ente ga bisa berdebat dengan kalangan ini "yg kami bentuk itu Mujahid, bedakan dengan buzzer." kira2 seperti itulah ngelesnya. atau kalau udah ga punya counter argument "lu kafir, penista agama, liberal, pki, lu @#$%^&"
udah ane bilang dari awal ini sinetron murahan. Mana mungkin si gigi lawan anus secara itu lubang terakhir yg bisa mereka jilatin. Ga ada anus mereka cuma gembel ompong.
kadang kita berempati tidak pada tempatnya. dalam cerita ini, sang ibu bisa punya sejuta alasan tidak menuruti keinginan anaknya, dan itu bukan urusan kita. kecuali ada kekerasan di sana, atau misal, maaf, ibu-anaknya terlihat seperti tidak makan beberapa hari, tidak ada alasan untuk ikut campur.
udahlah, orang ini ga pernah mau tau dasar argumennya masuk akal atau ga, nyambung atau ga, yg penting statement akhirnya terdengar WOW. kyk kemarin klaim prestasi berhasil menurunkan kemacetan, atau itu banggain eco park dibilang hasil naturalisasi.
yeah, teruskan aja... anda sedang membuktikan bahwa tindakan SG sudah benar ke seluruh dunia. anyway, yg ngancam, provokasi dsb.. kalau ditangkap pasti mewek bilang phobia, kriminalisasi
sebenarnya gampang kan. tujuan debat = membuktikan argument kita benar kalau ane tau argument lawan debat ane sudah masuk ke circular reasoning tetapi ane tidak dapat mematahkannya, maka ane sama kurang mampunya dengan lawan debat ane. ingat, circular reasoning itu sangat menyesatkan, seperti yg
junoon nama A jadi A B itu udah ganti nama gan. Setuju ama yg di atas, ribet ini mah, kalau berlaku surut, pemerintah mestinya sediain layanan satu pintu yg biasa memproses beberapa dokumen sekaligus dan bersamaan untuk 1 keluarga, kalau ga bisa ga kelar2 urusannya. Misal dalam 1 KK kalau bapak/i
anjir, setelah disedot trs apa? airnya buang ke sungai/laut? atau dibuang ke sumur resapan lain yg ga kebagian air? atau tunggu sampai sumurnya kering baru isi lagi? :ngakak :ngakak :ngakak