Kumpulan Notes FB Leonardo Rimba (penulis buku "Membuka Mata Ketiga")
TS
donreal
Kumpulan Notes FB Leonardo Rimba (penulis buku "Membuka Mata Ketiga")
trit ini berisi kumpulan notes FB Leonardo Rimba, dan ane sudah diizinkan oleh Leo Rimba untuk men share notes nya.
sekadar gambaran semua notes catatan Leo Rimba adalah pengalaman pribadinya dan orang orang di komunitas Spiritual Indonesia (SI)
semua note asli bersumber dari FB Leonardo Rimba tanpa ane edit2 lagi.
nb: apabila dalam notes yang ane share terdapat kalimat yang kurang berkenan di hati agan2/aganwati, ane minta maaf sebesar2nya dan sama sekali tidak ada maksud untuk menyakiti, menyerang atau melukai perasaan/pemikiran/keyakinan siapapun.
note ini hanya pemikiran Leo Rimba pribadi dan para anggota SI saja. dan yang saya harapkan hanyalah agan2 merasa enjoy membaca trit ini.
jika agan merasakan senang pas baca trit ini jangan lupa kasih:
atau star di atas ya biar jadi bintang 5
NOTE #1
JUDUL: Kata Pengantar: Joko Tingtong, Sebuah Novel Spiritual
Spoiler for NOTE #1:
Ada beberapa novel spiritual yg sangat berkesan bagi penulis. Dan ada lebih banyak lagi buku spiritual non fiksi. Ketika dikumpulkannya pengalaman spiritualnya sendiri, jenis yg tercipta merupakan hibrida. Antara fiksi dan non fiksi. Disebutnya novel karena para tokoh merupakan rekaan. Gabungan dari beberapa figur nyata, tapi tak bisa dibilang sebagai benar si dia. Tidak bisa itu. Mungkin dalam kesempatan lain, kumpulan kisah seperti ini akan disebut sebagai memoir.
Bisa, bisa, semuanya bisa, kata Joko Tingtong, tokoh utama yg berbicara sendiri di dalam 38 artikel berikut, termasuk prolog dan epilog.
Apakah Joko Tingtong adalah penulis sendiri? Tentu saja bukan. Kalaupun ada kesamaan, maka itu cuma kebetulan saja. Rujukan kepada institusi nyata juga cuma kebetulan saja. Bisa jadi Joko adalah anda sendiri. Lelaki maupun perempuan. Tua maupun muda. Leonardo Rimba sebagai seorang penutur cuma medium saja. Mouth piece. Penyambung lidah, kalau mengikuti istilah Cindy Adams, penulis biografi Presiden Sukarno. Apakah penyambung lidah itu istilah Sukarno sendiri, atau buatan Cindy Adams tentu saja tidak ada yg tahu pasti.
Cindy seorang perempuan Amerika keturunan Yahudi, yg dipilih oleh Sukarno untuk menulis biografinya, juga dikagumi oleh Joko Tingtong. Joko membaca semua tulisan Cindy Adams yg bisa ditemukannya, termasuk banyak gosip berkelas dalam buku-buku yg, antara lain, berjudul My Friend, the Dictator. Dari sudut pandang seorang Amerika, Presiden Sukarno adalah seorang diktator. Diktator yg baik hati, humoris, manusiawi. Dan sama sekali bukan mitos berskala legendaris seperti sering divisualisasikan oleh orang-orang spiritual dari aliran Kejawen. Joko Tingtong lebih mirip Cindy Adams, perempuan Amerika keturunan Yahudi yg tinggal di New York City. Matanya memandang dari masyarakat maju ke miniatur-miniatur unik yg bernama Indonesia. Seorang penghuni miniatur Amerika Serikat melahap dan mencoba mencerna apa yg diamatinya di miniatur lainnya. Miniatur artinya alam semesta mini. Dalam ukuran kecil. Ketika hendak dibawa untuk diamati, maka sebesar apapun bendanya harus diperkecil. Lalu dipandang dengan kaca pembesar.
Tentu saja ini novel yg tidak biasa. Bahkan untuk jenis spiritual juga tidak biasa. Hampir semuanya dihasilkan oleh automatic writing. Tangan yg berjalan sendiri. Penulis berpengalaman memberikan konseling kepada ribuan orang sejak tahun 2004, baik secara langsung maupun virtual, lewat Yahoo Messenger, email dan, beberapa tahun terakhir ini, lewat facebook. Ketika ditanya, tangannya jalan sendiri. Dan send! Pesan terkirim. Tanpa perlu bersusah payah, mereka yg layak terbantu akan terbantu. Kalau bertemu langsung, prosesnya sama. Apa yg ditanya, itu yg dijawab. Artinya apa, tentu saja cuma bisa ditemukan di benak penanya. Kalau anda punya pertanyaan, bisa diucapkan. Bisa juga diam saja, dan biarkanlah Joko Tingtong bicara atau menulis. Jawabannya akan muncul sendiri di kepala anda!
Azas sinkronisitas, sambung-menyambung menjadi satu, tanpa perlu dipikirkan. Tapi akan sampai. Dan itu dipelajari Joko Tingtong dari novel The Celestine Prophecy. Konon itu novel yg plotnya jelek. Tidak akan laku dijual kalau dilempar begitu saja ke pasaran. Dan menjadi novel spiritual nomor satu di seantero dunia di jamannya hanya karena penulisnya telah begitu rajin menjamah banyak insan tanpa pertimbangan komersial. Itu naskah sudah disebar kemana-mana. Lewat acara copy-mengcopy. Atau copas, kalau mengikuti istilah Indonesia yg lebih mengkini. Copy paste. Istilah dunia virtual, internet, yg semakin menggebu dengan maraknya facebook.
Joko Tingtong hidup di facebook, sama seperti jutaan insan Indonesia lainnya. Baik beridentitas asli, sesuai KTP. Atau cuma samaran belaka. Menggunakan identitas samaran demi pembelajaran pribadi yg selalu ditekan dengan seksama di dunia nyata. Tidak bisa belajar. Apalagi mau jadi insan spiritual yg jujur. Tekanan di masyarakat Indonesia sudah sedemikian menggila sehingga, mungkin, lebih dari separuh orang Indonesia di facebook memilih menggunakan nama palsu. Jutaan identitas palsu!
Terlalu, kata Joko Tingtong.
Dan tentu saja tidak seperti novel spiritual lainnya yg berjudul the Da Vinci Code karya Dan Brown. Di novel itu, bahkan satu konsep tentang pentagram, simbol berbentuk bintang bersudut lima, memerlukan begitu banyak halaman untuk dijelaskan. Pentagram adalah simbol manusia hidup. Manusia fisik. Satu kepala, dua tangan dan dua kaki. Total ada lima sudut. Dengan plot tentang pembunuhan misterius di dalam musium, penerjemahan itu simbol memerlukan sekitar sepertiga tebal buku. Mungkin juga pada akhirnya tidak selesai tuntas. Terlalu bertele-tele. Joko Tingtong membaca itu novel dalam bahasa Inggris. Kalau dalam bahasa Inggris saja sudah begitu membosankan tarikannya, apalagi ketika diterjemahkan ke bahasa Indonesia yg, kita semua tahu, ukurannya lebih panjang dibandingkan bahasa Inggris. Bahasa Indonesia relatif membutuhkan lebih banyak ruang untuk menguraikan suatu hal. Joko tidak sabar dengan pemborosan ruang. Lebih enak langsung bilang saja, bahwa pentagram merupakan simbol manusia. Manusia alamiah. Dan itu juga simbol yg ditemukan di dalam Pancasila kita. Simbol ketuhanan yg maha esa. Kenapa ketuhanan simbolnya kok manusia?
Mengapa, oh mengapa.
Mungkin jawabnya bisa anda temukan di halaman-halaman berikut. Joko bicara tentang spiritualitas atau kebatinan manusia. Dari dua dunia, setidaknya. Dunia Barat dan dunia Timur. Joko bicara tentang kebangsaan. Tentang kemanusiaan yg umumnya berkisar di seputar hak asasi manusia (HAM).
Tidak ada plot di dalam naskah Joko Tingtong: Sebuah Novel Spiritual. Anggap saja anda bertamasya bersamanya selama 38 hari. Setiap hari satu artikel. Anggap saja anda adalah Joko Tingtong, yg duduk di depan monitornya setiap pagi. Satu atau dua jam tiap pagi, periksa facebook, dan mengandai-andai. Banyak permainan andai-andai. Andainya saya tidak berdiri disini, akan berdiri dimanakah saya? Jawab: Bisa dimanapun, tentu saja. Bisa berdiri di atas bumi. Bisa berdiri di dalam pikiran. Ketika saya mimpi berdiri, apakah saya benar-benar berdiri? Atau cuma berandai-andai? Berimajinasi? Apakah hidup cuma imajinasi?
Permainan bayangan, dari satu fantasi ke fantasi lainnya. Fantasi buruk, fantasi baik. Nasib buruk yg membawa cermin dibelah. Setelah cermin dibelah barulah ditemukan, ternyata wajahnya tidak buruk. Yg membuat wajah anda buruk adalah cermin itu. Belahlah cerminnya. Dan temukan wajah anda yg indah.
Anda tidak perlu bercermin, saudaraku.
Pikiran anda adalah cerminnya.
Jangan dipikir ada yg baku disini. Baku artinya beku, tidak bergerak. Kaku dan berat seperti air yg disimpan di dalam kulkas. Harus dikeluarkan dahulu, dibiarkan sejenak, agar mencair. Setelah itu baru bisa diminum. Kalau anda membaca dan merasa terlalu dingin bahannya. Diamkanlah. Biarkan mencair, dan setelah itu bisa diteruskan lagi... membacanya.
Original Posted By Hanuman►Bermanfaat sekali masukan gan TS, melihat spiritual dari sudut pandang yg berbeda. Sampaikan salam utk keluarga Mas Leo Rimba
Quote:
Original Posted By HaramuJadah►Tambahin lagi dong gan
Quote:
Original Posted By mas naruto►tulisan2 leo banyak yg mencerahkan bagi yg merasa tercerahkan
cuman ya itu banyak yg kontroversi terutama bagi yg masih berkutat masalah syariat apapun agamanya
btw keep posting aja mbah...spiritual itu memang harusnya universal lintas agama
Quote:
Original Posted By MalakAlMaut►kuereeeennn bangetzzzz #lanjoetkan
Quote:
Original Posted By livan73►gan izin tglin jejak seru nih bahasan nya
baru baca sdkit sih
ada link buku nya leonardo rimba ngk?
yg membuka mata ketiga?
send
Quote:
Original Posted By sin?►tinggi bahasannya semoga aman damai tentram,
gw suka gaya mas joko
Quote:
Original Posted By turonggo►hebat...!! bisa melihat agama dari sisi netralnya..
Quote:
Original Posted By mr.328►tulisanny dalem gan blm cocok buat ane yg masih awam,jd pusing,he...
Quote:
Original Posted By uciel88►trit bagus....
berisi pemahaman sangat padat,
nubi numpang duduk membaca & menyimah disinih.
baru nyampe #4
:
Quote:
Original Posted By costantsine►Wah keren bgt ini ilmunya
ilmu universal
jd semua agama itu sama aja ya, membuat orang jd baik