TEMPO.CO, Jakarta- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berencana membuat sumur resapan untuk menanggulangi banjir yang kerap melanda Ibu Kota saat musim hujan datang.
Namun, sebelum menggerakkan seluruh aparatnya untuk membuat sumur resapan, ada baiknya Jokowi menilik kampung yang satu ini sebagai rujukan.
Di
Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, warga sukses menerapkan strategi sumur resapan dan lubang biopori. Ketua RW 04 Kedoya Utara, Sofwan Lutfie, mengatakan, meski wilayahnya termasuk rawan dengan genangan air, warga tak khawatir bila memasuki musim hujan.
"Kami sudah memiliki ratusan biopori atau titik resapan air," ujar Sofwan, saat ditemui Tempo, Rabu 26 Desember 2012. Ia menilai keberadaan biopori yang tersebar di tujuh rukun tetangga efektif untuk mengurangi genangan air saat hujan deras turun.
Sofwan menambahkan, pembuatan biopori pertama kali dilakukan di tahun 2007 dengan swadaya warga. Awalnya masyarakat membuat 200 titik biopori. "Ternyata ada manfaatnya untuk mengurangi genangan, jadi kami tambah lagi jadi 700 titik," katanya.
Biopori yang memiliki kedalaman 1 meter dan diameter 8 inci ini menghabiskan dana cukup murah, yaitu hanya Rp 12 ribu per lubang. Lubang biopori ini tersebar di sepanjang gang di depan rumah-rumah warga.
Lebih lanjut, menurut Sofwan,
biopori tidak hanya untuk mengurangi genangan air, tapi bisa berfungsi sebagai cadangan air.
Mulyanto, Ketua RT 07 RW 04, mengatakan keberadaan biopori berdampak besar ketika hujan deras. Ia menjelaskan, banjir memang sulit dihindari, tapi bisa surutnya genangan bisa dipercepat. "Kalau dulu genangan air bisa seharian, sekarang satu sampai dua jam sudah surut," kata Mulyanto.
Berdasarkan pantauan Tempo, lubang biopori yang berada di RW 04 Kedoya Utara, tepatnya di Gang Bhinneka, tersebar merata hampir di sepanjang jalan. Lubang biopori diberi cat berwarna oranye untuk membedakannya dengan aspal jalanan. Jarak antar-satu biopori dengan biopori lainnya rata-rata satu sampai 2 meter.
Tak hanya biopori, Mulyanto mengatakan, terdapat sumur resapan juga di RT 07 RW 04. Sumur serapan yang berukuran 2 x 2 x 2 meter ini dibuat oleh Suku Dinas Pertamanan dan Kehutanan Jakarta Barat.
Menurut taksiran Sofwan, biaya untuk membangun sumur serapan sekitar Rp 2 juta. "Sebaiknya gubernur juga mewajibkan setiap kompleks perumahan untuk membuat sumur serapan," kata Sofwan.