisi sofa tempat gua duduk bersama istri. Dia berdiri sambil menatap istri dan anak gadisnya itu dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celana denimnya.
"Masuk kamar kamu...", ucap lelaki tersebut dengan aksen Italy yang cukup kental.
Giovanna langsung berlari ke lantai dua sambil memegangi pipi dan tetap menangis.
Kini, di ruang tamu rumah mewah nan besar ini tinggal kami berempat. Kedua orangtua sahabat gua sert istri dan tentu saja gua sendiri.
"Om...", gua berdiri lalu mencium tangan Beliau. "Maaf, kenalkan ini istri saya...", ucap gua lagi sambil melirik kepada istri tercinta.
"Maaf sudah buat keributan siang ini, tapi apa yang saya lakukan adalah tindakan yang tepat, agar anak gadis Ibu dan Bapak mengerti kalau atasannya di tempat dia bekerja sudah memiliki istri...", ucap istri gua bergantian menatap kedua orangtua sahabat gua itu.
"Saya yang minta maaf kalau anak saya sudah bertindak kurang ajar... Mulai sekarang saya pastikan dia tidak akan lagi menganggu Reza dan rumah tangga kalian... Sekali lagi saya mohon maaf..", ucap sang Papah yang sudah duduk disamping istrinya.
Istri gua mengambil blackberry miliknya, lalu menunjukkan sebuah foto screenshoot yang ia capture sebelumnya dari chatt yang Giovanna kirimkan kepada gua.
"Maaf, tapi saya juga tidak ingin Ibu dan Bapak mengira saya mengada-ngada, silahkan lihat sendiri pesan yang Anna kirimkan kepada suami saya...".
Sang Mamah menerima blackberry itu, lalu melihat dengan seksama kearah layar bersama suaminya, kemudian dikembalikan lagi kepada istri gua.
"Maaf ya Mba, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada kamu, Mba..", ucap sang Mamah dengan mata yang sudah berkaca-kaca kepada istri gua itu.
"Silahkan diminum dulu Za, dan.. Maaf siapa nama kamu, Mba ?", tanya sang Papah.
"**************".
"Ini rumahnya ?", istri gua menengok ke kiri, dimana rumah tiga lantai itu berada.
"Iya... Itu rumahnya Anna...", jawab gua.
Clek... Seatbelt yang melingkar ditubuhnya dilepas.
Gua menahan tangan kirinya. "Sayang... Sabar dulu, biar kita obrolin baik-baik ya..", ucap gua.
"Kita selesain masalah ini sekalian sama orangtuanya Mas...", jawabnya sambil menatap gua tajam.
Gua menghela nafas, lalu membuka seatbelt dan turun dari mobil bersama istri gua itu.
Gua berjalan mengikutinya dari belakang hingga kami sampai di depan pintu utama rumah. Istri gua meminta gua untuk menekan bel dan berdiri di depan pintu. Dua kali gua menekan bel rumah besar nan mewah ini akhirnya pintu terbuka, seorang gadis belia berdiri dihadapan gua dengan wajah yang terkejut.
"Mas Eza ?!", pekiknya.
"Ehm.. Ha.. Hai Ann..".
"Sama siapa Mas ?".
Gua bergeser sedikit agar Giovanna melihat sosok wanita yang sedang bersama gua hari ini. Istri gua itu sedang berdiri tepat di belakang gua sambil melipat kedua tangan di depan dadanya, lalu dia berjalan satu langkah kedepan.
"Kamu yang namanya Anna ?", tanyanya dingin.
"I..ii..iiya Mba.. Aa... Aku Anna, ke.. Kenalkan..".
Giovanna Almira terlihat pucat, dengan tangan yang bergetar, ia menjulurkan tangannya itu kepada istri gua.
Istri gua menyambut jabat tangannya. "ISTRI SAH nya Reza!", jawab istri gua dengan menekankan bagian kalimat 'istri sah'.
"Ma... Mari masuk Mba, Mas..", ucap Anna lagi setelah melepaskan jabatan tangannya.
"Orangtua kamu ada ?", istri gua berjalan masuk tepat dibelakang Anna.
Sedangkan gua mengikutinya dari belakang.
"Aa.. Ada Mba, ada.. Kenapa ya ?", tanya Anna yang masih grogi dan berbalik menatap istri gua dengan rasa takut yang nampak jelas sekali.
"Panggil orangtua kamu kesini", jawab istri gua.
"Mba.. Aa.. Aku.. Aku bisa jelasin, Mba..", ucap Giovanna terbata.
Istri gua mendekatinya lalu suaranya nyaris berbisik. "Panggil kesini sekarang...".
Baru saja Giovanna akan menaiki tangga lantai dua rumahnya, seorang Ibu paruh baya turun.
"Mamah...", ucap Giovanna sambil mendongakkan kepalanya menatap Mamahnya yang menuruni tangga.
"Ada siapa Ann ?", tanya sang Mamah. "Eh ? Reza ? Loch kamu kemana aja, Za ?", ucap Beliau setelah sampai pada anak tangga paling bawah.
Gua tersenyum lalu menghampiri Beliau dan mencium tangannya. "Iya Tante.. Ehm, ada aja Tan... Ini saya kesini sama istri...", ucap gua lalu menengok ke belakang, kepada istri gua yang berjalan menghampiri.
Lalu istri gua menyalami Mamahnya sahabat gua itu, yang sekaligus Mamah dari Giovanna.
"Ooh.. Ini istri kamu ? Cantik ya... Maaf loch waktu nikahan kalian Tante gak datang...", ucap Beliau kepada istri gua.
Istri gua hanya tersenyum, lalu melirik kepada gua sebentar, sebelum kembali menatap wajah Mamahnya Giovanna.
"Enggak apa-apa Bu.. Dan maaf, saya dan suami kesini karena ada hal penting yang harus diselesaikan...", ucap istri gua.
Beliau terheran, jelas terlihat raut wajahnya yang sedikit bingung. "Ada apa ? Kok sepertinya penting sekali ?".
"Sangat penting, menyangkut rumah tangga saya dan Eza...", jawab istri gua dengan nada suara yang dingin.
Gua menghela nafas ketika Beliau menatap gua.
"Ya sudah, mari duduk dulu...", ajak Beliau. "Anna, minta Bibi buatkan minum dulu", pintanya kepada sang anak gadisnya itu.
Kami bertiga berjalan kearah sofa ruang tamu, sedangkan Giovanna berjalan ke bagian rumah lainnya. Kemudian Gua dan istri duduk bersebelahan, Mamahnya Giovanna duduk di sebrang kami yang terhalang meja ruang tamu rumahnya ini.
"Jadi ada apa sebenarnya ini ?", tanya Beliau melirik bergantian kepada Gua dan istri.
"Ini menyangkut anak gadis Ibu...", jawab istri gua.
"Anak saya ? Kenapa dengan dia ?".
"Giovanna sudah keterlaluan, dia dengan terang-terangan menggoda suami saya...", jawab istri gua lagi, kali ini dengan nada suara yang sedikit meninggi.
Ucapan istri gua itu langsung membuat wanita paruh baya yang duduk dihadapan kami membelalakan matanya.
"Maksudnya apa ini ? Anna menggoda Reza ? Enggak mungkin dia seperti itu... Dia tau kalau Reza sudah menikah...", sangkal Beliau.
"Saya sendiri heran, kok bisa ya Anna seberani itu ? dia jelas-jelas sudah mengetahui kalo Eza memiliki istri, memiliki keluarga...", balas istri gua.
Masih dalam kebingungan dan keterkejutan yang dirasakan sang Mamah, anak gadisnya itu datang dengan nampan yang berisi dua gelas minuman dingin. Dia menaruh kedua gelas itu diatas meja.
"Duduk Anna!", ucap sang Mamah dengan suara yang tegas.
Giovanna duduk tepat disamping Mamahnya dengan wajah yang sudah ketakutan. Gua bisa melihat sekilas kedua bola matanya berkaca-kaca.
"Jelasin apa maksudnya kamu menggoda Reza!", tanya sang Mamah dengan cukup emosi kali ini.
Giovanna tertunduk, kedua tangannya mencengkram sisi nampan yang berada diatas pahanya itu.
"Aku... Hiks.. Aku... Hiks.. Hiks..", Giovanna mulai menangis sambil tetap tertunduk.
"Anna! Jawab Mamah!!!".
"Aku minta maaf.. Hiks.. Hiks.. Hiks...".
"Kurang ajar!", teriak sang Mamah.
Plaakk!!!
Sebuah tamparan yang cukup keras tepat mengenai pipi kanannya.
Gua terkejut melihat sang Mamah yang bertindak kasar seperti itu. Tidak menyangka bahwa Beliau akan menampar anak gadisnya.
"Tante gak perlu sampai menampar Anna...", ucap gua sambil sedikit maju dari sofa.
Puk.. sebuah tangan menepuk paha kiri gua pelan, sangat pelan...
Gua menengok ke kiri.
"Enggak usah ikut campur kamu, Mas...", ucap seorang wanita cantik dengan senyum yang sangat manis sekali.
Gua menelan ludah lalu memundurkan posisi duduk lagi ketika tangan yang masih berada diatas paha kiri gua itu mulai terasa mencengkram. Dan ya ya ya... Dia masih tersenyum kepada gua. I'm done here...
Giovanna masih tertunduk, tapi tangan kanannya kini memegangi pipi kanannya itu. Tubuhnya naik turun beriringan bersama isak tangis yang semakin terdengar jelas.
"Kurang ajar kamu Anna! Berani-beraninya kamu jadi perempuan penggoda suami orang!!", teriak sang Mamah dengan emosi yang sudah memuncak.
Suasana di ruang tamu ini semakin memanas, gua tidak bisa sedikitpun membela Giovanna. Gak mungkin juga gua mengatakan kalau Giovanna tidak bersalahkan...
Seorang lelaki yang kehadirannya tidak gua ketahui tiba-tiba saja sudah berada di sisi sofa tempat gua duduk bersama istri. Dia berdiri sambil menatap istri dan anak gadisnya itu dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celana denimnya.
"Masuk kamar kamu...", ucap lelaki tersebut dengan aksen Italy yang cukup kental.
Giovanna langsung berlari ke lantai dua sambil memegangi pipi dan tetap menangis.
Kini, di ruang tamu rumah mewah nan besar ini tinggal kami berempat. Kedua orangtua sahabat gua sert istri dan tentu saja gua sendiri.
"Om...", gua berdiri lalu mencium tangan Beliau. "Maaf, kenalkan ini istri saya...", ucap gua lagi sambil melirik kepada istri tercinta.
"Maaf sudah buat keributan siang ini, tapi apa yang saya lakukan adalah tindakan yang tepat, agar anak gadis Ibu dan Bapak mengerti kalau atasannya di tempat dia bekerja sudah memiliki istri...", ucap istri gua bergantian menatap kedua orangtua sahabat gua itu.
"Saya yang minta maaf kalau anak saya sudah bertindak kurang ajar... Mulai sekarang saya pastikan dia tidak akan lagi menganggu Reza dan rumah tangga kalian... Sekali lagi saya mohon maaf..", ucap sang Papah yang sudah duduk disamping istrinya.
Istri gua mengambil blackberry miliknya, lalu menunjukkan sebuah foto screenshoot yang ia capture sebelumnya dari chatt yang Giovanna kirimkan kepada gua.
"Maaf, tapi saya juga tidak ingin Ibu dan Bapak mengira saya mengada-ngada, silahkan lihat sendiri pesan yang Anna kirimkan kepada suami saya...".
Sang Mamah menerima blackberry itu, lalu melihat dengan seksama kearah layar bersama suaminya, kemudian dikembalikan lagi kepada istri gua.
"Maaf ya Mba, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada kamu, Mba..", ucap sang Mamah dengan mata yang sudah berkaca-kaca kepada istri gua itu.
"Silahkan diminum dulu Za, dan.. Maaf siapa nama kamu, Mba ?", tanya sang Papah.
"**************".
I'm full of regret
For all things that I've done and said
And I don't know if it'll ever be ok to show
My face 'round here
Sometimes I wonder if I disappear
...
And I've done you so wrong
Treated you bad
Strung you along
Oh shame on myself
I don't know how I got so tangled up
For all things that I've done and said
And I don't know if it'll ever be ok to show
My face 'round here
Sometimes I wonder if I disappear
...
And I've done you so wrong
Treated you bad
Strung you along
Oh shame on myself
I don't know how I got so tangled up
Tangled - Maroon 5
Diubah oleh glitch.7 10-07-2017 13:08
oktavp dan 3 lainnya memberi reputasi
4

