Sepak terjang kaum muda di dunia politik memang terang benderang, bahkan seorang Giring yang berkiprah di band Nidjie pun sudah siap bila dirinya diangkat menjadi orang nomor satu di tanah air.
Banyak sekarang anak muda terjun ke dunia politik, mereka tahu untuk merubah sebuah negara bukan dengan cuap-cuap di medsos, buka penggalangan dana, atau menjadi buzer tapi terjun langsung di dunia politik dengan kendaraan partai.
Tanpa partai sama aja ente cuma teriak-teriak macam orang gila, negara tak kan pernah berubah apalagi menjadi lebih baik. Kritik tanpa masuk dan bermain dengan cara yang legal yaitu bernaung di sebuah partai pun tak akan menghasilkan apa-apa.
Untuk itu gerakan legal untuk merubah sebuah negara menjadi lebih baik, ya dengan menjadi anggota partai. Walau kamu orang berkualitas sekalipun tanpa ada partai yang mengusung hasilnya ambyar.
Maka langkah cerdas itu diambil oleh anak-anak muda zaman sekarang, tapi yang menarik adalah langkah politik anak-anak Presiden bagaimana ia berusaha untuk masuk di kancah politik dan mengikuti jejak orang tuanya.
Anak Presiden yang sukses mengikuti jejak langkah orang tuanya adalah Megawati Sukarno Putri, walau sempat dijegal sana-sini ia sukses memimpin Indonesia dikala ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Tapi sayang Puan Maharani tidak sepopuler nama ibunya agak susah bila ingin menjadi orang nomor satu di Indonesia, walau karir politiknya tergolong nyaman dan aman.
Lalu yang menjadi perbincangan banyak orang saat ini adalah 2 pemuda yang sepertinya memang sengaja diterjunkan ke dunia politik. Gibran Rakabuming Raka anak dari Presiden saat ini Joko Widodo dan Agus Harimurti Yudhoyono anak dari mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Gibran yang sukses menjadi pengusaha pernah ditanya oleh mbak Najwa apakah akan ikut berpolitik, ia merasa kurang tertarik mungkin sekitar 20 tahun lagi. Tapi 2 tahun dari ucapannya ia langsung unjuk gigi bersama partai yang sama dengan sang ayah dan sukses menjadi Walikota Solo.
Lalu AHY yang dulu sudah enak menjadi bagian dari perwira TNI AD dengan pangkat terakhir Mayor harus lengser sejak dini karena langsung diterjunkan ke dunia politik.
Ia langsung berhadapan dengan para senior untuk menjadi cagub di Pilkada DKI Jakarta 2017. Sudah pasti langkahnya akan berat, sepak terjangnya bukan dari dunia politik yang punya banyak intrik.
Ketika mencari celah untuk cawapres 2019 juga gagal, maka AHY menatap 2024 tapi sayang gerbong partai Demokrat sebagai kendaraan politiknya dikudeta oleh Moeldoko via KLB Sumut.
Yup jam terbang mantan Mayor ternyata kalah saing dengan jam terbang mantan Panglima TNI dalam bersaing meraih puncak tertinggi partai, dan inilah dunia politik. Di internal partai sendiri bisa saja pecah kongsi.
Tapi melihat perbandingan 2 anak muda dari keturunan dua orang besar yang pernah memimpin Indonesia ini memang cukup unik, yang satu tidak ada pendidikan militer bisa dibilang sipil biasa dan yang satu jelas mantan perwira.
Namun kesuksesan sepertinya menaungi langkah Gibran yang memulai dari bawah, sedangkan AHY ingin langsung menjabat jadi yang tertinggi dan terbukti gagal. Gibran dinilai sudah melangkah dengan pasti, namun AHY ketika gerbong partainya menghilang ia seperti bingung untuk melangkah, apakah membuat partai baru?
Atau masuk ke partai yang sudah ada? Seperti PKS, PAN, Gerindra atau PDIP. Entahlah AHY nampaknya cukup bingung untuk melangkah, karena kegagalan demi kegagalan harusnya cukup untuk merubah strategi yaitu memulai dengan berebut kursi menjadi seorang Walikota adalah langkah yang bijak.
Tapi kita tunggu saja kiprah selanjutnya, lantas apa tanggapan kalian dengan hal ini? See u next thread.
"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik, klik, klik
Pic : google
