- Beranda
- Stories from the Heart
Buku Harian Seorang Indigo
...
TS
monikahastono
Buku Harian Seorang Indigo

WELCOME TO MY THREAD
Haloo, sebelumnya ane buat thread di The Lounge.. tapi sehubungan dengan banyaknya cerita yang akan ane post, ane jadi pindahin semuanya ke sfth

Tadinya mau pake ID klonengan tapi waktu mau bikin ga bisa-bisa. Woyes pake id yg sudah ada aja.
Ane mau cerita pengalaman ane sebagai seorang yang bisa melihat dan merasakan hal yang tidak semua orang bisa merasakan. Di thread ini ane tuangin semua pengalaman ane. Tidak ada cerita klimaks ataupun anti klimaks karena murni pengalaman ane. Jadi, tiap hari pasti ada aja ceritanya. Tapi ane tuangin yang bener-bener berkesan buat ane.
Well, awalnya ane ragu mau share ini. Karena suatu hari ane pernah minta saran sm kakek ane yang bisa punya hal yang kaya gini juga dan beliau juga bisa mengartikan mimpi.
Kakek ane bilang, jangan sampai orang lain tahu kelebihan kamu ini. Akan memungkinkan bahaya.
Bukannya ane mau melanggar pesan kakek ane, tapi... Ane kadang mau mengungkap semua apa yang ane rasain selama hidup 23 tahun ini.
Spoiler for "YOU DIDN'T SEE WHAT I SAW":
Terima kasih atas kesetiaannya pantengin thread ane hehe. Rate, cendol, share and bookmark please! 

RUMAH HANTU
Spoiler for Rumah Hantu:
IBU
Spoiler for Ibuku:

Diubah oleh monikahastono 12-04-2019 17:21
Menthog dan 24 lainnya memberi reputasi
25
227.6K
668
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
monikahastono
#363
Toilet
Hari ini, 12 September 2015.
Sabtu ini aku isi hariku bertemu dengan teman lama yang tak pernah bertemu. Heran ? Pasti. Tapi untuk seorang gamer kata-kata ini sudah sering didengar. Sebagai gamer aktif saat SMA dan sesekali bolos ke warnet, mempunyai teman yang sangatttttt dekat tapi terpisah jarak hal ini sangat mungkin. Aku mempunyai teman gaming yang selalu aku panggil Mami karena di game itu aku mempunyai papi-papian dan dia couple dengan wanita bijaksana yang selalu aku panggil Mami.
Mami sekarang bekerja di Badan Narkotika Nasional dibilangan cawang. Mi tinggal di Malang, ke Jakarta hanya untuk pelatihan di Lido. Tak mau buang waktu aku ingin sekali bertemu dengan sesosok wanita yang sering aku curhati dan selalu aku panggil Mi.
Pukul 4 sore aku berangkat dari Cinere menuju Cawang BNN karena sebelumnya kantorku ada di Pancoran, maka dengan menutup matapun aku tahu jalan menuju Cawang (hiperbola). Pukul 5 kurang aku sudah ada di BNN, betapa senangnya aku bertemu Mi. Badannya yang tambun sungguh enak untuk di gandeng dan bermanja ria.
Lapar, kami memutuskan untuk ke sevel di bilangan Cawang Otista. Sesampainya disana kami seperti singa lapar dengan berbinar menuju chiller, memesan ini dan itu. Setelah makan, perut tak bisa diajak kompromi. Aku mencari toilet, tapi sayang di dalam sevel tersebut tidak ada toilet kebanyakan sevel. Bertanya kepada petugas, aku langsung mencari toilet tersebut, ternyata toilet berada di dalam gedung yang menempel pada sevel.
Bergegas aku memasuki bilik. Gedung perkantoran sepertinya, aku tak paham. Sangat sepi hanya ada 2 orang satpam yang berjaga dan tidak mengenakan pakaian dinas. Ruangan yang mencekam membuatku bergidik tetapi aku lebih takut kepada 2 satpam itu, maklum aku sendirian mencari bilik toilet.
Tak mempedulikan sekeliling, aku langsung menunaikan hal yang tertunda ini hahaha. Selesai menuntaskan ini, aku keluar toilet dan sangat mengagetkan sepertinya banyak mata yang mengawasiku. Diujung sana terlihat ada pepohonan dan taman-taman kecil. Dari kejauhan seperti ada orang, cleaning service dengan pakaian merah maroon. Dia berbalik dengan cepat dan bertolak pinggang. Mata dengan silinder dan minus 0.5 ini tidak terlalu jelas melihat CS tersebut. Merasa seperti tak ada yang beres, posisi habis magrib atau sering dibilang nenekku magrib tua aku memutar otak. Didalam gedung saja hanya ada 2 satpam tanpa seragam, mana mungkin ada cleaning service malam-malam begini. Aku langsung menuju lobby. Dari kejauhan saat aku keluar pintu, aku melihat di pintu ujung lobby ada makhluk tinggi besar hitam tak terlihat. Semakin aku dekati, lama kelamaan hitam tersebut menjadi kecil. Karena aku harus berjalan menuju pintu itu, tapi jalanku belok ke kanan tempat sevel berada. Jadi posisinya, pintu lobby di depan yang ada makhluknya sejalan dengan pintu yang mau aku lewati sedangkan pintu menuju sevel ada di sebelah kanan dari pintu toilet.
Aku kuatkan bacaanku dan aku mencoba menutup mata batinku karena aku sudah merasa terlalu pusing berada di ruangan tersebut. Saat menuju sevel aku membiasakan mataku untuk melihat cahaya. Maklum, di gedung tersebut sangat minim penerangan.
Sekembalinya aku ke tempat duduk, membaca ayat kursi takut ada salah satu dari mereka mengikutiku. Sampai sekarang di warnet tempatku mengetik cerita ini, tidak ada yang mengikuti. Entah sampai kapan aku seperti ini, selalu merasa ketakutan. Tapi aku tahu, ini adalah cobaan dan pemberian Yang Maha Kuasa. Tapi Tuhan, bisakah ini hilang untuk sebentar saja.
Sabtu ini aku isi hariku bertemu dengan teman lama yang tak pernah bertemu. Heran ? Pasti. Tapi untuk seorang gamer kata-kata ini sudah sering didengar. Sebagai gamer aktif saat SMA dan sesekali bolos ke warnet, mempunyai teman yang sangatttttt dekat tapi terpisah jarak hal ini sangat mungkin. Aku mempunyai teman gaming yang selalu aku panggil Mami karena di game itu aku mempunyai papi-papian dan dia couple dengan wanita bijaksana yang selalu aku panggil Mami.
Mami sekarang bekerja di Badan Narkotika Nasional dibilangan cawang. Mi tinggal di Malang, ke Jakarta hanya untuk pelatihan di Lido. Tak mau buang waktu aku ingin sekali bertemu dengan sesosok wanita yang sering aku curhati dan selalu aku panggil Mi.
Pukul 4 sore aku berangkat dari Cinere menuju Cawang BNN karena sebelumnya kantorku ada di Pancoran, maka dengan menutup matapun aku tahu jalan menuju Cawang (hiperbola). Pukul 5 kurang aku sudah ada di BNN, betapa senangnya aku bertemu Mi. Badannya yang tambun sungguh enak untuk di gandeng dan bermanja ria.
Lapar, kami memutuskan untuk ke sevel di bilangan Cawang Otista. Sesampainya disana kami seperti singa lapar dengan berbinar menuju chiller, memesan ini dan itu. Setelah makan, perut tak bisa diajak kompromi. Aku mencari toilet, tapi sayang di dalam sevel tersebut tidak ada toilet kebanyakan sevel. Bertanya kepada petugas, aku langsung mencari toilet tersebut, ternyata toilet berada di dalam gedung yang menempel pada sevel.
Bergegas aku memasuki bilik. Gedung perkantoran sepertinya, aku tak paham. Sangat sepi hanya ada 2 orang satpam yang berjaga dan tidak mengenakan pakaian dinas. Ruangan yang mencekam membuatku bergidik tetapi aku lebih takut kepada 2 satpam itu, maklum aku sendirian mencari bilik toilet.
Tak mempedulikan sekeliling, aku langsung menunaikan hal yang tertunda ini hahaha. Selesai menuntaskan ini, aku keluar toilet dan sangat mengagetkan sepertinya banyak mata yang mengawasiku. Diujung sana terlihat ada pepohonan dan taman-taman kecil. Dari kejauhan seperti ada orang, cleaning service dengan pakaian merah maroon. Dia berbalik dengan cepat dan bertolak pinggang. Mata dengan silinder dan minus 0.5 ini tidak terlalu jelas melihat CS tersebut. Merasa seperti tak ada yang beres, posisi habis magrib atau sering dibilang nenekku magrib tua aku memutar otak. Didalam gedung saja hanya ada 2 satpam tanpa seragam, mana mungkin ada cleaning service malam-malam begini. Aku langsung menuju lobby. Dari kejauhan saat aku keluar pintu, aku melihat di pintu ujung lobby ada makhluk tinggi besar hitam tak terlihat. Semakin aku dekati, lama kelamaan hitam tersebut menjadi kecil. Karena aku harus berjalan menuju pintu itu, tapi jalanku belok ke kanan tempat sevel berada. Jadi posisinya, pintu lobby di depan yang ada makhluknya sejalan dengan pintu yang mau aku lewati sedangkan pintu menuju sevel ada di sebelah kanan dari pintu toilet.
Aku kuatkan bacaanku dan aku mencoba menutup mata batinku karena aku sudah merasa terlalu pusing berada di ruangan tersebut. Saat menuju sevel aku membiasakan mataku untuk melihat cahaya. Maklum, di gedung tersebut sangat minim penerangan.
Sekembalinya aku ke tempat duduk, membaca ayat kursi takut ada salah satu dari mereka mengikutiku. Sampai sekarang di warnet tempatku mengetik cerita ini, tidak ada yang mengikuti. Entah sampai kapan aku seperti ini, selalu merasa ketakutan. Tapi aku tahu, ini adalah cobaan dan pemberian Yang Maha Kuasa. Tapi Tuhan, bisakah ini hilang untuk sebentar saja.
johny251976 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
