Story
Pencarian Tidak Ditemukan
KOMUNITAS
link has been copied
2561
Lapor Hansip
24-03-2021 15:34

Balada Cinta Si Badut Mampang




BALADA CINTA SI BADUT MAMPANG
(TAMAT)



Balada Cinta Si Badut Mampang
pic : kapanlagi.com



Part 1:
Gadis Bertopi Merah


Gadis tanggung bertopi merah itu berjalan berjingkat jingkat menyeberangi perempatan jalan saat lampu lalu lintas menyala merah. Rambut ekor kudanya terayun ayun mengikuti irama gerak langkah kakinya. Sementara baju lengan panjang kotak kotak yang ia kenakan tanpa dikancingkan itu melambai lambai dipermainkan angin, memperlihatkan kaos yang juga berwarna merah yang ia kenakan di balik kemeja itu.

Sebelah tangan gadis itu menenteng sebuah ukulele. Sedang di tangan yang satu lagi, sebuah kantong plastik bening berisi dua bungkus roti dan air mineral gelasan nampak berayun ayun.

Hiruk pikuknya para pengendara kendaraan yang seolah tak sabar menunggu lampu hijau sama sekali tak dihiraukan oleh gadis itu. Baru saat ada salah seorang pengendara sepeda motor yang iseng menggodanya dengan bersuit dan membunyikan klakson, gadis itu membalasnya dengan menjulurkan lidahnya.

"Dasar cowok ganjen!" dengus gadis itu sambil melompat naik ke atas trotoar. Langkah kecilnya kemudian membawa gadis itu ke salah satu sisi tembok pagar Masjid Raya yang berada di sudut perempatan jalan. Selembar kardus bekas ia jadikan untuk alas duduk, bersandar pada tembok pagar kusam yang dinaungi oleh rindangnya pohon angsana. Tangan mungilnya dengan cekatan membuka bungkusan plastik yang dibawanya, mengeluarkan isinya, lalu dengan lahap mengunyah roti yang menjadi menu makan sorenya itu.

Kunyahan gadis itu tiba tiba terhenti saat matanya tanpa sengaja melirik seorang remaja laki laki yang duduk tak jauh darinya. Anak laki laki bertubuh dekil dengan pakaian kumal itu sepertinya sudah tak asing dimatanya. Pelan pelan gadis itu menggeser posisi duduknya, mendekat ke arah anak itu.

"Nih, makan," ujar si gadis sambil mengulurkan sisa roti di dalam kantong plastiknya. Anak laki laki itu nampak terkejut. Ia menoleh dan menatap nanar ke arah si gadis.

"Ayo, makanlah. Sepertinya kamu kelaparan. Ini roti masih bagus kok, aku baru saja membelinya," ujar si gadis lagi, sambil tersenyum.

Sedikit ragu anak laki laki itu mengulurkan tangannya, menerima roti yang diberikan oleh si gadis, tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah si pemberi roti itu.

"Terima kasih," ujar anak laki laki itu lirih. Pelan pelan ia membuka bungkus roti itu dan menggigit isinya.

"Siapa namamu?" tanya gadis itu lagi, sambil mengeluarkan air mineral gelasan dari dalam plastik dan meletakkannya di depan si anak laki laki.

"Lintang," sahut anak laki laki itu pendek.

"Aku Gendhis," tanpa diminta gadis itu juga menyebutkan namanya. "Kamu minggat dari rumah ya?"

"Eh?!" si anak laki laki nampak terkejut mendapat pertanyaan tak terduga itu.

"Sudah beberapa hari ini kuperhatikan kamu selalu berada disini, dari pagi saat aku datang, sampai sore menjelang saat aku pulang. Pakaianmu juga tak pernah ganti, dan ...."

"Aku dibuang," pelan anak itu memotong ucapan si gadis.

"Dibuang?!" kini si gadis yang nampak terkejut.

"Ibuku kimpoi lagi setelah bapakku meninggal, dan bapak tiriku, sepertinya ia tak suka kepadaku. Dengan dalih mengajakku jalan jalan ke kota ini, diam diam ia justru meninggalkanku seorang diri di kota ini," jelas si anak laki laki.

"Ya ampuuunnn, kejam sekali bapak tirimu itu," ujar si gadis penuh iba. "Darimana asalmu?"

"Dari kota S."

"Kota S? Dimana itu?"

"Sebuah kota kecil yang sangat jauh dari sini. Butuh waktu sehari semalam untuk sampai di kota ini dari kotaku."

"Tega sekali orang tuamu itu," gumam si gadis. "Sudah berapa lama kamu dibuang disini?"

"Empat hari," lagi lagi si anak laki laki menjawab pelan.

"Pantas saja, beberapa hari ini aku selalu melihatmu disini. Jadi selama empat hari itu, apa saja yang kamu lakukan?"

"Entahlah. Aku bingung. Aku hanya duduk duduk saja disini, dan kalau malam, aku tidur di emperan masjid. Beruntung kadang kadang ada orang yang berbaik hati memberiku makanan atau sedikit uang."

"Kau masih lapar?" tanya si gadis lagi saat menyadari bahwa roti di tangan si anak laki laki itu telah habis tak tersisa. Agak segan anak laki laki itu mengangguk.

"Bagaimana kalau kau ikut ke rumahku saja?" sebuah ide tiba tiba melintas di benak si gadis.

"Eh, bolehkah?" mata si anak laki laki nampak berbinar.

"Tentu saja boleh. Kita senasib. Aku juga tak punya orang tua. Setiap hari aku ngamen disini untuk menyambung hidup. Kalau kamu mau, nanti kamu juga boleh kok ikut aku ngamen, daripada kamu terlantar disini," kata si gadis lagi.

"Emmmm, tapi ...," si anak laki laki nampak berpikir keras.

"Aku nggak maksa sih, dan kalau kamu nggak mau juga nggak papa kok," ujar si gadis sambil berdiri. "Sudah sore, aku pamit pulang dulu ya. Besok kamu tunggu disini saja. Aku janji, akan kubawakan makanan dan baju ganti untukmu."

Si gadis lalu melangkah meninggalkan si anak laki laki yang masih diam seribu bahasa itu. Kaki mungilnya melangkah menyusuri trotoar yang berdebu itu menuju ke arah timur.

"Gendhis, tunggu!" seruan si anak laki laki menghentikan langkah si gadis. Ia menoleh dan melambai ke arah si anak laki laki, memberi isyarat untuk mengikutinya. Si anak laki lakipun segera bangkit dan berlari lari kecil menyusul si gadis. "Aku mau ikut denganmu!"

"Ayolah," seru si gadis sambil kembali berjalan. Berdua mereka akhirnya berjalan beriringan meninggalkan hiruk pikuknya lalu lintas di perempatan jalan itu, memasuki sebuah gang sempit yang diapit oleh bangunan bangunan megah yang tinggi menjulang. Sementara di ufuk barat sana, warna jingga mulai menyelimuti cakrawala, menandakan bahwa sang suryapun telah pamit untuk kembali ke peraduannya.


bersambung
Diubah oleh indrag057
profile-picture
profile-picture
profile-picture
azhuramasda dan 119 lainnya memberi reputasi
116
Masuk untuk memberikan balasan
stories-from-the-heart
Stories from the Heart
41.6K Anggota • 31.5K Threads
Balada Cinta Si Badut Mampang
26-03-2021 01:58

Part 4 : Lintang Si Badut Mampang

Quote:Suara denting ukulele membangunkan Lintang. Anak itu menggeliat bangun. Nyaris saja ia menginjak Bang Herman yang tidur di lantai beralaskan tikar rombeng. Ah, anak itu jadi merasa bersalah. Gara gara ia tidur di ranjang yang biasa dipakai oleh Bang Herman, laki laki itu harus rela tidur di lantai beralaskan tikar rombeng.

Pelan pelan Lintang melangkah keluar kamar. Dilihatnya Gendhis duduk diatas tikar di depan TV sambil memetik ukulelenya. Di hadapan gadis itu telah terhidang dua gelas kopi dan sepiring gorengan. Melihat kehadiran Lintang, Gadis tanggung itu segera menghentikan petikan ukulelenya.

"Eh, Lintang. Sorry, aku berisik ya, sampai membangunkan tidurmu," sapa gadis itu sambil tersenyum.

"Enggak kok," Lintang ikut duduk diatas tikar yang digelar di ruang tamu itu. "Aku yang minta maaf, sampai kesiangan bangunnya."

"Hehe, santai aja kali, pasti semalem kamu susah tidur ya? Nih, aku sudah siapin sarapan sama kopi. Seadanya saja tapi sarapannya. Cuma gorengan sama ...."

"Kamu pandai main ukulele ya?" tanya Lintang, memotong ucapan Gendhis.

"Iya dong. Kan tiap hari aku ngamen pake ini," Gendhis memamerkan ukulele yang masih dipegangnya.

"Nanti kamu ngamen lagi?" Lintang mencomot sepotong gorengam dan mengigitnya pelan pelan.

"Iya. Nanti agak siangan," tak mau kalah Gendhis juga ikut mencomot sepotong pisang goreng.

"Aku boleh ikut?"

"Boleh aja sih, kalau kamu nggak malu."

"Kenapa harus malu?"

"Ya siapa tau aja. Kamu kan nggak biasa ngamen."

"Nggak papa. Daripada aku nggak ngapa ngapain. Kan nggak enak juga kalau aku numpang disini tapi nggak ikut kerja."

"Ya sudah kalau begitu," Gendhis menyecap sedikit kopinya. "Tapi kamu mau ngamen pake apa? Bisa main gitar nggak? Nanti aku pinjemin sama temanku."

"Aku nggak bisa main gitar," Lintang kembali mencomot sepotong bakwan dan dengan cepat mengunyahnya. "Tapi mungkin aku bisa jadi badut. Kemarin di perempatan tuh aku lihat ada yang ngamen pake kostum badut yang kepalanya besar itu."

"Oh, itu namanya badut mampang. Sebentar ya, kamu tunggu disini," Gendhis berdiri dan melangkah keluar.

"Eh, kamu mau kemana?" tanya Lintang.

"Sebentar! Kamu habisin saja dulu sarapanmu. Aku mau keluar sebentar," jawab Gendhis. Gadis itu berjalan dengan tergesa ke arah rumah kontrakan yang berada tak jauh dari warung kecil tempat semalam mereka makan. Tak lama kemudian ia telah kembali dengan menenteng sebuah kardus besar.

"Lihat apa yang kubawa," seru gadis itu sambil meletakkan kardus yang dibawanya di depan Lintang.

Gendhis dengan cekatan membuka kardus itu. Lintang terperangah, saat mengetahui bahwa kardus itu berisi sepasang kostum badut mampang yang sangat lucu.

"Nih, coba kamu pakai," kata gadis itu sambil mengeluarkan kostum itu dari dalam kardus.

"Darimana kamu dapat ini?" tanya Lintang heran.

"Aku pinjam dari temanku. Eh, nggak taunya malah dikasih. Nggak usah dibalikin katanya, karena dia sudah punya yang baru. Lumayan kan, jadi kamu nanti nggak usah beli atau menyewa lagi. Nih, coba kamu pakai dulu. Aku dulu juga pernah ngamen pakai kostum begini. Tapi ribet. Dan gerah banget kalau dipakai," Gendhis membantu Lintang mengenakan kostum itu, sambil mulutnya tak henti hentinya bicara.

"Nah, coba sekarang kamu ngaca," kata Gendhis lagi, begitu Lintang telah selesai mengenakan kostum itu. Lintang nyaris tergelak saat melihat bayangannya sendiri di depan cermin. Terlihat sangat lucu saat ia mengenakan kostum badut itu.

"Gimana? Sudah siap kamu ngamen hari ini?" tanya Gendhis lagi saat Lintang kembali melepas kostum badutnya.

"Ya, aku siap," jawab Lintang mantap.

"Ya sudah kalau begitu, kamu mandi dulu sana. Nanti kita berangkat sama sama."

Lintangpun segera meraih handuk yang tersangkut di tali jemuran, dan bergegas menuju ke kamar mandi. Ada sedikit senyum yang tersungging di bibirnya. Akhirnya, ada hal yang bisa ia lakukan untuk menyambung hidupnya. Dan ia bersyukur, kini ia tak lagi terlantar di jalanan. Sudah ada tempat untuk ia pulang. Sudah ada tempat untuk berlindung dari panasnya matahari dan derasnya hujan. Sudah ada teman yang selalu siap untuk diajaknya berbagi suka dan duka. Semua itu berkat Gendhis. Gadis tanggung yang selalu bertingkah ceria itu sedikit banyak bisa membuatnya lupa akan penderitaan yang dialaminya. Gendhis, dia benar benar seorang malaikat kecil di mata Lintang.

bersambung
Diubah oleh indrag057
profile-picture
profile-picture
profile-picture
dewisuzanna dan 52 lainnya memberi reputasi
53 0
53
profile picture
KASKUS Freak
26-03-2021 16:56
Terbukalah dengan kekuatan bulan!!!!!
2
Memuat data ...
1 - 1 dari 1 balasan
icon-hot-thread
Hot Threads
Copyright © 2024, Kaskus Networks, PT Darta Media Indonesia