- Beranda
- Stories from the Heart
Sonne Mond und Stern
...
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.
Tak Lagi Sama - Noah
Spoiler for Cover Stories:
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.
Quote:
Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

*mulustrasi karakter dalam cerita ini
Quote:
*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 09:16
chamelemon dan 125 lainnya memberi reputasi
122
1.9M
8.8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
glitch.7
#140
Bukan Part 1
Tralala...Trilili
Paris - 2017
Gua sedang membaca komentar-komentar pada sebuah situs, forum stories from the heart. Lalu terkekeh pelan ketika beberapa komentar pada cerita tersebut menunjukkan reaksi para warga netizen (kaskuser) yang terlihat gregetan. Entah kenapa mereka sebegitu antusias dan mungkin kesal oleh perbuatan sang penulis.
"Kenapa Yah ?", tanya seorang wanita yang sepertinya terusik karena tawa Gua belum berhenti.
"Enggak apa-apa hehehe... Eh dari sini mau langsung ke Eiffel ?", tanya Gua sambil berdiri dari duduk.
Istri Gua tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Let's finish this trip Honey...", ucapnya lalu ikut berdiri dan melingkarkan tangannya ke lengan kiri Gua.
catatan pertama : kalimat 'finish this trip'adalah salah satu momok menakutkan untuk Gua.
Kamera smartphone begitu lancarnya mengabadikan setiap momen kami ini, mengabadikan tiap gaya kami berdua dan tersimpan pada galeri smartphone tersebut. Lalu sekitar satu jam kemudian, Gua mengikutinya berjalan dan masuk kedalam sebuah mobil taxi. Perjalanan inilah yang akan membuat Gua bergidik ketakutan.
"Aaaah alhamdulillah ya Allah...", histeris dia melihat sebuah benda 'istimewa'.
Gua duduk pada sebuah sofa kecil untuk pengunjung sambil menggendong Orenz.
"Yaah.. Ada tuh kan kata aku juga... Baguskan ? Bagus gak ?".
Sekali lagi, mencoba ikhlas itu sulit. Catet!
Gua tersenyum dengan sepenuh hati, ralat. Mencoba maksud Gua.
"Iiiih... Bagus gak Yah tasnya ?", tanyanya lagi.
"Wow amazing... It's really awesome bag Honey... Really really love it...".
Puk... Lengan Gua dipukul pelan dengan tas yang ia tunjukkan sebelumnya.
"Nyebelin!".
Gua tertawa dan menyelipkan sebuah kartu debit ke saku celana denimnya.
"Abisin.. Jangan keluar toko ini sebelum saldonya nol", bisik Gua pelan sambil berjalan meninggalkannya.
"Ayaaaah..", teriaknya.
Gua berhenti sambil membuka pintu toko dan menengok lagi kepada wanita yang Gua cintai itu.
"I Love You Fulllll...", ucapannya itu dia tunjukkan dengan mimik wajah yang lucu.
"Me too...", jawab Gua lalu bergegas keluar toko bersama sang buah hati.
Di dekat sini ada sebuah cafe, dan Gua menggendong Orenz menuju cafe tersebut, memesan secangkir espresso dan segelas ice cream untuk si cantik tembem blaem-blaem... Gua mulai menyuapi anak Gua itu sambil mendengarkan ocehannya.
Cukup lama Ayah dan gadis kecilnya ini menunggu sang Bunda hingga ice cream dan kopi telah habis, akhirnya Bunbun datang dengan... Ehm... Sekantung penuh belanjaan pada tangan kanan-kirinya. Bunbun berjalan masuk kedalam cafe dan menaruh belanjaan disisi kursi tempat ia duduk di samping Gua.
"Keterlaluan kamu...", ucapnya bete.
"Salah apakah kakanda kepada adinda hingga wajah adinda bermuram durja seperti itu...?", tanya Gua penuh manipulasi dan rekayasa.
Tlak... kartu kecil dia lempar keatas meja.
Gua terbelalak melihat kartu tersebut. "Astaghfirullah... Mohon maaf adinda, kakanda sungguh..".
"Sungguh keterlaluan!", potongnya. "Ayo dek, Bunda laper jadinya, kesel ama Ayah...", ucapnya lagi kepada anak kami itu.
"Iih ci bunda ma ibeut...", balas Orenz sambil memonyongkan bibirnya.
"Ayah tuh yang ribet maa..", jawab Bunbun lagi.
"Engga ya Yah.. Bunda yang ibeut ma yaa..", balas Orenz lagi sambil melirik kepada Gua.
"Hahahaha... Iya iya, Bunda ma emang ibeut, huahahaha...", Gua tertawa sampai dicubit oleh Bunbun karena beberapa pengunjung melirik ke meja kami.
"Yaudah aku laper nih, makan yuk", ucap Bunbun.
"Makan disini aja atuh", jawab Gua.
"Enggak ah, di hotel aja yuk".
Gua pun menggendong Orenz dan membiarkan istri Gua itu membawa belanjaannya sendiri.
Apalah daya suami yang hanya bisa mendengar ocehan dan keluhan sang istri karena merasa dikelabui. Sepanjang perjalanan menuju hotel tempat kami menginap, Gua menjadi seorang customer care, mendengar keluh kesah dan protes Bundanya Orenz itu.
Sampai di kamar hotel, dia langsung melaporkan kejadian tadi kepada Mba.
"Keterlaluan Mbaaaa... Oda bikin aku malu coba!".
"kenapa ?".
"Aku tadi belanja tas... Terus pas mau bayar ngeluarin kartu di kasir, eh taunya apa coba...".
"Apa ?".
"Kartu timezone Orenz!", sungut Bunbun sambil mengeluarkan lagi kartu sakti itu dan menaruhnya diatas kasur.
Sontak saja Gua dan Mba tertawa terbahak-bahak.
"Udah tau suaminya jail, bukannya dicek dulu kamu tuh...".
"Tau ah, bete aku Mba... Malu-maluin bener deh...".
Gua hanya bisa tertawa melihat Genjutsu Gua masih berguna rupanya... Huahahaha
(Moal bodo ge aing atuh... Eza lizard gitu loch).
catatan kedua : Trit ini milik Gua, jadi TS sebelumya dilarang misuh-misuh disini, kalo mau sparing di dunia nyata aja, diatas kasur Beibh.
Gua sedang membaca komentar-komentar pada sebuah situs, forum stories from the heart. Lalu terkekeh pelan ketika beberapa komentar pada cerita tersebut menunjukkan reaksi para warga netizen (kaskuser) yang terlihat gregetan. Entah kenapa mereka sebegitu antusias dan mungkin kesal oleh perbuatan sang penulis.
"Kenapa Yah ?", tanya seorang wanita yang sepertinya terusik karena tawa Gua belum berhenti.
"Enggak apa-apa hehehe... Eh dari sini mau langsung ke Eiffel ?", tanya Gua sambil berdiri dari duduk.
Istri Gua tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Let's finish this trip Honey...", ucapnya lalu ikut berdiri dan melingkarkan tangannya ke lengan kiri Gua.
catatan pertama : kalimat 'finish this trip'adalah salah satu momok menakutkan untuk Gua.
Kamera smartphone begitu lancarnya mengabadikan setiap momen kami ini, mengabadikan tiap gaya kami berdua dan tersimpan pada galeri smartphone tersebut. Lalu sekitar satu jam kemudian, Gua mengikutinya berjalan dan masuk kedalam sebuah mobil taxi. Perjalanan inilah yang akan membuat Gua bergidik ketakutan.
"Aaaah alhamdulillah ya Allah...", histeris dia melihat sebuah benda 'istimewa'.
Gua duduk pada sebuah sofa kecil untuk pengunjung sambil menggendong Orenz.
"Yaah.. Ada tuh kan kata aku juga... Baguskan ? Bagus gak ?".
Sekali lagi, mencoba ikhlas itu sulit. Catet!
Gua tersenyum dengan sepenuh hati, ralat. Mencoba maksud Gua.
"Iiiih... Bagus gak Yah tasnya ?", tanyanya lagi.
"Wow amazing... It's really awesome bag Honey... Really really love it...".
Puk... Lengan Gua dipukul pelan dengan tas yang ia tunjukkan sebelumnya.
"Nyebelin!".
Gua tertawa dan menyelipkan sebuah kartu debit ke saku celana denimnya.
"Abisin.. Jangan keluar toko ini sebelum saldonya nol", bisik Gua pelan sambil berjalan meninggalkannya.
"Ayaaaah..", teriaknya.
Gua berhenti sambil membuka pintu toko dan menengok lagi kepada wanita yang Gua cintai itu.
"I Love You Fulllll...", ucapannya itu dia tunjukkan dengan mimik wajah yang lucu.
"Me too...", jawab Gua lalu bergegas keluar toko bersama sang buah hati.
Di dekat sini ada sebuah cafe, dan Gua menggendong Orenz menuju cafe tersebut, memesan secangkir espresso dan segelas ice cream untuk si cantik tembem blaem-blaem... Gua mulai menyuapi anak Gua itu sambil mendengarkan ocehannya.
Cukup lama Ayah dan gadis kecilnya ini menunggu sang Bunda hingga ice cream dan kopi telah habis, akhirnya Bunbun datang dengan... Ehm... Sekantung penuh belanjaan pada tangan kanan-kirinya. Bunbun berjalan masuk kedalam cafe dan menaruh belanjaan disisi kursi tempat ia duduk di samping Gua.
"Keterlaluan kamu...", ucapnya bete.
"Salah apakah kakanda kepada adinda hingga wajah adinda bermuram durja seperti itu...?", tanya Gua penuh manipulasi dan rekayasa.
Tlak... kartu kecil dia lempar keatas meja.
Gua terbelalak melihat kartu tersebut. "Astaghfirullah... Mohon maaf adinda, kakanda sungguh..".
"Sungguh keterlaluan!", potongnya. "Ayo dek, Bunda laper jadinya, kesel ama Ayah...", ucapnya lagi kepada anak kami itu.
"Iih ci bunda ma ibeut...", balas Orenz sambil memonyongkan bibirnya.
"Ayah tuh yang ribet maa..", jawab Bunbun lagi.
"Engga ya Yah.. Bunda yang ibeut ma yaa..", balas Orenz lagi sambil melirik kepada Gua.
"Hahahaha... Iya iya, Bunda ma emang ibeut, huahahaha...", Gua tertawa sampai dicubit oleh Bunbun karena beberapa pengunjung melirik ke meja kami.
"Yaudah aku laper nih, makan yuk", ucap Bunbun.
"Makan disini aja atuh", jawab Gua.
"Enggak ah, di hotel aja yuk".
Gua pun menggendong Orenz dan membiarkan istri Gua itu membawa belanjaannya sendiri.
Apalah daya suami yang hanya bisa mendengar ocehan dan keluhan sang istri karena merasa dikelabui. Sepanjang perjalanan menuju hotel tempat kami menginap, Gua menjadi seorang customer care, mendengar keluh kesah dan protes Bundanya Orenz itu.
Sampai di kamar hotel, dia langsung melaporkan kejadian tadi kepada Mba.
"Keterlaluan Mbaaaa... Oda bikin aku malu coba!".
"kenapa ?".
"Aku tadi belanja tas... Terus pas mau bayar ngeluarin kartu di kasir, eh taunya apa coba...".
"Apa ?".
"Kartu timezone Orenz!", sungut Bunbun sambil mengeluarkan lagi kartu sakti itu dan menaruhnya diatas kasur.
Sontak saja Gua dan Mba tertawa terbahak-bahak.
"Udah tau suaminya jail, bukannya dicek dulu kamu tuh...".
"Tau ah, bete aku Mba... Malu-maluin bener deh...".
Gua hanya bisa tertawa melihat Genjutsu Gua masih berguna rupanya... Huahahaha

(Moal bodo ge aing atuh... Eza lizard gitu loch).

catatan kedua : Trit ini milik Gua, jadi TS sebelumya dilarang misuh-misuh disini, kalo mau sparing di dunia nyata aja, diatas kasur Beibh.

*
*
*
*
*
Kisah dibawah ini dimulai pada tahun dua ribu sepuluh.
Gua sedang memainkan gitar milik calon adik ipar, duduk diatas lantai teras rumahnya.
"Ini Za kopinya", seorang wanita yang beberapa jam lalu baru saja dilamar menyuguhkan secangkir kopi hitam.
Lamaran ? Lamaran yang Gua lakukan hanyalah sebuah kejutan yang tidak direncanakan sama sekali, membuat keluarga Adit mundur. Dan lamaran beberapa jam lalu itu akhirnya resmi. Yap, setelah Gua selesai mandi di rumahnya, Mba Laras, Nenek dan Kinanti, serta Pak Rw komplek rumah Nenek Gua yang ditunjuk sebagai perwakilan kepala keluarga (karena Om Gua belum diberitahukan dan posisinya masih di Bandung) datang lalu melamar wanita istimewa itu. Pak Rw yang Gua maskud adalah Bapaknya Mba Siska. Kurang sengklek apalagi lamaran Gua coba ? Bapaknya mantan kekasih Gua itu Brah yang jadi perwakilan almarhum Bokap ane. Really cool rite ?
Keluarga Gua masih beramah-tamah di dalam sana, di ruang tamu rumahnya. Sedangkan Gua asyik main gitar bersama adik ipar dan sahabat Gua yang sebelumnya menyuruh Gua datang kesini. Wanita yang baru Gua lamar itu sudah kembali masuk ke dalam ruang tamu karena diajak mengobrol oleh keluarga Gua.
"Mas..".
"Napa coy...".
"Ceritain dong, gimana Mas Eza bisa ketemu pertama kali sama Mba ku... Kok rasanya hari ini kayak mimpi loch", tanya calon adik ipar Gua itu.
Gua sedang memainkan gitar milik calon adik ipar, duduk diatas lantai teras rumahnya.
"Ini Za kopinya", seorang wanita yang beberapa jam lalu baru saja dilamar menyuguhkan secangkir kopi hitam.
Lamaran ? Lamaran yang Gua lakukan hanyalah sebuah kejutan yang tidak direncanakan sama sekali, membuat keluarga Adit mundur. Dan lamaran beberapa jam lalu itu akhirnya resmi. Yap, setelah Gua selesai mandi di rumahnya, Mba Laras, Nenek dan Kinanti, serta Pak Rw komplek rumah Nenek Gua yang ditunjuk sebagai perwakilan kepala keluarga (karena Om Gua belum diberitahukan dan posisinya masih di Bandung) datang lalu melamar wanita istimewa itu. Pak Rw yang Gua maskud adalah Bapaknya Mba Siska. Kurang sengklek apalagi lamaran Gua coba ? Bapaknya mantan kekasih Gua itu Brah yang jadi perwakilan almarhum Bokap ane. Really cool rite ?

Keluarga Gua masih beramah-tamah di dalam sana, di ruang tamu rumahnya. Sedangkan Gua asyik main gitar bersama adik ipar dan sahabat Gua yang sebelumnya menyuruh Gua datang kesini. Wanita yang baru Gua lamar itu sudah kembali masuk ke dalam ruang tamu karena diajak mengobrol oleh keluarga Gua.
"Mas..".
"Napa coy...".
"Ceritain dong, gimana Mas Eza bisa ketemu pertama kali sama Mba ku... Kok rasanya hari ini kayak mimpi loch", tanya calon adik ipar Gua itu.
Spoiler for Jawaban:
Diubah oleh glitch.7 14-08-2017 11:13
callipso21 dan 5 lainnya memberi reputasi
4


HA HA HA