Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Semoga kita semua masih diberikan kesehatan dan keberkahan
Langsung aja ya ke topik.
Ikan adalah lauk pauk yang berasal dari perairan. Ikan adalah salah satu lauk pokok penduduk indonesia. Selain rasanya yang enak, ikan juga mengandung protein tinggi dan omega 3 yg berguna untuk perkembangan otak. Ikan juga merupakan lauk favorit di berbagai daerah di indonesia. Tapi ada alasan mengapa di daerah jawa (jawa tengah, yogyakarta, dan jawa timur) kurang menyukai ikan. Mari kita ulas
Pada dasarnya orang jawa adalah agraris, hal ini yg membuat orang jawa bergeser dari yg dahulunya bekerja di sektor maritim, beralih ke agraris. Begitupun peralihan makanan dari makanan ikan ke makanan daging (khususnya unggas).
Namun tidak semua orang jawa tidak menyukai ikan, nyatanya di daerah pesisir seperti semarang dan jepara menggemari ikan. Berbeda dengan daerah lainnya yg kurang menyukai ikan, terutama di yogyakarta sangat kurang sekali konsumsi ikan.
Beberapa alasan mengapa orang jawa tidak menyukai ikan antara lain:
Hal inilah yg membuat saya terheran heran, mengapa di jawa khususnya di JATENG, DIY, JATIM, sangat jarang bahkan tidak ada makanan khas asli sana yang berbahan dasar ikan.
Bahkan sebaliknya, jika kita mau mencari makanan berbahan dasar lauk ayam, sangat mudah mencarinya. Mulai dari:
- Ayam goreng
- Ayam gudeg
- Soto ayam
- Mi ayam
- Ayam bumbu laos
- Garang asem ayam
- Ayam lodho
- Ayam bakar
- bubur ayam
Pengalaman saya di jawa, khususnya di jogja selama 6 tahun membuat saya sadar bahwa masakan ayam adalah primadona kuliner disana. Mulai dari prasmanan, tenda pecel lele, warung penyetan, sampai warung makan padang kebanyakan menghadirkan makanan berbahan dasar ayam, bukan ikan.
Memang ada sih rumah makan yang menghadirkan masakan seafood & ikan, tapi itupun tidak banyak dan rata2 pengkonsumsinya dari luar jawa.
Pernah juga saya ke pasar ikan depok, parangtritis. Yang membuat saya heran, ternyata semua ikan nya berasal dari semarang dan jepara. Padahal secara geografis, jogja adalah daerah yg lebih dekat ke pesisir selatan.
Rendahnya konsumsi ikan di jawa sebenarnya juga terlihat dari konsumsi ikan per kapita. Rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional di tahun 2020 adalah 54,6 kg/kapita. Hal ini berbeda sekali dengan di jateng, DIY, jatim dimana hanya 29 kg/kapita. Artinya konsumsi ikan masih sangatlah rendah.
Padahal menurut saya, ikan adalah lauk no 1. Mau dibuat apapun enak, tanpa harus melalu tahapan yang ribet.
Pernah di tahun 2018 ketika saya dengan istri dan anak saya ke solo (ke rumah nenek dari istri), istri saya membuat pindang patin ala palembang. Dan beginilah reaksi keluarga di solo:
Istri: “ini sudah saya buatkan pindang patin”
Bude: “IKI OPO NDUK?”
Istri: “ini pindang patin bude”
Bude: “ih emoh aku, moso iwak urip dipangan”
Seketika istri saya langsung kecewa karena sudah masak ikan banyak tapi keluarga disana gak ada yg mau makan. Akhirnya saya dan istri saja yg makan pindang patin berdua, sedangkan keluarga istri makan ayam goreng hahaha.
Semoga kita semua masih diberikan kesehatan dan keberkahan
Langsung aja ya ke topik.
Ikan
Ikan adalah lauk pauk yang berasal dari perairan. Ikan adalah salah satu lauk pokok penduduk indonesia. Selain rasanya yang enak, ikan juga mengandung protein tinggi dan omega 3 yg berguna untuk perkembangan otak. Ikan juga merupakan lauk favorit di berbagai daerah di indonesia. Tapi ada alasan mengapa di daerah jawa (jawa tengah, yogyakarta, dan jawa timur) kurang menyukai ikan. Mari kita ulas
Pada dasarnya orang jawa adalah agraris, hal ini yg membuat orang jawa bergeser dari yg dahulunya bekerja di sektor maritim, beralih ke agraris. Begitupun peralihan makanan dari makanan ikan ke makanan daging (khususnya unggas).
Namun tidak semua orang jawa tidak menyukai ikan, nyatanya di daerah pesisir seperti semarang dan jepara menggemari ikan. Berbeda dengan daerah lainnya yg kurang menyukai ikan, terutama di yogyakarta sangat kurang sekali konsumsi ikan.
Beberapa alasan mengapa orang jawa tidak menyukai ikan antara lain:
1
1. Mayoritas pencaharian penduduk pulau jawa sejak jaman dahulu adalah di sektor agraris, bukan di sektor maritim.2
2. Tidak adanya tradisi mengkonsumsi ikan sejak dahulu di jawa, terlihat dari variasi lauk pauk yg didominasi daging ayam.3
3. Adanya kepercayaan MITOS bahwa dilarang mengkonsumsi ikan pada saat hamil yang akan mengakibatkan keracunan pada bayi dan dapat mengakibatkan bau amis pada saat lahir.4
4. Lokasi pedalaman jawa yg jauh dari akses laut menyebabkan sulitnya mendapatkan ikan segar. Padahal masih ada alternatif ikan air tawar/ikan kali sebagai pengganti ikan laut.Hal inilah yg membuat saya terheran heran, mengapa di jawa khususnya di JATENG, DIY, JATIM, sangat jarang bahkan tidak ada makanan khas asli sana yang berbahan dasar ikan.
Bahkan sebaliknya, jika kita mau mencari makanan berbahan dasar lauk ayam, sangat mudah mencarinya. Mulai dari:
- Ayam goreng
- Ayam gudeg
- Soto ayam
- Mi ayam
- Ayam bumbu laos
- Garang asem ayam
- Ayam lodho
- Ayam bakar
- bubur ayam
Pengalaman saya di jawa, khususnya di jogja selama 6 tahun membuat saya sadar bahwa masakan ayam adalah primadona kuliner disana. Mulai dari prasmanan, tenda pecel lele, warung penyetan, sampai warung makan padang kebanyakan menghadirkan makanan berbahan dasar ayam, bukan ikan.
Memang ada sih rumah makan yang menghadirkan masakan seafood & ikan, tapi itupun tidak banyak dan rata2 pengkonsumsinya dari luar jawa.
Pernah juga saya ke pasar ikan depok, parangtritis. Yang membuat saya heran, ternyata semua ikan nya berasal dari semarang dan jepara. Padahal secara geografis, jogja adalah daerah yg lebih dekat ke pesisir selatan.
Ikan
Rendahnya konsumsi ikan di jawa sebenarnya juga terlihat dari konsumsi ikan per kapita. Rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional di tahun 2020 adalah 54,6 kg/kapita. Hal ini berbeda sekali dengan di jateng, DIY, jatim dimana hanya 29 kg/kapita. Artinya konsumsi ikan masih sangatlah rendah.
Padahal menurut saya, ikan adalah lauk no 1. Mau dibuat apapun enak, tanpa harus melalu tahapan yang ribet.
Pernah di tahun 2018 ketika saya dengan istri dan anak saya ke solo (ke rumah nenek dari istri), istri saya membuat pindang patin ala palembang. Dan beginilah reaksi keluarga di solo:
Istri: “ini sudah saya buatkan pindang patin”
Bude: “IKI OPO NDUK?”
Istri: “ini pindang patin bude”
Bude: “ih emoh aku, moso iwak urip dipangan”
Ikan Pindang
Seketika istri saya langsung kecewa karena sudah masak ikan banyak tapi keluarga disana gak ada yg mau makan. Akhirnya saya dan istri saja yg makan pindang patin berdua, sedangkan keluarga istri makan ayam goreng hahaha.
