Sosoknya nyaris nggak berubah, ia masih nampak seperti wanita yang gua ingat; Mamah. Matanya mulai basah, dan tanpa bicara ia langsung berlari ke arah gua dan memberikan pelukan, tangisnya pun pecah. Ragu, gua balas memeluknya. Namun, begitu kami berdua sudah berpelukan ada rasa haru yang luar bi...
Sementara tangan kanannya menyeka sisa air mata, tangan kirinya ia gunakan untuk membelai rambut rambut gua. Untuk pertama kalinya lagi, gua merasakan kenyamanan yang luar biasa yang nggak pernah gua rasakan sebelumnya. Menangis sepuasnya, tanpa harus merasa malu, lalu tenggelam di dalam pelukannya
Kereta yang membawa kami tiba di stasiun Palmerah. Gua meraih tangan dan mengajaknya keluar dari gerbong kereta. Barulah setelah kondisi dirasa cukup aman dan kondusif, gua melepas genggaman tangan. Bukan, bukan gua nggak mau terus menggenggam tangannya. Hanya takut jika ia merasa nggak nyaman ata
Gua menatapnya saat memberi jawaban. Ekspresinya tenang dan datar, seakan tanpa sudah terbiasa menghadapi kejadian tadi. Menyadari hal tersebut gua lantas kembali memukulnya. Marshall berhenti makan, dan menatap gua sambil mengernyitkan dahi; bingung kenapa gua memukulnya. “Lo udah biasa?” Ta...
Gua berjalan ke sisi peron, turun dan mulai menyeberangi rel. Sementara, Marshall terlihat masih berdiri, pandangannya ia turunkan ke bawah, menatap ke arah rel kereta api. Saat gua mendekat, barulah ia berpaling menatap ke arah gua. Kini, dari posisi sedekat ini, gua dapat melihat luka-luka di wa
Menyadari kehadiran gua disana, seluruh kru dan si fotografer seketika langsung berhenti bercanda. Mereka diam dan langsung fokus kembali ke pekerjaan. “Screen test ya!” Seru perempuan berlanyard biru seraya membimbing gua ke tengah-tengah set. Salah seorang kru, berjalan mendekat ke arah gua...
“Isengnya elo aja bisa jadi model” Gua bicara dengan suara pelan, sengaja agar nggak terdengar olehnya. Tapi nyatanya, suara gua nggak cukup pelan. Tata masih bisa mendengarnya. Tata kembali tersenyum, lalu bicara; “Kamu mau ikut ‘iseng-iseng’ bareng aku?” Gua mengernyitkan dahi, bing...
“Nggak!!” Gua menjawab, kemudian mengembalikan foto Marshall ke Tata. Ada rasa enggan yang luar biasa kala mengembalikan foto tersebut. Ingin memilikinya, memajangnya satu di dalam kamar dan satu disimpan di dalam dompet. Tapi, tentu saja rasa gengsi lebih besar daripada malu. Apalagi di depa...
Sebuah mobil terparkir tepat di depan rumah Tata. Nyokap Tata menoleh ke arah gua yang duduk bersama Tata di kursi belakang mobil. Ekspresinya menunjukkan kekhawatiran. Gua mencoba menebak ekspresinya barusan, kemudian berpaling ke mobil yang terparkir di depan rumah Tata. Dari jenis dan warna mo...
“Ngapain?” Tanyanya. “Hah..” “Ngapain?” Tanyanya lagi. “Oh… Nunggu lo” Gua menjawab, tentu saja berbohong. Kemudian berdiri dan kembali ke rumah. Ketu menaiki sepeda motor dan mengajak gua; “Ayo naik” “Nggak usah, gua jalan aja, deket doang” Jawab gua sambil terus berjal...
Gua meraih hoodie menutupi kepala, menghindari terik panas matahari yang menusuk. Kemudian menyusuri gang, menuju ke arah jalan raya. Langkah gua lalu terhenti saat melihat sosok perempuan berdiri di ujung gang, menatap ke arah gua dengan tatapan matanya yang tajam. Kami berdua saling menatap dari
Setibanya di rumah, gua langsung menuju ke meja gambar, mencoba mencari kertas berisi gambar perempuan yang sepertinya istrinya Jeje, dari tumpukan kertas di atas meja. Begitu ketemu, gua menatap sekilas ke arah perempuan pemilik tatapan super tajam tersebut, melipat kertas tersebut dan melemparnya
Setelah menunggu beberapa saat, dua orang pria datang memasuki kantin. Salah satunya gua kenali sebagai Koko dan pria satu lagi, gua tebak sebagai Jeje. Sebelumnya gua memang pernah melihatnya sekali, tapi saat itu nggak terlalu jelas. Gua berdiri, agar mereka bisa tau kalau gua sudah berada disi
“Halo…” Terdengar sapaan pria tadi di ujung sana. “Halo, Selamat malam mas, ini gua Marshall” Ucap gua membalas sapaan darinya dan memperkenalkan diri. “Iya gimana Mas Marshall?” Tanyanya dengan nada suara yang santun. “Jadi gini Mas. Eh gua panggil Mas Julian atau Jonathan nih en...
Setelah malam itu, hampir setiap hari gua terus menerus menghubungi Koko, ingin mengajaknya bertemu untuk mengembalikan laptop dan tablet gambar yang sejak proyek kemarin selesai gua nggak lai menggunakannya. Tapi, dia terus berkelit dan menolak. Sementara, beberapa submission proyek mulai masuk...
Setelahnya, gua beristirahat sejenak sambil menyandarkan tubuh ke dinding dan menyulut sebatang rokok. Sementara, ponsel milik Ketu terlihat berbunyi memunculkan notifikasi yang tak henti-hentinya. Penasaran, gua meraih ponsel miliknya dan melihat deretan notifikasi pada layarnya. Hampir semua no...
Beberapa hari setelah pertemuan gua dengan si perempuan karbol, gua pikir perempuan itu hanya ingin sekedar bersikap sok manis dengan meminta nomor ponsel gua. Karena sejak saat itu, ia sama sekali nggak mencoba menghubungi gua, entah melalui panggilan telepon atau pesan singkat. Kini, gua yakin ...
Berkali-kali gua mencoba menghubungi Marshall dan nggak ada jawaban. Nada sambungnya terdengar, yang artinya ponselnya dalam kondisi aktif. Nggak cuma melalui panggilan, gua juga mencoba mengiriminya pesan dan nggak ada juga balasan darinya. Hari berganti hari, kini entah sudah berapa minggu gua ng
*سْــــــــــــــمِاللهِالرحْمَنِالرحِ يْــــــــــــــمِ* السلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه *_𝔇𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔰𝔢𝔤𝔞𝔩𝔞 𝔨𝔢𝔯𝔢𝔫𝔡𝔞𝔥...
https://s.kaskus.id/images/2024/04/10/6448808_20240410111043.jpg “Jadi, Lo mau gua pura-pura nawarin kerjaan buat si Marshall ini? Terus nanti semua briefnya dari lo kan?” Tanya Mas Koko mencoba merangkum permintaanku sebelumnya. Aku mengangguk. “Nanti urusan teknisnya, terserah Mas Koko a...