- Beranda
- Stories from the Heart
Sonne Mond und Stern
...
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Tak Lagi Sama - Noah
Spoiler for Cover Stories:
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.
Quote:
Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

*mulustrasi karakter dalam cerita ini
Quote:
*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
glitch.7
#675
PART 5
Apa yang dirasakan seorang remaja adalah sebuah keingintahuan yang tinggi, rasa penasaran, dan mencoba sesuatu yang layak untuk diperjuangkan, mungkin idealisme. Gua pernah berada di titik tersebut, beberapa tahun lalu. Baik atau tidaknya hal tersebut bukanlah suatu poin penting, namun rasa puas yang didapatkan dari apa yang ia inginkanlah yang menjadi poinnya. Persetan dengan yang lain.
Mungkin, seperti itulah yang kini dirasakan seorang gadis belia bernama Giovanna Almira...
Mungkin, seperti itulah yang kini dirasakan seorang gadis belia bernama Giovanna Almira...
.
.
.
.
.
Nafasnya sedikit memburu, lalu lambat laun terdengar halus, kembali normal dengan diiringi hilangnya gerak tubuh yang naik turun. Perlahan gua mendorong bahu gadis belia itu, lalu menyeka bibirnya yang sedikit basah karena pergulatan sebelumnya.
Gua pegang tangan kanannya lalu tersenyum. "Udah ?", tanya gua.
Bruk..tubuhnya kembali maju dan memeluk gua. Kepalanya bersandar pada bahu kanan ini.
"Aku sayang sama kamu, Mas... Aku cinta sama kamu.. Aku tau ini salah, tapi aku juga gak bisa bohongin perasaan aku untuk kamu...", jawabnya lirih.
"Cukup ya Ann...", gua berucap pelan. "Perasaan yang kamu rasakan sekarang itu cuma sesaat, percaya sama aku... Pada akhirnya kamu akan merasakan sakit", lanjut gua.
Giovanna mengeratkan tubuhnya, memeluk gua hingga rasanya udara pun sulit untuk gua hirup.
"Aku percaya dengan kata hati aku, Mas.. Aku yakin akan hal ini.. Maafin aku", ucapnya sambil mengendurkan pelukan dan kini wajah kami saling berhadapan.
"Anna.. Jalan kamu masih panjang, jangan disia-sia kan untuk hal yang sangat sulit kamu perjuangankan..", gua mengelus lembut punggungnya. "Apa yang kamu rasakan sekarang cuma sebuah perasaan selewat".
"Enggak, Mas... Enggak!! Aku cinta sama kamu dari dalam hati ku! Aku tau kamu melihat aku sebagai anak kecil! Tapi perasaan ini bukan perasaan biasa, Mas! Give me a chance and i will prove it!! I'm falling in love with you".
Gua tersenyum lebar, lalu memejamkam mata sambil menggelengkan kepala ini. "Anna Anna Annaa... Kamu itu lucu, aku ini udah jadi seorang suami, Ann.. Why you can't accept that fact ?, and from now, you not falling in love, but falling in to the broken heart...".
"Tapi, Mas..".
"Ssstt...", gua menempelkan jari telunjuk tepat di bibirnya. "Listen... Kamu gak akan mendapatkan kebahagiaan apapun dengan ku Ann.. Lupain perasaan itu ya..".
Giovanna kembali menangis, lalu dengan cepat ia membuka pintu mobil disampingnya. Gua masih terdiam di dalam bangku kemudi, melihatnya dari dalam sini, melihat seorang gadis belia yang berlari dalam rintik hujan di malam minggu...
...
Pukul setengah sepuluh malam akhirnya gua sampai juga di rumah. Gua memarkirkan mobil di belakang sebuah mobil yang cukup familiar. Gua turun lalu berjalan kearah teras, kemudian melihat pintu rumah utama yang masih terbuka lebar.
"Assalamualaikum...".
"Walaikumsalam...", jawab beberapa orang dari ruang tamu.
Gua kembali berjalan menghampiri keluarga, lalu mencium tangan kedua mertua gua itu. Ya, ternyata hari ini kedua orangtua istri gua sedang berkunjung ke rumah.
"Malam banget Za pulangnya...", ucap Papah mertua gua.
Gua duduk disamping istri yang sebelumnya mencium tangan kanan ini. "Iya Pah, tadi abis anter karyawan, pulang bareng... Adik teman saya juga...", jawab gua sambil tersenyum kepada Beliau.
"Ooh.. Gimana resto di Jakarta ? Ramai ?", tanyanya lagi.
"Alhamdulillah ramai Pah kalo malam minggu gini... Ramainya yang makan malam bersama keluarga, kalau anak muda jarang...".
"Ya alhamdulillah kalo gitu Za... Oh ya, ini Papah sama Mamah mau pamit...".
"Pamit ? Pamit kemana ? Pulang ke rumah ?", tanya gua sedikit terkejut.
"Iya, besok rencananya Papah sama Mamah pulang, berangkat subuh dari sini, soalnya pesawat take-off jam sembilan pagi...", kali ini Mamah mertua gua yang menimpali.
"Sudah pesan tiket dan urus semuanya ?", tanya gua lagi.
"Alhamdulillah sudah.. Makanya hari ini kami mau numpang menginap disini, biar besok mobil Mamah dibawa sama supirnya Ibu mu..".
"Kenapa gak ngomong sama saya dan istri kalau mau pulang ?, biar saya yang belikan tiketnya Mah, Pah..", ucap gua sambil menegakkan posisi duduk. "Lagipula kenapa buru-buru sih ? Tinggallah di rumah ini beberapa hari lagi...",
"Ada kerjaan dadakan Za, bisnis Papah udah cukup lama ditinggal selama sebulan...", jawab Papah mertua gua kali ini.
"Lagian kami juga enggak mau merepotkan kalian...", timpal Mamah mertua.
"Loch enggak ada yang namanya merepotkan Pah, Mah... Kita ini keluarga...".
"Sudah gak apa-apa, lebaran tahun ini gantian ya kalian yang berkunjung ke rumah Papah...", ucap Papah mertua sambil tersenyum.
"Insya Allah Pah, insya Allah nanti saya dan istri ke rumah Papah...", jawab gua.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, kedua mertua gua itu pamit untuk beristirahat agar besok tidak terlambat berangkat subuh. Gua pun pergi ke kamar lantai dua bersama istri tercinta.
"Sayang...".
"Ya Mas ?".
"Kok kamu gak ngabarin aku kalo Papah sama Mamah mau pulang besok ?", gua berjalan kearah meja kecil di dekat cermin sambil membuka jam tangan.
"Aku baru tau tadi Mas, mereka dadakan ngabarinnya...", jawab istri gua sambil mengambilkan handuk.
"Terus jam berapa mereka tadi datang ?", tanya gua lagi kali ini sambil menengok kepada istri.
"Jam setengah sembilan mereka sampai sini, Papah yang bawa mobil, aku pikir mau dianter si Kakak...", jawab istri gua sambil berjalan mendekat.
"Adek mu ?".
Istri gua menggelengkan kepalanya pelan lalu membuka kancing kemeja yang gua kenakan. "Lagi di Jogja katanya, ada studi tour dari kampus...".
"Oh ya sayang, kamu pegang uang cash ?".
"Uang cash ? Kenapa gitu, Mas ?".
Gua membuka kemeja yang kancingnya telah terbuka semua oleh istri gua itu.
"Buat Papah sama Mamah...", jawab gua lalu menyerahkan kemeja tersebut kepadanya.
"Ya ampun Mas.. Aku lupa.. Malah kita yang dititipin uang sama Papah...", jawabnya sambil melipat sedikit kemeja gua itu.
"Leeehh.. Serius kamu ? Kok gitu sih ?", gua terkejut mendengarnya.
"Aku udah tolak, eh Papah bilang malah untuk tiket pesawat kita nanti abis lebaran...".
"Ya ampuuun.. Lebaran masih lama sayang... Ah balikin sama kamu besok, selipin dimana kek, tasnya kek atau apanya lah terserah... Aku enggak mau pokoknya...".
"Iya Mas, nanti besok aku kembaliin...".
"Yaudah aku mandi dulu ya...", gua pun berjalan kearah kamar mandi.
....
Gua pegang tangan kanannya lalu tersenyum. "Udah ?", tanya gua.
Bruk..tubuhnya kembali maju dan memeluk gua. Kepalanya bersandar pada bahu kanan ini.
"Aku sayang sama kamu, Mas... Aku cinta sama kamu.. Aku tau ini salah, tapi aku juga gak bisa bohongin perasaan aku untuk kamu...", jawabnya lirih.
"Cukup ya Ann...", gua berucap pelan. "Perasaan yang kamu rasakan sekarang itu cuma sesaat, percaya sama aku... Pada akhirnya kamu akan merasakan sakit", lanjut gua.
Giovanna mengeratkan tubuhnya, memeluk gua hingga rasanya udara pun sulit untuk gua hirup.
"Aku percaya dengan kata hati aku, Mas.. Aku yakin akan hal ini.. Maafin aku", ucapnya sambil mengendurkan pelukan dan kini wajah kami saling berhadapan.
"Anna.. Jalan kamu masih panjang, jangan disia-sia kan untuk hal yang sangat sulit kamu perjuangankan..", gua mengelus lembut punggungnya. "Apa yang kamu rasakan sekarang cuma sebuah perasaan selewat".
"Enggak, Mas... Enggak!! Aku cinta sama kamu dari dalam hati ku! Aku tau kamu melihat aku sebagai anak kecil! Tapi perasaan ini bukan perasaan biasa, Mas! Give me a chance and i will prove it!! I'm falling in love with you".
Gua tersenyum lebar, lalu memejamkam mata sambil menggelengkan kepala ini. "Anna Anna Annaa... Kamu itu lucu, aku ini udah jadi seorang suami, Ann.. Why you can't accept that fact ?, and from now, you not falling in love, but falling in to the broken heart...".
"Tapi, Mas..".
"Ssstt...", gua menempelkan jari telunjuk tepat di bibirnya. "Listen... Kamu gak akan mendapatkan kebahagiaan apapun dengan ku Ann.. Lupain perasaan itu ya..".
Giovanna kembali menangis, lalu dengan cepat ia membuka pintu mobil disampingnya. Gua masih terdiam di dalam bangku kemudi, melihatnya dari dalam sini, melihat seorang gadis belia yang berlari dalam rintik hujan di malam minggu...
...
Pukul setengah sepuluh malam akhirnya gua sampai juga di rumah. Gua memarkirkan mobil di belakang sebuah mobil yang cukup familiar. Gua turun lalu berjalan kearah teras, kemudian melihat pintu rumah utama yang masih terbuka lebar.
"Assalamualaikum...".
"Walaikumsalam...", jawab beberapa orang dari ruang tamu.
Gua kembali berjalan menghampiri keluarga, lalu mencium tangan kedua mertua gua itu. Ya, ternyata hari ini kedua orangtua istri gua sedang berkunjung ke rumah.
"Malam banget Za pulangnya...", ucap Papah mertua gua.
Gua duduk disamping istri yang sebelumnya mencium tangan kanan ini. "Iya Pah, tadi abis anter karyawan, pulang bareng... Adik teman saya juga...", jawab gua sambil tersenyum kepada Beliau.
"Ooh.. Gimana resto di Jakarta ? Ramai ?", tanyanya lagi.
"Alhamdulillah ramai Pah kalo malam minggu gini... Ramainya yang makan malam bersama keluarga, kalau anak muda jarang...".
"Ya alhamdulillah kalo gitu Za... Oh ya, ini Papah sama Mamah mau pamit...".
"Pamit ? Pamit kemana ? Pulang ke rumah ?", tanya gua sedikit terkejut.
"Iya, besok rencananya Papah sama Mamah pulang, berangkat subuh dari sini, soalnya pesawat take-off jam sembilan pagi...", kali ini Mamah mertua gua yang menimpali.
"Sudah pesan tiket dan urus semuanya ?", tanya gua lagi.
"Alhamdulillah sudah.. Makanya hari ini kami mau numpang menginap disini, biar besok mobil Mamah dibawa sama supirnya Ibu mu..".
"Kenapa gak ngomong sama saya dan istri kalau mau pulang ?, biar saya yang belikan tiketnya Mah, Pah..", ucap gua sambil menegakkan posisi duduk. "Lagipula kenapa buru-buru sih ? Tinggallah di rumah ini beberapa hari lagi...",
"Ada kerjaan dadakan Za, bisnis Papah udah cukup lama ditinggal selama sebulan...", jawab Papah mertua gua kali ini.
"Lagian kami juga enggak mau merepotkan kalian...", timpal Mamah mertua.
"Loch enggak ada yang namanya merepotkan Pah, Mah... Kita ini keluarga...".
"Sudah gak apa-apa, lebaran tahun ini gantian ya kalian yang berkunjung ke rumah Papah...", ucap Papah mertua sambil tersenyum.
"Insya Allah Pah, insya Allah nanti saya dan istri ke rumah Papah...", jawab gua.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, kedua mertua gua itu pamit untuk beristirahat agar besok tidak terlambat berangkat subuh. Gua pun pergi ke kamar lantai dua bersama istri tercinta.
"Sayang...".
"Ya Mas ?".
"Kok kamu gak ngabarin aku kalo Papah sama Mamah mau pulang besok ?", gua berjalan kearah meja kecil di dekat cermin sambil membuka jam tangan.
"Aku baru tau tadi Mas, mereka dadakan ngabarinnya...", jawab istri gua sambil mengambilkan handuk.
"Terus jam berapa mereka tadi datang ?", tanya gua lagi kali ini sambil menengok kepada istri.
"Jam setengah sembilan mereka sampai sini, Papah yang bawa mobil, aku pikir mau dianter si Kakak...", jawab istri gua sambil berjalan mendekat.
"Adek mu ?".
Istri gua menggelengkan kepalanya pelan lalu membuka kancing kemeja yang gua kenakan. "Lagi di Jogja katanya, ada studi tour dari kampus...".
"Oh ya sayang, kamu pegang uang cash ?".
"Uang cash ? Kenapa gitu, Mas ?".
Gua membuka kemeja yang kancingnya telah terbuka semua oleh istri gua itu.
"Buat Papah sama Mamah...", jawab gua lalu menyerahkan kemeja tersebut kepadanya.
"Ya ampun Mas.. Aku lupa.. Malah kita yang dititipin uang sama Papah...", jawabnya sambil melipat sedikit kemeja gua itu.
"Leeehh.. Serius kamu ? Kok gitu sih ?", gua terkejut mendengarnya.
"Aku udah tolak, eh Papah bilang malah untuk tiket pesawat kita nanti abis lebaran...".
"Ya ampuuun.. Lebaran masih lama sayang... Ah balikin sama kamu besok, selipin dimana kek, tasnya kek atau apanya lah terserah... Aku enggak mau pokoknya...".
"Iya Mas, nanti besok aku kembaliin...".
"Yaudah aku mandi dulu ya...", gua pun berjalan kearah kamar mandi.
....
Singkat cerita gua sudah selesai mandi lalu keluar dan melihat istri gua yang sedang duduk diatas kasur, gua masih mengenakan handuk ketika ada hal yang sedikit aneh dari dirinya itu. Gua berjalan mendekatinya dan berdiri tepat di hadapannya.
"Hey.. Sayang ? Kamu kenapa ?", tanya gua dengan heran karena dia masih memegangi kemeja gua diatas pahanya.
Istri gua masih terdiam dan menundukkan kepalanya, lalu gua berjongkok dan memeiringkan kepala ke kanan untuk mengintip wajahnya.
"Sayang ? Kenapa ?".
Dia menatap sendu mata ini, lalu mengangkat sedikit kemeja kerja yang masih dia genggam itu. "Kamu abis pelukan sama siapa Mas ?", tanyanya lirih.
"Pelukan sama siapa ?", gua balik bertanya dengan perasaan yang sudah serba-salah.
"Jangan bohong kamu, Mas!", istri gua berdiri.
lalu berjalan menuju meja kecil didekat cermin, dia mengambil blackberry milik gua, tepat disebelah jam tangan.
"Liat ini! Mau ngelak apalagi kamu, Mas ?!!", teriaknya dengan menunjukkan sebuah chatt bbm yang terlihat jelas pada layar blackberry tersebut di depan wajah gua.
Jantung gua seolah-olah berhenti berdetak seketika. Membaca sebuah chatt bbm itu... Rasanya lutut gua lemas. Tidak percaya dengan apa yang gua lihat.
"Aku bisa jelasin semuanya, kamu denger dulu penjelasan aku...", gua mencoba mendekatinya.
"Kamu keterlaluan, Mas! Selama ini aku percaya sama kamu! Tapi dengan teganya kamu main perempuan lain diluar sana!", ucapnya sambil melemparkan blackberry itu ke dada ini.
Apalagi setelah itu yang gua dengar ? Tidak ada. Selain isak tangis dari seorang wanita yang sudah menemani gua dalam beberapa waktu ini.
"Hey.. Sayang ? Kamu kenapa ?", tanya gua dengan heran karena dia masih memegangi kemeja gua diatas pahanya.
Istri gua masih terdiam dan menundukkan kepalanya, lalu gua berjongkok dan memeiringkan kepala ke kanan untuk mengintip wajahnya.
"Sayang ? Kenapa ?".
Dia menatap sendu mata ini, lalu mengangkat sedikit kemeja kerja yang masih dia genggam itu. "Kamu abis pelukan sama siapa Mas ?", tanyanya lirih.
"Pelukan sama siapa ?", gua balik bertanya dengan perasaan yang sudah serba-salah.
"Jangan bohong kamu, Mas!", istri gua berdiri.
lalu berjalan menuju meja kecil didekat cermin, dia mengambil blackberry milik gua, tepat disebelah jam tangan.
"Liat ini! Mau ngelak apalagi kamu, Mas ?!!", teriaknya dengan menunjukkan sebuah chatt bbm yang terlihat jelas pada layar blackberry tersebut di depan wajah gua.
Jantung gua seolah-olah berhenti berdetak seketika. Membaca sebuah chatt bbm itu... Rasanya lutut gua lemas. Tidak percaya dengan apa yang gua lihat.
"Aku bisa jelasin semuanya, kamu denger dulu penjelasan aku...", gua mencoba mendekatinya.
"Kamu keterlaluan, Mas! Selama ini aku percaya sama kamu! Tapi dengan teganya kamu main perempuan lain diluar sana!", ucapnya sambil melemparkan blackberry itu ke dada ini.
Apalagi setelah itu yang gua dengar ? Tidak ada. Selain isak tangis dari seorang wanita yang sudah menemani gua dalam beberapa waktu ini.
Don't speak
I know just what your thinking
And I don't need your reasons
Don't tell me cause it hurts
...
Its all ending
You gotta stop pretending
Who we are
I know just what your thinking
And I don't need your reasons
Don't tell me cause it hurts
...
Its all ending
You gotta stop pretending
Who we are
Don't Speak - No Doubt
oktavp dan 6 lainnya memberi reputasi
7

