Ijah pulang dengan wajah kusut. Ia segera masuk ke kamar dan merebahkan diri ke atas kasur. Lambat laun, matanya terpejam. "Ijah?" Tika dan Yani memasuki kamar dengan langkah perlahan. "Gimana?" Yani bertanya pada Tika. "Ya sudah, biarkan dia tenang dulu." Tika mena
Ijah melihat ke arah Ghali. Ia penasaran dengan apa yang pria itu katakan. "Oh! Kamu yang mau loncat ke jalanan waktu itu 'kan?" "Eh?!" 000 Tiga tahun yang lalu. Ghali berjalan dengan pandangan kosong. Ia baru saja kehilangan sahabat terbaik. Lampu sudah berubah warna. Gha
Ijah segera berlari, setelah mendapat kabar kalau Haikal mengalami kecelakaan. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan tiba di rumah sakit. Dia segera bertanya pada perawat di meja depan. Setelah itu, bergegas ke ruangan pria itu dirawa. "Bagaimana keadaannya?" Ijah bertanya pa...
Zhafran terdiam di sofa ruang tengah rumah Ghali. Ia menatap langit-langit rumah. "Apa sebenarnya hubungan mereka?" "Jangan-jangan mereka mantan suami istri?" "Apa maksudmu? Tidak mungkin! Aku sudah dekat dengan Ijah selama empat tahun." Zhafran mengusap wajahnya den
Haikal segera meninggalkan tempat. Mukanya merah padam. "Kenapa dia?" Zhafran kebingungan. "Mungkin dia nggak suka jadi adik iparmu." "Nggak. Aku rasa lebih rumit." Ghali memberi komentar. "Tuan! Tuan!" Bik Inah berlari pontang-panting. "Kenapa Bik?&
Bik Asih berdiri di depan sebuah pintu. "Kau tahu? Aku bisa menghancurkan keluargamu, lebih dari ini?" "Saya tahu, Tuan. Jadi apa yang harus saya lakukan?" "Pertanyaan bagus. Aku tak tahu, kenapa Diana bisa sampai menemui Nisa. Yang jelas, aku tak mau Nisa dipermainkan ol
Jam sudah menunjukkan sore hari. Nisa duduk terdiam sambil memandang ke arah tv dengan tatapan kosong. Layar gelap yang memantulkan dirinya sendiri. "Apa aku boleh masuk?" Yogi muncul dari balik pintu. "Masuk saja." Nisa sama sekali tak mengalihkan pandangan. "Kamu sendir...
Pagi yang cerah. Nisa tengah duduk sambil membaca buku sendirian di kamar. Tak lama, Yogi masuk ke dalam. "Apa rencanamu ke depan?" Nisa bertanya. "Kau benar-benar gila." Yogi duduk di sisi ranjang menghadap Nisa. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Nisa agak takut. &quo
Enggar masuk dan melihat Nisa duduk selonjor di lantai di depan pintu sambil memeluk sebuah jaket. Gadis itu masih menangis. "Nis." Enggar terdiam. Kamar itu hancur berantakan. Lemari jebol, kayunya patah, tv, vas, cermin, pecah. Tak ada yang selamat. Bahkan, isi dalam kasur, bantal dan...
Nisa dan Enggar sudah selesai sarapan. Mereka berdua kembali ke ruang tamu. Dan, mengerjakan tugas masing-masing. Enggar membersihkan kamar Nisa dan ruangan lainnya. Kemudian .... "Kamu mau apa?!" "Nyuci, Non." "Berhenti! Aku sudah manggil orang laundry langganan kami. B
Sudah seminggu, Enggar bekerja sebagai penjaga Nisa. Gadis itu benar-benar memerhatikan para pekerja. Bahkan, tak segan memesan kursi pijat baru dan lain-lainnya untuk pekerja baru seperti dirinya. Kali ini, dia memerhatikan Nisa yang sibuk dengan tiga buah laptop yang berjejer di atas meja. Ia ta
Seorang pria berusia 25 tahun mematut dirinya di depan cermin. Dalam pantulan itu ada ilusi seorang pria lagi yang tengah merangkulnya. "Nggar!" Seseorang yang baru tiba di ambang pintu memanggilnya. "Ada apa, Gi?" "Aku menemukan sesuatu yang aneh." "Apa?"
Ira datang menyambut tamu. Sedangkan, Bima dan Rifki sibuk mengurus acara di dalam bersama anak-anak. "Ma, Pa." Ira tersenyum manis. "Kau sendiri?" Awan yang entah muncul dari mana bertanya dengan nada dingin. "Tidak. Sebentar lagi ada yang datang membantu." "
Maaf atas ketidak nyamannnya. Untuk lanjutan dari cerita ini. Silahkan klik di link di bawah ini : Nikah Kontrak : Cinta Selamat Tinggal! Ini terjadi karena, kelalaian penulis. :mewek :mewek
Selama tinggal di kosan. Kegiatan Ira menjadi banyak. Selain ikut latihan bela diri. Ia ikut mengajari anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak yang buta huruf. Dan, dia tak sendiri. Ada Bima di sana. Teman satu kelas yang baru beberapa minggu ini dekat. "Besok aku ada latihan silat." Ira memas