- Beranda
- The Lounge
Pejuang dan Pahlawan Indonesia dari Tionghoa.
...
TS
c4punk1950...
Pejuang dan Pahlawan Indonesia dari Tionghoa.
Quote:
"Merdeka atau Mati"
Slogan itu menjadi penyemangat bangsa untuk meraih kemerdekaan, tak bisa kita lupakan dari berbagai macam ras, suku, golongan dan agama bahu membahu untuk tercapainya kata2 "Merdeka".
Ketika Merah Putih masih di dada mereka rela bertumpah darah demi tanah air yang satu tanah air Indonesia, bahkan pemuda sekarang sering melupakan semangat juang mereka yang di telan oleh waktu.
Ijinkan saat ini TS menjelaskan beberapa nama yang berjuang untuk bumi pertiwi walau etnis mereka berbeda, tapi mereka berhati merah putih.
Tionghoa
Tionghoa atau tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang Tionghoa di Indonesia, yang berasal dari kata zhonghua dalam Bahasa Mandarin. Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.
Dan juga ada nama sekolah di hindia belanda pada saa itu yang bernama "Tjung Hwa Hwei Kwan", yang bila lafalnya diindonesiakan menjadi Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK).
Orang-orang Tionghoa di Indonesia, umumnya berasal dari tenggara Tiongkok. Di Tangerang Banten, masyarakat Tionghoa telah menyatu dengan penduduk setempat dan mengalami pembauran lewat perkimpoian, sehingga warna kulit mereka kadang-kadang lebih gelap dari Tionghoa yang lain. Istilah buat mereka disebut Cina Benteng. Keseniannya yang masih ada disebut Cokek, sebuah tarian lawan jenis secara bersama dengan iringan paduan musik campuran Tionghoa, Jawa, Sunda dan Melayu.
Disini TS tidak mau membahas kerusuhan etnis Tionghoa dan Pribumi karena etnis ini sudah ada dari abad 5 bahkan menjadi penyebar agama Islam di masanya.Bahkan menurut sejarah, beberapa orang dari Wali Songo adalah keturunan Tiongkok seperti Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati dan keturunannya, tapi TS hanya mengupas sejarah awal mula kaum Pribumi benci kepada Tionghoa ini tak lepas dari peran taktik adu domba Belanda.
Pada tahun 1740, karena krisis ekonomi yg disebabkan oleh turunnya harga gula di pasar global, Belanda hendak mengikis upah gaji para pekerja dengan cara memindahkan para kuli, yg sebagian besar adalah pribumi, ke Afrika. Padahal maksud sebenarnya adalah mereka bermaksud membuang para kuli itu ke laut lepas diam2. Entah bagaimana caranya, isu tersebut tersebar dan para pedagang Tionghoa di Batavia, menggalang kekuatan untuk menyerbu kapal2 Belanda tersebut. Pertumpahan darah pun tidak dapat dielakkan.
Akibat perlawanan tersebut, Belanda mengeluarkan perintah untuk memeriksa dan melucuti para pedagang Tionghoa, namun yg terjadi sebenarnya adalah pembantaian besar2an di mana dalam 3 hari, 50.000-60.000 orang Tionghoa dibunuh. Belanda juga mengeluarkan dekrit bahwa orang Tionghoa lah yg berencana membunuh para kuli pribumi dan mereka seolah2 bertindak sebagai penyelamat bagi orang2 pribumi. Kemudian Belanda juga menjanjikan imbalan bagi setiap kepala orang Tionghoa yg berhasil dibunuh. Inilah awalnya perselisihan antara Tionghoa dan pribumi. Nama "Kali Angke" yg ada di daerah Jakarta Utara berasal dari kata "Sungai Merah" yg menggambarkan kejadian pembantaian saat itu di mana sungai2 menjadi warna merah oleh darah Tionghoa.
Ok kita tidak akan bahas terlalu panjang sejarah etnis Tionghoa yang akhirnya banyak di kekang oleh pemerintahan Indonesia setelah Merdeka karena negara leluhur mereka dekat dengan sebuah lambang palu dan arit. Saat ini yang akan kita bahas peran etnis Tionghoa untuk kemerdekaan Indonesia.
Walau nama2 mereka yang telah berjuang untuk Indonesia bak hilang ditelan bumi, karena pemerintah Indonesia yang dahulu.
Mungkin TS hanya dapat mencatat beberapa nama maaf kalau ada yang terlewat agan2 bisa menambahkannya.
Liem koen Hian
Liem mendirikan Partai Tionghoa Indonesia yang mendukung gerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di samping itu, Liem bekerja sebagai wartawan, memimpin redaksi Sin Tit Po (Desember 1929—1932). Ia pindah sebentar ke Kong Hoa Po (April 1937—November 1938), lalu kembali lagi ke Sin Tit Po pada awal 1938.
Tahun 1933—1935, Liem pindah ke Jakarta dan, kabarnya, ia kuliah di Rechts Hoogereschool (Sekolah Tinggi Hukum). Pada akhir 1930-an ia aktif melakukan propaganda anti Jepang.
Dan hal yang paling berpengaruh untuk kemerdekaan, "Dia sebetulnya adalah salah satu bapak bangsa Indonesia karena ikut merancang UUD 1945,"
Pada 1945, ketika pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dipimpin oleh Soekarno dan Hatta, Liem dipilih menjadi salah seorang anggotanya. Pada 1947, Liem ikut serta sebagai salah seorang anggota delegasi RI dalam Perundingan Renville.
Koen Hian secara tegas menunjukkan dukungannya bagi kemerdekaan Indonesia, dan menghimbau golongan Tionghoa untuk ikut mendukung idenya tersebut.
Tapi sayang diakhir hayatnya ia seperti sengaja dilupakan, Koen Hian memang sakit hati pada negara yang pernah dibelanya untuk merdeka.
Ia sempat ditahan tanpa keputusan pengadilan. Hal yang sangat menyakitkan baginya karena dilakukan oleh bangsa yang ia bela mati-matian selama bertahun-tahun. "Ia kemudian patah hati dan tak mau jadi WNI," Ia meninggal pada 1952 di Medan sebagai orang asing di negeri yang pernah diperjuangkannya.
Ho Wan Moy
Ho Wan Moy atau Tika Sriwati ini menjadi anggota Palang Merah Indonesia dan Laskar Wanita Indonesia. Awalnya ia menjadi penunjuk jalan bagi pejuang dari Jakarta ke tempat-tempat persembunyian tentara di pegunungan Banjar. Lalu ia belajar merawat pejuang yang terluka. Kemudian ia menangani logistik bagi para tentara dan merangkap sebagai mata-mata.
“Orang Belanda tidak curiga kalau saya belanja ke kota,” ungkapnya. Dua hari sekali Tika menempuh hampir 20 km perjalanan melewati gunung yang sangat terjal dengan berjalan kaki, untuk membeli bahan-bahan makanan. Awalnya semua isi gudang beras dan singkong milik ibu dan neneknya disumbangkan untuk para gerilyawan. Namun ketika persediaan sudah habis, terpaksa mereka sembunyi-sembunyi belanja ke kota. Keadaan revolusi saat itu memang memaksa para pejuang untuk mencari persediaan dan perlengkapan perang secara swadaya.
Dalam perjalanan belanja itu, Tika sengaja melewati pos-pos penjagaan Belanda, untuk mencatat jumlah tentara yang berjaga. “Waktu itu lebih banyak Belanda Hitam (pasukan beretnis Ambon yang direkrut menjadi tentara Belanda dalam bagian politik devide et impera). Belanda putihnya mulai sedikit,” paparnya. Data-data itu ia serahkan kepada ayah Herman, R. Soediro Wirjo Soehardjo yang dipercaya menangani masalah logistik tentara bagi Batalyon IV Resimen XI Divisi III Siliwangi.
Sebagai mata2 bagi pejuang siliwangi tidak lah mudah jiwa raga dan menahan rasa takut harus dirasakan.
Kini, di tengah perjuangan Indonesia melawan ancaman bencana, kemiskinan, dan ancaman disintegrasi, Tika hanya berharap, “Generasi muda janganlah menganggap enteng kemerdekaan yang kini dirasakan. Kita harus melampaui perpecahan karena masalah suku, agama, ras dan antar kelompok. Jangan ada kata menyerah untuk persatuan Indonesia.
Jhon Lie
Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie Tjeng Tjoan, atau yang lebih dikenal sebagai Jahja Daniel Dharma dilahirkan di Manado,Sulawesi Utara, 9 Maret1911. Ia lahir dari pasangan suami isteri Lie Kae Tae dan Oei Tjeng Nie Nio. John Lie adalah salah seorang perwira tinggi di TNI Angkatan Laut dari etnis Tionghoa dan merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ia dikenal dengan julukan “A Soldier with Bible”, karena dia selalu membawa Alkitab dan sangat relijius. Istri John Lie adalah Pdt.Margaretha Dharma Angkuw.
Ketika Perang Dunia II berakhir dan Indonesia merdeka, dia memutuskan bergabung dengan Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) sebelum akhirnya diterima diAngkatan Laut RI. Semula ia bertugas di Cilacap, Jawa Tengah, dengan pangkat Kapten. Di pelabuhan ini selama beberapa bulan ia berhasil membersihkan ranjau yang ditanam Jepang untuk menghadapi pasukan Sekutu. Atas jasanya, pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor. Kemudian dia memimpin misi menembus blokade Belanda guna menyelundupkan senjata, bahan pangan, dan lainnya. Daerah operasinya meliputi Singapura, Penang, Bangkok, Rangoon, Manila, dan New Delhi.
Pada awal 1950 ketika ada di Bangkok, ia dipanggil pulang ke Surabaya oleh KSAL Subiyakto dan ditugaskan menjadi komandan kapal perang Rajawali. Pada masa berikut ia aktif dalam penumpasan RMS (Republik Maluku Selatan) di Maluku laluPRRI/Permesta. Ia mengakhiri pengabdiannya di TNI Angkatan Laut padaDesember1966 dengan pangkat terakhir Laksamana Muda.
Menurut kesaksian Jenderal Besar AH Nasution pada 1988, prestasi John Lie tiada taranya di Angkatan Laut” karena dia adalah ”panglima armada (TNI AL) pada puncak-puncak krisis eksistensi Republik”, yakni dalam operasi-operasi menumpas kelompok separatis Republik Maluku Selatan, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, dan Perjuangan Rakyat Semesta.
Atas segala jasa dan pengabdiannya, ia dianugerahi Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto pada 10 Nopember1995, Bintang Mahaputera Adipradana dan gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 November2009.
Soe Hok Gie
Soe Hok Gie dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 17 Desember1942. Ia adalah seorang aktivis yang menentang kediktatoran Presiden Soekarno dan Soeharto. Ia warga Tionghoa yang beragama Katolik Roma. Leluhur Soe Hok Gie berasal dari provinsi Hainan, Republik Rakyat Tiongkok.
Soe Hok Gie merupakan pejuang melalui kata-kata, pemikiran, dan tulisannya. Selama menjadi mahasiswa ia aktif memprotes Presiden Sukarno dan PKI. Ia juga seorang penulis yang produktif, dengan berbagai artikel yang dipublikasikan di koran-koran seperti Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya.
Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judulZaman Peralihan (Bentang, 1995). Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, diterbitkan Yayasan Bentang tahun 1999 dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI diMadiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di persimpangan kiri.
Karena hobinya yang naik gunung persis kaya TS di Mahameru lah beliau wafat karena menghirup gas beracun. Tapi karya dan perjuangannya tak pernah dilupakan dalam mengkritik pemerintah pada saa itu.
Siauw Giok Tjhan
Siauw Giok Tjhan pernah menjadi ketua umum Baperki, Menteri Negara, anggota BP KNIP, anggota parlemen RIS,parlemen RI sementara, anggota DPR hasil pemilu 1955/anggota Majelis Konstituante, anggota DPRGR/MPR-S, dan anggota DPA.
Dalam menghadapi persoalan Tionghoa di Indonesia, Siauw Giok Tjhan menganut konsep Integrasi yaitu konsep menjadi Warga Negara dan menjadi bagian darimasyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan budaya tanpa menghilangkan identitas budaya dan suku dari masing masing komponen masyarakat termasuk masyarakat Tionghoa. Konsep Integrasi yang diperjuangkan oleh Siauw Giok Tjhan ini sangat identik dengan teori “pluralisme” atau “multikulturalisme”. Menurut Siauw Giok Tjhan, Indonesian Race (Ras Indonesia) tidak ada, yang ada adalah “Nasion” Indonesia, yang terdiri dari banyak suku bangsa.
Berpijak di atas prinsip ini, Siauw mengemukakan bahwa setiap suku berhak tetap mempertahankan nama, bahasa dan kebudayaannya, dan juga bekerja sama dengan suku-suku lainnya dalam membangun Indonesia.
Konsep ini kemudian diterima oleh Bung Karno pada tahun 1963, yang secara tegas menyatakan bahwa golongan Tionghoa adalah suku Tionghoa dan orang Tionghoa tidak perlu mengganti namanya, ataupun agamanya, atau menjalankan kimpoi campuran dengan suku non-Tionghoa untuk berbakti kepada Indonesia.
Pada 1962 dibuka Fakultas Kedokteran dan Sastra. Pada 1962, nama Universitas Baperki diubah menjadi Universitas Res Publica yang biasa disingkat sebagai URECA. Setelah peristiwa G30S, Universitas Res Publica ditutup, dan gedungnya diambil alih oleh pemerintah.
URECA di Jakarta kemudian dibuka kembali dengan kepengurusan yang baru, dengan nama Universitas Trisakti. Setelah tragedi Gerakan 30 September 1965, Baperki dibubarkan oleh pemerintah Orde Baru karena dituduh sebagai onderbouw Partai Komunis Indonesia. Siauw Giok Tjhan dan Oei Tjoe Tat dijebloskan ke penjara tanpa pernah diadili, namun ia lalu bebas beberapa tahun kemudian.
Ferry Sie King Lien
Kisah ini ditulis dalam buku Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara Sampai Indonesia yang ditulis Iwan Sentosa dan diterbitkan Yayasan Nabil dan Kompas Gramedia terbitan 2014. Sie King Lien berasal dari keluarga yang mapan, dia merupakan kemenakan pemilik pabrik gelas di Kartodipuran. Meski hidup serba berkecukupan, namun Sie King Lien ikut membela negerinya dari penjajahan.
Sie King Lien ditugasi bersama keempat rekannya, yakni Soehandi, Tjiptardjie, Salamoen dan Semedi. Mereka memiliki misi khusus, yakni mencoret-coret tembok dan menyebarkan selebaran yang berisi perlawanan terhadap Belanda.
Perang urat saraf ini sangat penting bagi perjuangan Indonesia, yakni menurunkan moril dan menangkis propaganda yang dilancarkan Belanda. Tak hanya itu, tindakan ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa pemerintah RI masih eksis di Kota Solo.
Salah satu coretan yang paling mengena saat itu adalah eens kompt de dag dat Republik Indonesia zal herrijzen yang berarti 'pada suatu hari Republik Indonesia akan muncul kembali'.
Nahas, nasib anggota Tentara Pelajar Subwehrkreise 106 Arjuna ini berakhir ketika dia dan keempat temannya disergap Belanda. Meski membawa sebuah senapan mesin, namun mereka kalah jumlah. Apalagi, serdadu Belanda telah mengarahkan senjatanya ke arah mereka.
Kontak tembak terjadi, sejumlah peluru mengenai tubuh Sie King Lien dan Soehandi. Keduanya tewas di tempat dan ketiga rekannya berhasil lolos. Berkat perjuangannya, pemerintah Indonesia memutuskan memindahkan makamnya dari pemakaman umum ke Taman Makam Pahlawan Taman Bahagia, Solo.
Itulah beberapa nama yang membela tanah air kita yang tercinta namun terlupakan atau memang tidak pernah diceritakan di buku2 sejarah pada masa lalu karena etnis Tionghoa sengaja di pinggirkan dari ranah politik.
Sebenarnya banyak para pejuang dari etnis Tionghoa berhubung keterbatasan waktu saya mohon maaf kalau uraiannya hanya sedikit.Bila ada yang telewat bisa di tambahkan oleh agan2 semua.
"Salam persatuan Merdeka..."
Referensi
Wikipedia
Cnn indonesia.
Jakarta greater
Dan sumber lainnya
Tambahan dari kaskuser
Quote:
Original Posted By omburitb4u►
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kwik_Kian_Gie
Beliau menjabat mentri suatu pencapaian yang sulit bagi etnis beliau dimasa sekarang, dan sebagai wakil MPR di kala transisi dari orba ke reformasi, dibandingkan yg sekarang ini,saya rasa beliau memberi yang terbaik utuk NKRI ini,
Sama ini , ane liat2 di gugle bahkan ada Tritnya
https://m.kaskus.co.id/thread/5176143e532acf390c00001f/yap-thiam-hien-keturunan-tionghoa-yang-berjuang-demi-menegakkan-keadilan-dan-ham/
Nama beliau pun menjadi award ajang ham gitu , yth award *cmiiw
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kwik_Kian_Gie
Beliau menjabat mentri suatu pencapaian yang sulit bagi etnis beliau dimasa sekarang, dan sebagai wakil MPR di kala transisi dari orba ke reformasi, dibandingkan yg sekarang ini,saya rasa beliau memberi yang terbaik utuk NKRI ini,
Sama ini , ane liat2 di gugle bahkan ada Tritnya
https://m.kaskus.co.id/thread/5176143e532acf390c00001f/yap-thiam-hien-keturunan-tionghoa-yang-berjuang-demi-menegakkan-keadilan-dan-ham/
Nama beliau pun menjadi award ajang ham gitu , yth award *cmiiw
Quote:
Original Posted By MasterWayne►Oei Tjoe Tat ketinggalan tuh, beliau turut membantu secara incognito untuk mendata korban Peristiwa G30S dan lobby Sun Yat Sen atas perintah Bung Karno
4iinch dan anasabila memberi reputasi
2
34.4K
Kutip
247
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925.2KThread•91.2KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya