- Beranda
- The Lounge
Setragis Inikah Uang Kuliah di Universitas Brawijaya?
...


TS
MokdinNganjuk
Setragis Inikah Uang Kuliah di Universitas Brawijaya?
Quote:
Pertama, saya ingin mengatakan dulu bahwa saya tidak bermaksud untuk memprovokasi, mencaci maki atau memojokkan siapapun. Saya menulis ini hanya untuk melampiaskan rasa kesal dan rasa haru saya. Andai saja saya adalah anak seorang jenderal, konglomerat, atau anak orang kaya saya pasti tidak akan melakukan ini.
Di dunia ini memang tidak ada yang gratis, termasuk mencari ilmu. Ilmu tidak bisa dinilai harganya dengan uang. Manusia pun dicipatakan dan dikaruniai rejeki yang berbeda-beda. Mungkin atas dasar itu maka SPP di perguruan tinggi negeri (termasuk UB) menggunakan system UKT proporsional, dimana nominal SPP setiap mahasiswa berbeda-beda sesuai dengan kemampuan orang tuanya. Tujuan Sistem UKT yg berkategori ini diharapkan yang mampu dapat membantu yang tidak mampu. Jadi sistemnya subsidi silang.
Memang angkatan saya tahun ini menjadi korban dari kebijakan baru Kemdikbud. Mulai dari UN 20 paket yang penuh carut-marut, dan sekarang lagi masalah UKT.
UKT di Universitas Brawijaya adalah yang tertinggi di seluruh universitas negeri se-Indonesia. Padahal maba UB memiliki jumlah terbanyak di Indonesia, tapi kenapa UKT malah segitumahal dibanding universitas lain. Ini tentunya menimbulkan tanda tanya besar, jangan-jangan ada pihak yang ingin memanfaatkan kampus sebagai ladang bisnis. Ini universitas negeri tapi rasanya seperti universitas swasta bahkan lebih daripada itu.
UKT Brawijaya diawal dibayarkan untuk satu tahun. Berikutnya tetap persemester. Kok seperti itu kebijakannya? Katanya karena UB butuh uang untuk pembangunan. Menurut DIKTI kampus tidak boleh menarikkan uang gedung. Tapi UB melakukannya, Ada yang bisa analisa kok maksa banget harus segera menyelesaikan pembangunan dengan mngorbankan MABA? Karena bapak rektornya tahun ini mau lengser, kata BEM UB.
Sudah menjadi tradisi di sekolah-sekolah Indonesia, uang bangunan terlalu dibebankan kepada siswa, padahal kami datang ke sekolah untuk mencari ilmu, bukan untuk membangun gedung mewah. Kami juga bukan seperti kain yang menyerap air dan bisa terus diperas. Dosen UB sendiri bilang bahwa UB mata duitan. Yang kaya dapat UKT rendah, yang cukupan malah dapat UKT tinggi. Lalu dimana keadilan. Sistem UKT UB benar-benar salah sasaran.
Katanya UKT itu untuk meringankan biaya kuliah dan memberikan keadilan, namun justru sebaliknya yang terjadi. Apa yang saya dan teman-taman lain alami ini sungguh mengharukan. Saya bukanlah anak orang yang berada, orang tua saya cuma PNS biasa dan punya 4 tanggungan yg masih butuh uang untuk sekolah, Pikirku aku akan dapet UKT di golongan 3 atau 4, tapi ternyata gol. 6 (khusus untuk jurusan saya, nominalnya 9,5jt persemester, setahun 19 juta). Ini tentu memberatkan bagi golongan menengah kebawah. Yang pasti namanya orang tua pasti akan mengusahakan berapapun biayanya. Tapi semua anak juga tak ingin menyusahkan orang tua.
Setahu saya, UKT itu seharusnya meringankan. Bukan membebani. Saya bukannya menolak mendapat UKT sebesar ini, tapi juga bersyukur karena orang tua masih mengikhlaskan, danini juga menjadi motivasi buat saya, berarti saya harus lebih serius belajar supaya nggak rugi bayar UKT mahal. Lagi pula “Tuhan tidak segan-segan membantu umat yang gemar menolong sesamanya”. Cuma yang menjadi pertanyaan saya kemudian ialah: sudah adilkah pembayaran dengan system UKT ini?
Saya menjamin bahwa memang ada ketidakadilan dan kecurangan dalam penentuan UKT ini, banyak yang pendapatan ortunya lebih tinggi justru mendapat golongan UKT rendah. Dan sebaliknya.
Saya terharu ketika menerima sms teman saya yang mengatakan bahwa orang tuanya sudah memutuskan untuk mundur dari UB, gara-gara UKT. Ini tentunya menimbulkan rasa kekecewaan pada anak, bayangkan sudah setengah perjalanan dan terpaksa harus keluar mencari tempat kuliah yang lain. Semoga Tuhan tunjukkan yang terbaik buatnya.Sepertinya ungkapan “orang miskin dilarang sekolah” ternyata masih berlaku disini.
Sudah banyak maba yang jadi down bahkan memilih mundur dari UB, gara-gara kebijakan UKT yang tidak manusiawi. Tolong UB ini lebih pro mahasiswa. Jangan hanya memburu materi semata. Intinya hanya satu. Kami hanya ingin meminta hak kami. UKT benar-benar tidak tepat sasaran. Saya berharap Tuhan menunjukkan keadilan buat kami. Aminn
Di dunia ini memang tidak ada yang gratis, termasuk mencari ilmu. Ilmu tidak bisa dinilai harganya dengan uang. Manusia pun dicipatakan dan dikaruniai rejeki yang berbeda-beda. Mungkin atas dasar itu maka SPP di perguruan tinggi negeri (termasuk UB) menggunakan system UKT proporsional, dimana nominal SPP setiap mahasiswa berbeda-beda sesuai dengan kemampuan orang tuanya. Tujuan Sistem UKT yg berkategori ini diharapkan yang mampu dapat membantu yang tidak mampu. Jadi sistemnya subsidi silang.
Memang angkatan saya tahun ini menjadi korban dari kebijakan baru Kemdikbud. Mulai dari UN 20 paket yang penuh carut-marut, dan sekarang lagi masalah UKT.
UKT di Universitas Brawijaya adalah yang tertinggi di seluruh universitas negeri se-Indonesia. Padahal maba UB memiliki jumlah terbanyak di Indonesia, tapi kenapa UKT malah segitumahal dibanding universitas lain. Ini tentunya menimbulkan tanda tanya besar, jangan-jangan ada pihak yang ingin memanfaatkan kampus sebagai ladang bisnis. Ini universitas negeri tapi rasanya seperti universitas swasta bahkan lebih daripada itu.
UKT Brawijaya diawal dibayarkan untuk satu tahun. Berikutnya tetap persemester. Kok seperti itu kebijakannya? Katanya karena UB butuh uang untuk pembangunan. Menurut DIKTI kampus tidak boleh menarikkan uang gedung. Tapi UB melakukannya, Ada yang bisa analisa kok maksa banget harus segera menyelesaikan pembangunan dengan mngorbankan MABA? Karena bapak rektornya tahun ini mau lengser, kata BEM UB.
Sudah menjadi tradisi di sekolah-sekolah Indonesia, uang bangunan terlalu dibebankan kepada siswa, padahal kami datang ke sekolah untuk mencari ilmu, bukan untuk membangun gedung mewah. Kami juga bukan seperti kain yang menyerap air dan bisa terus diperas. Dosen UB sendiri bilang bahwa UB mata duitan. Yang kaya dapat UKT rendah, yang cukupan malah dapat UKT tinggi. Lalu dimana keadilan. Sistem UKT UB benar-benar salah sasaran.
Katanya UKT itu untuk meringankan biaya kuliah dan memberikan keadilan, namun justru sebaliknya yang terjadi. Apa yang saya dan teman-taman lain alami ini sungguh mengharukan. Saya bukanlah anak orang yang berada, orang tua saya cuma PNS biasa dan punya 4 tanggungan yg masih butuh uang untuk sekolah, Pikirku aku akan dapet UKT di golongan 3 atau 4, tapi ternyata gol. 6 (khusus untuk jurusan saya, nominalnya 9,5jt persemester, setahun 19 juta). Ini tentu memberatkan bagi golongan menengah kebawah. Yang pasti namanya orang tua pasti akan mengusahakan berapapun biayanya. Tapi semua anak juga tak ingin menyusahkan orang tua.
Setahu saya, UKT itu seharusnya meringankan. Bukan membebani. Saya bukannya menolak mendapat UKT sebesar ini, tapi juga bersyukur karena orang tua masih mengikhlaskan, danini juga menjadi motivasi buat saya, berarti saya harus lebih serius belajar supaya nggak rugi bayar UKT mahal. Lagi pula “Tuhan tidak segan-segan membantu umat yang gemar menolong sesamanya”. Cuma yang menjadi pertanyaan saya kemudian ialah: sudah adilkah pembayaran dengan system UKT ini?
Saya menjamin bahwa memang ada ketidakadilan dan kecurangan dalam penentuan UKT ini, banyak yang pendapatan ortunya lebih tinggi justru mendapat golongan UKT rendah. Dan sebaliknya.
Saya terharu ketika menerima sms teman saya yang mengatakan bahwa orang tuanya sudah memutuskan untuk mundur dari UB, gara-gara UKT. Ini tentunya menimbulkan rasa kekecewaan pada anak, bayangkan sudah setengah perjalanan dan terpaksa harus keluar mencari tempat kuliah yang lain. Semoga Tuhan tunjukkan yang terbaik buatnya.Sepertinya ungkapan “orang miskin dilarang sekolah” ternyata masih berlaku disini.
Sudah banyak maba yang jadi down bahkan memilih mundur dari UB, gara-gara kebijakan UKT yang tidak manusiawi. Tolong UB ini lebih pro mahasiswa. Jangan hanya memburu materi semata. Intinya hanya satu. Kami hanya ingin meminta hak kami. UKT benar-benar tidak tepat sasaran. Saya berharap Tuhan menunjukkan keadilan buat kami. Aminn
Quote:
Quote:
Quote:
curhatan kaskuser
Quote:
Original Posted By twengtweng►ane juga mahasiswa pindahan gan dari univ lain ke UB, sy FISIP
agan tau gak ane masuk ngurus sendiri semua surat pindahnya
tapi yang ane curiga ANE MASUK GAK ADA TES & WAWANCARA
udah gitu ane tiba2 DITARGET 24.000.000 yang kata orang akademiknya itu adalah konsekuensi mahasiswa pindahan, jadi harus diterima masuk kategori apa aja
KRS ane juga diprogramkan akademik,Ane gak bisa mrogram sendiri
, tp sekarang ane udah curi2 mrogram sendiri di SIAM 
tujuan ane pindah, ane mau ngurus ortu ane yang udah sakit2 an, sekarang ane ngajuin keringan gan, beserta surat dr Rumah Sakit..PD II yang sekarang (kayaknya) baik orang nya
oh ya, sy masuk tahun 2012 kemarin and sampe sekarang BELUM DAPAT ALMAMATER
ane udah coba minta, and orang rektorat bilang 'mana bukti pengambilan almamaternya?' ngurus buktinya aja harus ke keuangan and akademik
ribet!!!, hadeh mending ane beli di loakan aja ada kali ya
agan tau gak ane masuk ngurus sendiri semua surat pindahnya

tapi yang ane curiga ANE MASUK GAK ADA TES & WAWANCARA
udah gitu ane tiba2 DITARGET 24.000.000 yang kata orang akademiknya itu adalah konsekuensi mahasiswa pindahan, jadi harus diterima masuk kategori apa aja


KRS ane juga diprogramkan akademik,Ane gak bisa mrogram sendiri



tujuan ane pindah, ane mau ngurus ortu ane yang udah sakit2 an, sekarang ane ngajuin keringan gan, beserta surat dr Rumah Sakit..PD II yang sekarang (kayaknya) baik orang nya
oh ya, sy masuk tahun 2012 kemarin and sampe sekarang BELUM DAPAT ALMAMATER
ane udah coba minta, and orang rektorat bilang 'mana bukti pengambilan almamaternya?' ngurus buktinya aja harus ke keuangan and akademik
ribet!!!, hadeh mending ane beli di loakan aja ada kali ya

Quote:
Original Posted By rieokta►saya juga korban sistem itu gan, saya mahasiswa UB th2008, dan alhamdulillah sudah lulus.. emang sih kalo dibandingin sekarang sama dulu lebih mahal sekarang, tapi sistem yang mengandung ketidakadilan dan kecurangan kayak gitu udah berlangsung setidaknya mulai tahun 2007/2008..
saya g tau cara apa yang dikampus untuk menentukan besaran SPP tiap mahasiswa, orang tua saya cuma pns dan punya 1 tanggungan lagi, kuliah sehari2 kadang jalan kaki, kadang naek motor bebek, hape masih monokrom, tinggal di kost, dibebani spp sebesar 2,5jt..
sedangkan, ada seorang mahasiswa, orangtuanya ayah seorang pengusaha, ibu direktur bank, ke kampus bawa mobil sedan buatan jepang seharga 400juta rupiah, hape punya BB n iphone, punya rumah pribadi di kawasan elite di malang, spp berapa sodara2? cuma 350 ribu saja!!!
apa2an kayak gini ini, kalo istilahnya yang kaya tambah jaya, yang miskin tambah terpuruk..
pejwan gan..
saya g tau cara apa yang dikampus untuk menentukan besaran SPP tiap mahasiswa, orang tua saya cuma pns dan punya 1 tanggungan lagi, kuliah sehari2 kadang jalan kaki, kadang naek motor bebek, hape masih monokrom, tinggal di kost, dibebani spp sebesar 2,5jt..
sedangkan, ada seorang mahasiswa, orangtuanya ayah seorang pengusaha, ibu direktur bank, ke kampus bawa mobil sedan buatan jepang seharga 400juta rupiah, hape punya BB n iphone, punya rumah pribadi di kawasan elite di malang, spp berapa sodara2? cuma 350 ribu saja!!!
apa2an kayak gini ini, kalo istilahnya yang kaya tambah jaya, yang miskin tambah terpuruk..

Quote:
Quote:
Original Posted By xkomic►Alhamdulilah ane gak jadi milih brawijaya dulu hehe gara gara di kasih tau temen uang dpp/pembangunan nya 40 juta, jd nya sekarang kuliah di swasta muhammadiyah malang. Menurut ane pinter th dari sdm nya gan bukan dari kuliah dmananya hehe
Quote:
Original Posted By zhazhu►Ane alumni UB angkatan 2007. Sistem SPP yg berbasis subsidi silang kayak sekarang itu dimulai dari tahun ajaran 2007/2008 (tahun ane masuk kuliah). Kebetulan ane dulu kena SPP 1,5jt per semester yg di tahun sebelumnya berlaku SPP flat sebesar 600rb per semester untuk yg masuk lewat jalur SPMB (skrg SNMPTN).
Pengalaman ane dulu, banyak SPP yg gak tepat sasaran gan. Ada temen ane yg notabene mahasiswa dari kalangan menengah ke atas (jaman dulu HPnya udah pake nokia n70) kena SPP cuma 600rb, sedangkan ane yg pas-pasan malah kena 1,5jt. Dan denger2 yg bersangkutan tidak fair dalam proses pendataan kemampuan finansial ortu. Doi menyerahkan slip rekening listrik punya neneknya yg rumahnya di desa, pokoknya banyak kecurangan lah. *skip
Ane barusan kemarin abis nyambangin UB. Ane cuma bisa geleng2 kepala liat kondisi kampus ane yg tambah berat aja (banyak pohon BETON yg lagi di tanam *ngerti kan yg ane maksud? ). Gedung2 baru banyak didirikan, minimal 5 lantai, sampai-sampai gedung REKTORATnya yg berlantai 8 aja kalah tinggi !!!. Jalanan yg sebelumnya aspal (dg kondisi yg masih sangat layak pakai), diganti pake paving stone (mungkin biar tambah keliatan kece kali tuh kampus). Pantesan aja gedung2 di UB makin banyak dan tinggi-tinggi, lha wong SPPnya muahaaalll !!!.
Ane punya sodara yg tahun ini keterima di UB kedokteran hewan gan, doi kena SPP 8,5jt per semester. Asal agan tau nih, program kedokteran hewan di UB baru dibuka 5 tahun yg lalu, jadi masih belum punya gedung sendiri alias masih numpang2. Di kedokteran hewan UGM aja yg notabene udah berdiri puluhan tahun yg lalu aja SPPnya cuma kena 5jt per semesternya. Akhirnya sodara ane mundur dari UB gara2 kemahalan SPPnya.
Buat Pak Prof. Yogi selaku rektor, mohon untuk dikaji ulang sistem penetapan SPPnya Pak, banyak yg gak tepat lhoo....*pengalaman
Pengalaman ane dulu, banyak SPP yg gak tepat sasaran gan. Ada temen ane yg notabene mahasiswa dari kalangan menengah ke atas (jaman dulu HPnya udah pake nokia n70) kena SPP cuma 600rb, sedangkan ane yg pas-pasan malah kena 1,5jt. Dan denger2 yg bersangkutan tidak fair dalam proses pendataan kemampuan finansial ortu. Doi menyerahkan slip rekening listrik punya neneknya yg rumahnya di desa, pokoknya banyak kecurangan lah. *skip
Ane barusan kemarin abis nyambangin UB. Ane cuma bisa geleng2 kepala liat kondisi kampus ane yg tambah berat aja (banyak pohon BETON yg lagi di tanam *ngerti kan yg ane maksud? ). Gedung2 baru banyak didirikan, minimal 5 lantai, sampai-sampai gedung REKTORATnya yg berlantai 8 aja kalah tinggi !!!. Jalanan yg sebelumnya aspal (dg kondisi yg masih sangat layak pakai), diganti pake paving stone (mungkin biar tambah keliatan kece kali tuh kampus). Pantesan aja gedung2 di UB makin banyak dan tinggi-tinggi, lha wong SPPnya muahaaalll !!!.
Ane punya sodara yg tahun ini keterima di UB kedokteran hewan gan, doi kena SPP 8,5jt per semester. Asal agan tau nih, program kedokteran hewan di UB baru dibuka 5 tahun yg lalu, jadi masih belum punya gedung sendiri alias masih numpang2. Di kedokteran hewan UGM aja yg notabene udah berdiri puluhan tahun yg lalu aja SPPnya cuma kena 5jt per semesternya. Akhirnya sodara ane mundur dari UB gara2 kemahalan SPPnya.
Buat Pak Prof. Yogi selaku rektor, mohon untuk dikaji ulang sistem penetapan SPPnya Pak, banyak yg gak tepat lhoo....*pengalaman
Quote:
Original Posted By wahanaanjark►Permisi gan, sebelumnya saya minta maaf, saya asli warga malang, dan saya cuma ingin memberi informasi, tahu sendirikan gedung UB besarnya seberapa?


dan liburan semester ini saya ngisi waktu liburan kerja di warnet, saya dapat tugas dari salah satu dosen UB untuk mengetikan proposal pembangunan gedung baru, gedung FE, yang sekarang dibangun, depan bunderan air mancur tuh. dan agan tau nggak anggarannya sampai 30M lebih loh, itu pun belum sepenuhnya selesai. dan menurut rumor yang saya dengar juga itu pun ada sangkut pautnya dari pihak luar ( 3 orang paling berpengaruh di malang )
ntar kalau agan sudah di malang pasti tahu kok ketiga orang itu siapa.

oh ya, kalau agan pengen kuliah dengan biaya yang memadani, kuliah aja di kamus sebelahnya UB, UM.
disitu uang gedungnya dibebaskan kok, cuma uang sppnya dinaikkan, +/- 2,7 - 3jt ++


dan liburan semester ini saya ngisi waktu liburan kerja di warnet, saya dapat tugas dari salah satu dosen UB untuk mengetikan proposal pembangunan gedung baru, gedung FE, yang sekarang dibangun, depan bunderan air mancur tuh. dan agan tau nggak anggarannya sampai 30M lebih loh, itu pun belum sepenuhnya selesai. dan menurut rumor yang saya dengar juga itu pun ada sangkut pautnya dari pihak luar ( 3 orang paling berpengaruh di malang )
ntar kalau agan sudah di malang pasti tahu kok ketiga orang itu siapa.

oh ya, kalau agan pengen kuliah dengan biaya yang memadani, kuliah aja di kamus sebelahnya UB, UM.
disitu uang gedungnya dibebaskan kok, cuma uang sppnya dinaikkan, +/- 2,7 - 3jt ++
Quote:
Original Posted By mercygrace►ane juga maba di UB jalur spmk, mahaaaaaal banget apa bedanya sama swasta, total biaya 56 jt, spp kena 6 jt padahal babe ane cuma pegawai biasa, nyokap juga PNS golongan biasa nih, mau ngundurkan diri sudah kena biaya daftar ulang 5 jt , jadi terpaksa ngutang
gambar tagihanya




0
104K
Kutip
724
Balasan


Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!

The Lounge
925.6KThread•92.3KAnggota
Urutkan
Terlama


Komentar yang asik ya