i.am.legend.
TS
i.am.legend.
UAS Samakan Habib Bahar seperti Proklamator dan Panglima Perang


UAS Samakan Habib Bahar seperti Proklamator dan Panglima Perang

Suara.com - Kejadian Habib Bahar bin Smith kembali ditangkap ternyata menarik perhatian Ustaz Abdul Somad atau UAS untuk mengomentari. UAS pun punya pandangan sendiri terhadap sosok Habib Bahar.

Menurutnya, sosok Habib Bahar seperti proklamator dan panglima perang. Hal itu disampaikan UAS dalam video yang diunggah ke kanal YouTube Islam is My Life.

"Habib menunjukkan pada kita semua bahwa yang kita dengar selama ini, suaranya tak bisa dipadamkan seperti pesan proklamator dan pesan panglima perang," kata UAS dilansir hops.id -- jaringan Suara.com, Kamis (4/6/2020).

Semangat Habib Bahar yang berapi-api ketika berdakwah, menurutnya terlihat seperti proklamator dan panglima perang. Tak seorang pun mampu memadamkan api yang menyala dalam diri sang Habib, kata UAS.

Dalam pernyataannya, Ustaz Abdul Somad secara tidak langsung menyayangkan aksi penangkapan Habib Bahar. Sebab, sosok yang biasanya berani dan meledak-ledak saat berceramah, diperlakukan layaknya orang tak berdaya.

"Kami yang di luar disadarkan, betapa lemah dan tidak berdayanya dia," kata UAS.

UAS lantas menyebutkan sebuah kutipan untuk menggambarkan sosok Habib Bahar.

Ia berkata, "Jantung bisa dicabik-cabik, daging boleh disobek-sobek, tapi jiwa tak bisa dihabisi, dibunuh, apalagi sekadar dipenjara."

Dalam video itu, UAS juga menyebut kalau semangat beragama Habib Bahar justru semakin besar saat mendekam di penjara.

Hal itu tampak dari jumlah murid sang Habib di tahanan yang terus bertambah, bahkan tak sedikit yang memahami hadis serta takrir Nabi Muhammad.

"Apa yang kita lihat saat ini? Jeruji besi tidak bisa memenjarakan pikiran. Ceramah tetap berlanjut. Murid-murid tetap banyak. Bahkan mengubah Lapas menjadi pesantren," ujar UAS.

Ia menambahkan, "Saya mendapat berita, bahwa (saat dipenjara) ada 500 sahabat-sahabat di Lapas yang mampu menghapal 98 hadis Nabi. Lalu ada seribu sahabat di Lapas yang mampu menghapal 54 hadis Nabi."

UAS berpendapat, hal yang diperbuat Habib Bahar di Lapas merupakan pencapaian luar biasa bagi seorang pendakwah.

Jangankan menghapal sebanyak itu, mengingat 40 hadis saja manfaatnya sangat banyak. Salah satunya, kata dia, bisa meringankan beban azab.

"Ini motivasi untuk yang di luar, untuk para dai, ternyata dakwah tak terbatas di mimbar, tidak juga sebatas di tabligh akbar, tapi ada yang lebih besar—dan inilah yang sebesar-besarnya dakwah. (Yaitu) mengajak orang lain ke jalan Allah," ucapnya.
sumber

********

Hmmm...
Makin kesini UAS ini makin tak bijak. UAS seolah sengaja melupakan fungsi pemuka agama yang seharusnya tahu mana yang patut disampaikan kepada ummat, mana yang tidak.

Menyamakan Bahar dengan Proklamator adalah sebuah penghinaan besar. Penistaan terhadap proklamator. Meskipun mungkin sebutan proklamator bisa disematkan kepada siapa saja, namun di Indonesia ini, sebutan proklamator hanya diperuntukan kepada Dwi Tunggal, Sukarno-Hatta. Dan yang bicaranya menggelegar cuma Sukarno. Hatta cenderung pendiam dan tak bisa berorasi layaknya singa podium.

Jika seorang proklamator memproklamasikan sebuah pernyataan yang memberi penegasan tentang kemerdekaan sebuah bangsa yang terjajah, padanan apa yang bisa disejajarkan dari seorang proklamator kepada seseorang yang bernama Bahar yang kebetulan mempunyai gelar warisan karena keturunan?

Dalam sejarah Indonesia yang mempunyai 2 proklamator, tak seorangpun pernah membahas soal kemaluan wanita dalam sebuah orasi didepan umum. Tak seorangpun pernah menganiaya orang lain dengan wajah ditutupi karung. Dan tak seorangpun pernah menghina orang lain didepan umum meskipun mereka membenci.

Menyamakan dengan seorang panglima perangpun sungguh sangat berlebihan. Seorang panglima perang yang hebat itu selalu mencari musuh yang setara. Seorang panglima perang tak akan pernah bersembunyi dibalik agama untuk menganiaya korban yang tak berdaya.

Menjalankan tuntunan agama bukan hanya mampu menghafal. Jika menghafal bisa memghantar ke surga, mungkin Snouck Hurgronje bisa selamat dari neraka.

Dan jika banyak pemuka agama atau siapapun tokoh yang merasa berada didalam penjara lebih dekat kepada Tuhannya dan bisa menyebarkan kebaikan kepada sesamanya disana, berarti tempatnya sudah tepat. Ya sudah, selamanya saja disana tak perlu dikeluarkan. Toh mereka yang didalam penjara butuh bimbingan agar bisa lurus didalam hidup bermasyarakat.

UAS seharusnya sadar, bahwa banyak kalimat yang keluar dari mulutnya justru meresahkan dalam masyarakat. Dan di Indonesia ini, meskipun seorang pemuka agama sering melontarkan kalimat provokatif dan meresahkan, dijamin tak akan diproses hukum, karena pastinya akan besar pasak daripada tiang. Akan lebih banyak ruginya dibanding untungnya. Akan ada demo berjilid-jilid. Akan ada penggiringan opini.

Seharusnya UAS fokus saja pada tugasnya memberi bimbingan hidup yang benar. Katakan benar jika benar. Katakan salah jika salah. Jika UAS sengaja melupakan kata-kata Bahar tentang Jokowi yang jelas-jelas Umara bangsa ini, maka UAS sudah offside. Keluar batas.

Seorang pemuka agama yang layak dihormati adalah mereka yang selalu sejuk dalam memberikan pernyataan. Selalu tersenyum meskipun dihina. Selalu mengutamakan ilmu, bukan bersembunyi pada gelar keturunan dan kata-kata menggelegar tapi minim etika.

Sementara menyandingkan proklamator dengan Bahar?
Ah, UAS bercandanya kelewatan.
Hehehehe....

**********

Tanggapan bijak dari sepuh yang join 2014:

Quote:




Quote:




Diubah oleh i.am.legend. 05-06-2020 06:35
mainandonyadevilianmochinonona212
nona212 dan 66 lainnya memberi reputasi
63
11.4K
359
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.