Kisah di atas awan Pesawat itu sudah melayang lima belas menit di atas awan. Menerbangkan sepasang sejoli yang duduk mesra di kursi paling belakang kelas bisnis. Tangan si gadis merekat erat memeluk lengan pemuda yang tampak bahagia. Mereka tampak tak ingin dipisahkan oleh siapapun. Penerbangan pa
Pesan : Aku tunggu di tempat pertama kali kita bertemuSekarang!!! Adi meloncat kaget saat menerima pesan ini. Ia sudah tiga kali mencocokkan jam di ponsel dan jam dinding kamarnya namun ia tetap belum yakin bahwa pesan itu datang pukul satu malam seperti ini. Tak banyak berfikir Adi langsung mema
Taman kompleks ramai seperti biasanya. Anak-anak kecil berlarian kesana kemari. Pedagang pedagang jajanan pun sahut-sahutan meneriaki slogan mereka masing-masing seolah merayu hati anak-anak kecil yang gampang tergoda. Suasana sore itu terlihat sangat hangat. Ibu-ibu kompleks berkumpul di gazebo ta
Cukup lama Dery dan Adi terdiam dalam hening. Dery sudah melepaskan pelukannya kepada Adi. Dery sempat malu saat melihat baju Adi basah oleh tangisnya. Adi mengusap rambut Dery. Ia memandangi wajah gadis manis itu. Sebuah wajah yang masih ingin terus dilihatnya. Bukan sebagai tambatan hati namun sa
Ujian akhir semester untuk kelas Adi sudah terlaksana semua namun teman-teman kelas Adi tetap masuk kuliah. Mereka berjaga-jaga kalau ada dosen yang tiba-tiba membuat pengumuman mendadak masalah makalah tugas akhir pengganti UAS mereka. Karena ruang kelas tak bisa digunakan karena masih ada yang UA
Kampus tampak sangat ramai. Pedagang yang biasanya diharamkan masuk kampus kini berjejer sepanjang trotoar. Pedagang bunga tak hanya mengelar lapaknya di jalan namun banyak juga yang berkeliling aktif mencari pelanggan. Mahasiswa bertoga tampak di mana-mana. Mahasiswi yang biasa tampak rapi dengan
~Cerita ini adalah lanjutan dari part 40 paragraf pertama , kejadian sebelum Adi dan Vina ke malang~ Adi merebahkan badannya di atas tempat tidur. Hari ini serasa sangat panjang baginya, banyak hal terjadi dari keributan di depan kampus sampai kejadian aneh di kontrakan Dery. Berapa bulan ini ia s
"Sssttt.." pelotot mahasiswa lain kearah Wendy. Ia tak ingin menangis. Berita itu bukanlah berita duka. Ia harusnya senang tapi hatinya terasa tersayat-sayat. Dery tak bisa menggambarkan perasaannya. Sejak tadi malam ia mencoba berspekulasi dengan apa yang ia lihat di hotel kemarin namun
Adi sedang duduk bersama Vina di sofa ruang tunggu di depan kantor akademik. Adi masih menunggu beberapa berkas dari Mamanya. Mamanya sedang tidak di rumah jadi butuh waktu sampai Mamanya men-scan lalu mengirimnya melalui email. "Kamu enggak perlu ikut juga kali Vin." Kata Adi kepada Vin
David tampak kaget melihat sisi lain dari Adi. Pemuda itu tampak ingin membunuhnya. "Stop! Jangan berlebihan seperti itu Adi! Bunuh? Apa maksud kalian berbicara hal seperti itu begitu gampang. Kalian jangan bodoh!" ucap Friska marah. Friska melihat luka di tangan David yang terlihat sema
Adi yang sebelumnya sudah yakin, kini mulai ragu. Mungkin momen ini bukan momen yang tepat untuk ia memberi tahu Rahma dan Friska. Atau mungkin Adi merasa ia masih ingin bertemu kembali dengan mereka berdua. Ia masih punya waktu beberapa minggu lagi, untuk itu ia masih bisa bertemu dengan mereka la
Adi dan Vina melangkah menuju gazebo tempat Rahma dan Friska berada. Gadis muda itu dengan mesra menggandeng tangan kakaknya seolah tak ingin dua gadis yang tidak ia kenal itu mengambil dan melukai kakaknya seperti dulu. Melihat situasi itu Rahma dan Friska semakin canggung, sesekali mereka saling
Vina menguap lebar seraya merapikan bajunya di lemari pakaian. Tangan kanan Adi langsung menutup mulut adiknya agar semua organ mulutnya tidak terlihat. Gadis yang harusnya tampak lucu ini selalu terlihat urak-urakan di mata Adi. Adi tak berhenti geleng-geleng kapala melihat tingkah Vina. "He
Adi merebahkan badannya di atas tempat tidur. Hari ini serasa sangat panjang baginya, banyak hal terjadi dari keributan di depan kampus sampai kejadian aneh di kontrakan Dery. Berapa bulan ini ia seolah-olah dihadapkan dengan sebuah masalah, dimana ia diposisikan selalu harus memilih. Memilih sesua
"Aku hanya mengajaknya berbisnis saja," belum sempat Adi menuntaskan ucapannya David langsung memotong ucapan Adi. "Berbisnis macam apa! Aku bisa lihat tatapanmu yang menggoda pacarku," Suara David cukup keras sehingga orang lain bisa mendengarnya. "Kamu jangan temui pacar
"Hari ini aku ulang tahun jadi aku bawa kue buat kalian," siswi kelas tiga SD itu berujar dengan pelan. Suaranya terlalu halus dan kecil untuk memecah hingar-bingar suara bocah yang belum tumbuh jakun. Suara cempreng mereka berseliweran memenuhi ruang kelas tiga sekolah Dasar itu. Mungkin
Di sebuah kamar yang tampak sangat rapi. Sebuah tempat tidur dengan seprai bunga-bunga terususun indah di antara lemari dan sebuah meja belajar. Sebuah tv kecil melengkapi kamar kost milik Rahma. Gadis itu tampak sedang berbaring menghadap langit-langit kamar. Sepasang piama lucu sudah siap menemam
Taman ini seolah-olah menjadi tempat favorit baru bagi Adi. Bila tidak ada kuliah sore ia selalu menyempatkan dirinya untuk bermain bersama anak-anak kompleks di taman ini. Keceriaan makhluk-makhluk mungil itu memang sangat menular, tawa mereka yang tak dibuat-buat, rasa penasaran mereka yang tingg
Terminal bus itu tak tampak terlalu ramai. Pedagang asongan hanya duduk-duduk di kursi-kursi terminal sambil mencari penumpang yang terlihat berpotensi membeli dagangannya. Kursi-kursi panjang itu terlihat lengang. Beberapa bus memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya walau penumpang belum terlih
Adi menatap kosong dari kursi ruang kuliah paling belakang. Adi bersikap seolah sedang mencatat hal-hal penting yang telah ditulisakan dosen. Dery sejak tadi memandang Adi dari kejauhan, berapa saat setelah dosen keluar dari ruang kuliah, Dery langsung bergegas menuju kursi tampat Adi duduk. "