[MIRIS] GINI TERNYATA NASIB PENJAGA MERCUSUAR

Beranda

...

The Lounge
[MIRIS] GINI TERNYATA NASIB PENJAGA MERCUSUAR

Bioluminescents

26-08-2013 22:46

[MIRIS] GINI TERNYATA NASIB PENJAGA MERCUSUAR

Selamat malam gan, udah lama ane ga bikin thread sekarang coba bikin lagi deh emoticon-Malu

Quote:

Bukti ga repost nih

Spoiler for no repost:

Agan tau mercusuar kan? Mercusuar itu bangunan seperti menara yg fungsinya membantu navigasi kapal laut gan. Mercusuar ini sangat vital bagi kapal-kapal, kalau ga ada mercusuar kapal bisa kehilangan arah, bisa nabrak karang dan lain-lain emoticon-Takut

Ada sedikit kisah sang penjaga mercusuar gan monggo disimak emoticon-Sorry

Quote:

Sang Penjaga Mercusuar

[MIRIS] GINI TERNYATA NASIB PENJAGA MERCUSUAR

Banyak orang mulia yang bertugas menjaga keselamatan manusia. Salah satunya adalah penjaga mercusuar. Ironisnya, kehidupan mereka luput dari perhatian publik. Penyelamat jalur lalu lintas laut di kawasan pesisir itu termajinalkan dari keramaian.

Mercusuar tertinggi di Indonesia terdapat di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Tanjung Belimbing, Lampung Barat. Mercusuar setinggi 61 meter itu sudah sepuluh tahun dijaga Sujadi. Walau tidak ada satu orang pun yang bersedia bertugas di kawasan terpencil tersebut, ia rela ditempatkan di sana.

Konon, mercusuar Tanjung Belimbing dibangun pada 1879 oleh Raja Belanda Willem III. Mercusuar tersebut berfungsi sebagai rambu lalu lintas kapal di sekitar Selat Sunda dan Samudera Hindia. Di kawasan sibuk itu banyak benjolan-benjolan karang berbahaya.

Satu-satunya cara menuju Tanjung Belimbing adalah memakai transportasi laut dengan mengitari ujung selatan Pulau Sumatera menuju sisi barat daya pulau tersebut. Jika memakai kapal cepat dengan rata-rata kecepatan 20 knot, perjalanan ditempuh empat jam. Itu pun harus berjuang ekstra keras karena mesti melewati gelombang tinggi hasil pertemuan arus Selat Sunda dan Samudera Hindia. Jadi, nyaris tidak ada penduduk atau nelayan yang mau berlayar ke sana.

Meski sudah berusia 130 tahun, mercusuar Tanjung Belimbing masih terawat dengan baik. Namun, mercusuar tersebut sudah tidak berdiri tegak lurus. Ini karena pada 1883 ketika Gunung Krakatau meletus, mercusuar dihantam gelombang tsunami setinggi hampir 50 meter. Sejak itu, mercusuar miring 17 derajat. Beruntung bangunan itu masih berdiri kokoh karena dibangun dengan bahan-bahan yang didatangkan langsung dari Belanda.

Sejak dua tahun lalu, lampu mercusuar sudah diganti dengan lampu berteknologi solar cell atau tenaga matahari. Jika gelap datang, lampu berkekuatan 1.000 watt dengan jarak pandang 20 mil laut itu akan hidup otomatis. Jika terang, otomatis juga akan mati sendiri. “Saya naik ke atas hanya kalau lampunya rusak atau ada gangguan saat lampu berputar,” kata Sujadi, si penjaga mercusuar.

Sujadi dan keluarganya menjaga Mercusuar sejak awal Januari, 10 tahun lalu. Sebenarnya, menurut aturan, satu mercusuar harus dijaga secara bergantian per tiga bulan sekali oleh petugas berbeda. Namun, sejak lima orang meninggal di sana, tidak ada lagi orang yang mau menjaganya. Akhirnya, Sujadi yang sudah puluhan tahun berkeliling Sumatera dan Jawa mengajukan diri. ’’Kalau tidak ada yang mau menjaga, bagaimana jadinya? Kan titik ini sangat penting dijaga untuk melindungi lalu lintas kapal yang cukup padat,” ujar Sujadi.

Di balik itu semua ternyata Mercusuar tersebut menyimpan peristiwa tragis. Pria berusia 53 tahun itu menuturkan, pada akhir 1999, seorang istri penjaga mercusuar meninggal dunia saat melahirkan. Bayinya juga ikut meninggal. Kemudian dua penjaga mercusuar yang menggantikan juga meninggal dunia karena digigit nyamuk malaria. Terakhir, seorang pemuda lajang yang juga menjaga mercusuar meninggal tanpa diketahui penyebabnya. ’Sebelum meninggal, mereka minta dimakamkan di mercusuar,” kata Sujadi.

Sejak itu, tidak ada lagi orang yang mau berjaga di sana. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan niat Sujadi untuk mengabdikan diri. Pria asal Banyumas itu berserah diri. Ia mengaku betah saat diperintahkan menunggu mercusuar. Itulah sebabnya sampai sekarang Sujadi tidak pernah di-rolling ke tempat lain karena tidak ada alternatif petugas yang mau berjaga di Tanjung Belimbing. Kini, ia masuk dalam pegawai golongan dua bagian perlengkapan kantor Direktorat Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan.

Hal berbeda dialami Anto. Perlakuan tidak adil yang dialami orangtuanya sebagai penjaga mercusuar membuatnya kapok. “Rata-rata gaji kami tidak sampai satu juta,” kata Anto, keluarga penjaga mercusuar di Manipa, Seram Bagian Barat, yang berada di distrik Navigasi Kelas I Ambon.

Menurutnya, sang ayah telah pensiun dua tahun lalu. Hingga pensiun, ayah Anto hanya mendapat gaji Rp.950.000 per bulan, belum dihitung berbagai potongan. Padahal, ayahnya telah bertugas hampir 30 tahun sebagai penjaga mercusuar. Anto sendiri pernah diangkat sebagai tenaga honorer selama 5 tahun. Tetapi karena tidak tahan, ia lari dari tugasnya kemudian mengikuti tes pegawai di Pemerintah Kota Ambon, dan lulus.

Pekerjaan yg sangat vital begini malah gajinya kecil. Harusnya pemerintah lebih perhatian sama penjaga mercusuar ini emoticon-Mewek