Bermain game konsol merupakan hiburan yang sangat menyenangkan. Ada sensasi tersendiri dibanding menonton film di televisi atau mendengarkan musik, karena kita sebagai gamer adalah penggerak yang masuk ke dunia game dan menentukan hasil akhir bagi game tersebut. Bagi seorang gamer, kemenangan dalam bermain game adalah harga mutlak. Meraih skor tertinggi, berhasil melakukan combo pukulan hingga 20 hit, mencetak goal dengan dribble melewati 2-3 pemain merupakan kepuasan tersendiri jika kita berhasil melakukannya dengan sempurna. Dan controller adalah sarana utama, selain diperlukan seberapa lincah jari-jari gamer untuk mencapai kemenangan di setiap game.

Tak ada yang lebih memuaskan bagi gamer fighting
selain mencetak score hit combo yang tinggi.

Tetapi ada kalanya kita gagal melakukannya sehingga berujung kekalahan. Bagi gamer yang kawakan, kalah di sebuah game yang sering dia mainkan adalah sebuah aib. Harus ada pihak yang bertanggung jawab atas kekalahan ini. Dan siapa yang disalahkan? Tidak mungkin kita menyalahkan game-nya, atau console-nya. Sering kita mengkambinghitamkan controller-lah yang bertanggung jawab atas kegagalan kita meraih kemenangan di game. Tak ayal, benda mungil hitam ini sering menjadi pelampiasan kekesalan para gamer yang sudah emosi. Seperti juga di kehidupan rumah tangga, kekerasanpun akibat emosi yang memuncak-pun terjadi . Berikut adalah beberapa macam kekerasan yang dilakukan gamer terhadap controller maupun konsol kesayangannya.

Membanting controller adalah salah satu kekerasan yang lumrah dilakukan jika kita memainkan game bergenre fighting atau sepakbola. Game fighting merupakan game fast paced dengan tensi permainan yang tinggi yang dengan mudah menyulut emosi para pemainnya. Selain game fighting, game sepakbola juga menyajikan sensasi yang serupa, walau tensinya tidak setinggi game fighting. Emosi yang memuncak karena gagal mengeluarkan jurus combo disaat genting, ataupun gagal mengeluarkan dribble maut kita sehingga bola dapat direbut, sehingga menyebabkan kekalahan, mengakibatkan controller yang kita pegang seketika mencium dinginnya ubin.


Padahal jika kita perhatikan, di dalam Controller terdapat banyak komponen elektronik yang sensitif terhadap benturan. Lempengan PCB bisa saja retak dan memutus arus listrik dan data ke sentral chip controller bahkan merusak chip itu sendiri. Jika hal itu terjadi, siap-siap saja membeli controller baru. Kalau controller abal-abal masih mendingan, tetapi kalau controller original yang seharga ratusan ribu rupiah? Alangkah sayangnya.

Kasusnya mirip dengan membanting controller, hanya saja controller tidak diarahkan ke lantai, melainkan ke tembok, bahkan lebih ekstrim, dilempar ke arah televisi. Hal ini terjadi bisa dikarenakan emosi si gamer yang telah memuncak tidak terkendali. Dan sang controller pun terbang bebas.


Akibat yang ditimbulkan jauh lebih parah dibanding membanting controller. Controller yang melayang bisa saja melukai keluarga anda yang kebetulan lewat. Jika controller dilempar ke arah televisi, tentu saja merusak layar televisi itu sendiri. Kalau layar CRT (tabung) sih tidak masalah, lain halnya jika mengenai layar LCD. Jika itu terjadi, maka anda akan mempunyai ganjal pintu terbesar yang pernah ada.

Selain dibanting, kekerasan lain yang dialami controller adalah gamer seringkali memencet tombol keypad controller dengan sangat keras. Hal ini bisa disebabkan karena tensi permainan yang tinggi sehingga gamer yang terlalu keasyikan terlalu mantab memencet keypad. Selain itu gamer yang menderita kekalahan juga melampiaskan emosinya dengan menekan-nekan tombol keypad dengan sangat keras. Gamer semacam ini tergolong mampu sedikit meredam emosinya sehingga tidak sampai membanting controller, tetapi mereka tetap butuh pelampiasan emosi, sehingga keypad controller-lah sasarannya.


Sesuai gambar diatas, selain komponen elektronik seperti PCB dan chip, terdapat Conductive Rubber Pad, semacam karet yang berada antara D-Pad maupun Button Pad. Memencet keypad dengan kasar bisa mengakibatkan karet tersebut sobek dan tidak berfungsinya tombol-tombol di controller (tombol amblas/tidak memantul). Walaupun controller masih bisa berfungsi tentu sangat mengurangi kenyamanan dalam bermain sehingga mengakibatkan kekalahan, dan ujung-ujungnya controller akan terjun bebas ke lantai. Kita sebetulnya dapat membeli karet-karet tersebut di gameshop, tetapi pengalaman TS, tidak semua gameshop menyediakan replacement karet tersebut. Kalaupun ada itupun kualitas KW yang tentu saja tidak senyaman karet original.

Tidak hanya controller yang menjadi korban KDRT para gamer. Mesin konsol juga tak jarang menjadi sasaran pelampiasan amarah pemiliknya. Saat tensi permainan sedang tinggi-tingginya, dan para pemainnya sangat bernafsu ingin memenangkan pertandingan, tiba-tiba mesin konsol ngadat. Hal itu ditandai dengan proses loading yang tidak selesai-selesai atau layar yang freeze / hang. Hal ini bisa disebabkan dari glitch gari game-nya sendiri atau memang ada kerusakan dari sang mesin.


Gamer yang sudah terlanjur panas ditambah rasa penasaran yang sudah di ubun-ubun, langsung meluapkan emosinya ke mesin konsol malang tersebut. Pukulan dan gebrakan penuh amarah langsung mendarat di badan mesin konsol, layaknya tamparan sang suami yang kalap ke pipi istrinya yang sudah tidak berdaya.


Apakah mesin konsol akan bekerja kembali? Dalam beberapa kasus mungkin iya. Tetapi hal yang sebaliknya terjadi adalah justru konsol semakin rusak parah. Tidak seperti controller, jeroan konsol tentu jauh lebih komplek. Selain terdapat lempengan PCB dan chip, juga ada sistem mekanis (seperti pemutar cakram) yang rawan terhadap guncangan, terlebih saat konsol hidup. Sebuah guncangan dapat mengakibatkan rusaknya sistim mekanis secara permanen, selain merusak komponen lainnya. Jika sudah begitu, siapa juga yang rugi.

Lho kan hanya mengumpat? Eit, siapa bilang memaki bukanlah kekerasan?! Kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan non fisik. Memaki, mengumpat dan menghina orang dengan kasar termasuk jenis kekerasan non fisik (verbal), dan ada hukum pidananya yang telah diatur dalam UU no.23 tahun 2004. Saat gamer mengalami kekalahan, memaki dan mengumpat di depan layar LCD merupakan hal yang lazim terjadi. Walaupun tidak merusak mesin dan controller, tetapi hal tersebut bisa dikategorikan sebagai tindak kekerasan.


Saat jagoan kita kalah melulu melawan boss yang super sulit ataupun saat kita memakai Barcelona dan kebobolan saat melawan Real Madrid, apa yang kita teriakkan di depan layar televisi? Tentu berbagai nama penghuni kebun binatang yang keluar dari mulut kita. Ternyata sikap para gamer yang sering mengumpat di depan televisi ditanggapi serius oleh developer game. Microsoft bahkan menerapkan semacam sensor kata-kata rusuh di produk Kinect X-Box One untuk game FIFA. Gamer yang ketahuan meneriakkan “f*ck atau sh*t” dan konco-konconya akan langsung mendapat technical foul. Terlepas dari hal tersebut, memaki ataupun mengumpat apapun alasannya tidaklah baik. Apalagi jika kita bermain game di tempat umum, tentu akan sangat mengganggu orang lain.

Sekarang kita tahu bukan, bahwa bagaimanapun kekerasan itu tetaplah tidak baik, bahkan di dunia game sekalipun. Tidak ada hal yang kita dapat selain rusaknya perlengkapan game yang akhirnya berujung penyesalan. Lantas bagaimana cara mengatasinya? Sebenarnya ada beberapa cara agar kita sebagai gamer tidak melakukan KDRT terhadap perlengkapan game kita, misalnya:

Menghindari game yang fast paced dan berpotensi memancing emosi, seperti game fighting
Pilihlah game-game slow paced yang cenderung membutuhkan strategi yang memutar otak seperti RPG/JRPG dan Strategy. Game-game semacam itu tidak membutuhkan kecepatan tangan dalam bermain, melainkan seberapa pintar kita menyusun strategi dan seberapa sabar kita melakukan grinding/menaikkan level karakter kita.


Rawatlah mesin konsol anda
Sebuah konsol, walaupun benda mati, juga membutuhkan saat-saat istirahat. Konsol bukanlah sebuah PC server yang sanggup bekerja 7 x 24 jam. Ada kalanya konsol membutuhkan istirahat setelah seharian bekerja keras memutar game-game berat. Selain itu sirkulasi dan suhu ruangan di mana konsol berada juga layak diperhatikan. Jika ruangan tidak ber-AC, taruhlah konsol dimana sirkulasi udara berjalan lancar. Tidak harus dekat jendela, yang penting udara tidak terkumpul di satu tempat.

RROD di XBOX 360 anda tidak hilang walaupun di ruangan ber AC..?
Anda mungkin bisa mengikuti cara US Marine di atas untuk memperbaikinya.

Bermain berdua bersama teman anda (bermain 2 players)
Mengajak teman bermain berdua akan mencairkan suasana, apalagi jika skill teman kita selevel. Suasana akan menyenangkan dan kompetitif. Walaupun kita kalah, kita akan menyadari bahwa kita kalah sama manusia, bukan dengan AI komputer, sehingga kita tidak terlalu emosi. Apalagi kita tidak mungkin sampai mengumpat, memaki atau melempar controller ke muka teman kita, bisa-bisa malah ditonjok sama dia-nya atau sekalian dilaporkan ke polisi dengan tuduhan penganiayaan.


Nah itu tadi semua adalah contoh beberapa tindakan kekerasan yang dilakukan gamer sekaligus beberapa kiat untuk menanggulanginya. Maksud gue membuat trit ini bukan untuk memojokkan pihak tertentu, tetapi hanya sebagai lahan diskusi agar semua pihak dapat saling memberi masukan yang positif.