Langit diluar semakin gelap, gemuruh guntur tiba-tiba saja terdengar saling bersautan. Rintik hujan mulai turun dengan deras, suasana di dalam gua begitu dingin dan menyesakkan. Namun, Pak kusno masih duduk diam berkonsentrasi. Lambat laun, telinganya mulai berdengung, sema...
Kini Pak Kusno sudah berdiri di depan pohon bambu kembar. Jika dilihat lebih dekat pohon itu seperti 2 penjaga yang berdiri di antara jalan setapak berkelok. Baru saja dia mau melangkah maju, tiba-tiba saja ada yang bergerak-gerak. Dia tahu rintangan tidak akan berhenti sampai di sini. Tepat di d...
KEKACAUAN -PART 10- Pak Kusno segera berdiri, kepanikan hinggap di batinnya. Magrib sebentar lagi datang, tetapi dia masih belum menemukan gua yang di maksud. “Bajingan kau Sukmaadji” umpat Pak Kusno, sambil membuang puntung rokok yang dipeganginya ke tanah, lalu menginjaknya dengan kasar. R...
“Monggo, Pak” ucap Ibu pemilik warung sambil meletakan secangkir kopi. “Matur nuwun. Maaf, kalau ke Desa Seruni lewat mana ya Bu?” tanya Pak Kusno, sembari mengambil cangkir kopi yang masih mengepul. Sejenak Pak Kusno melihat perubahan expresi dari Ibu pemilik warung. Wanita paruh baya it...
Lembah Pati -PART 9- Sama halnya seperti malam kemarin, Dinda dan Mbok Marni terjaga. Baru setelah azan subuh berkumandang mereka bergegas keluar kamar untuk mengambil keperluan yang akan dipakai olehnya. “Mbok pelan-pelan” ucap Dinda lirih saat menggeser meja yang menghalangi pintu. “Sebena
Ia melihat sekeliling, kewaspadaannya meningkat. Suara wayangan yang tadi sempat terdengar pun kini sudah menghilang. Ia mengarahkan sorot lampu dari ponselnya ke arah lantai, menyusuri jejak tetesan darah itu, ternyata mengarah masuk ke kamar kakeknya. Tetesan yang semakin banyak dan semakin terl
Pagi sudah datang, sinar matahari menyorot langsung mengenai wajah Adit yang bersumber dari jendela, sedikit heran siapa yang membuka jendela kamarnya, dia ingat betul saat sebelum tidur dia sudah menutup jendela itu. “Dit, sini sarapan dulu...” ucap Pakdhe yang sudah duduk di amben yang seka...
Kehadiran -PART 8- Tangan Dinda sudah berada di hendel pintu, kepalanya terasa pening. Sungguh ingin ia rebahkan tubuhnya, segera beristirahat dan sejenak melupakan peristiwa yang baru saja dilihatnya. “Astaga” celetuk Dinda kaget Mbok Marni yang berada di belakangnya seketika melongok ke da...
eh si agan tau aja ini masih nyambung haha, tapi tenang bisa dibaca tanpa harus baca salah satunya kok.
https://s.kaskus.id/images/2023/07/31/11424911_20230731070633.png Kematian Tragis Part 1 Langkah cepat pria paruh baya itu membuat siapa saja yang melihatnya akan begitu penasaran, ada apakah gerangan?, sampai sang Kepala Desa terlihat buru-buru di waktu yang bahkan sinar mentaripun belum mem...
Dinda mengangguk, namun jelas sekali Mbok Marni melihat kalau cucu perempuannya itu khawatir. “Kamu sudah memberitahu Hamdan?” tanya Mbok Marni. “Sudah Mbok, tapi Dinda tidak memberitahu kalau Sengkolo tidak bisa masuk ke kamar Dinda” ucap Dinda lirih. “Kenapa?” tanya Mbok Marni penas...
Petaka Awal -PART 7- Sosok Ratmi tidak mejawab panggilan Dinda, ia masih duduk di pinggiran kasur dengan kepala tertunduk ke bawah. “Ratmi?” ulang Dinda, sambil mendekat ke arah nya. Pak Kusno dan Mbok Marni tetap berdiri di tempat, hanya pandangannya yang terus tertuju pada Dinda. “Opo sek
Beberapa menit menunggu, mereka mengarahkan pandangan ke segala sisi, seolah sedang mencari sesuatu. Hingga terasa ada hawa dingin yang menyeruak diantara mereka. Suasana yang awalnya tenang tiba-tiba saja berubah saat embusan angin datang. Dinda merapatkan tubuhnya ke Mbok Marni, matanya tertuju
Sosok Lain -PART 6- “Sejak kapan kamu tahu soal Dinda, Mad?” tanya Pak Kusno penasaran. Ketika Ahmad selesai menceritakan tentang apa yang ia ketahui. “Sejak aku membaca catatan yang ditinggalkan oleh Ajeng. Meski aku merasa dikhianati oleh kalian semua, aku memilih untuk diam. Aku tidak i...
“Sudah, tidak ada yang perlu disesali. Seperti yang diucapkan Kakekmu. Nasi sudah menjadi bubur, sekarang ceritakan sama Simbok. Seperti apa Adit itu. Simbok penasaran dengan laki-laki pilihanmu” ucapnya sambil mengelus-elus kepala Dinda. Dinda tersenyum, dan mulai menceritakan kehidupannya s...
RATMI -PART 5- Mata Dinda membulat seketika, buru-buru dia bangkit. “Mbok temani saya sebentar” ucap Dinda yang langsung berjalan kearah rumah. Mbok Marni yang tidak paham dengan maksud Dinda hanya bisa mengikuti perempuan itu. Kini mereka sudah kembali dari dalam rumah. Yang Mbok Marni tahu, D