Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #77 : Hantu Penjara
Short Story #77 : Hantu Penjara

Seumur hidup tak pernah aku menyangka akan berakhir di tempat seperti ini. Baju lusuh, dinding tebal, dan para sipir berwajah garang yang membawa tongkat. Siapa yang menyangka sedikit kejahilan yang kulakukan di perusahaan membuatku berakhir di penjara?

Ingin menangis rasanya, tapi orang di depanku yang lebih dulu menangis langsung mendapat ciuman hangat dari tongkat sipir jad aku menahan air mataku sekuat tenaga. Di sinilah aku akan tinggal selama tiga tahun ke depan. Kudengar hukum rimba berlaku di sini. Kuharap semua berjalan baik-baik saja.

“Lampu mati pukul sembilan. Jangan ada yang bicara. Besok jam lima pagi semua sudah harus bangun. MASUK SEKARANG!”

Rutinitas penjara adalah hal pertama yang harus kupatuhi. Kapan harus masuk sel, kapan ke kamar mandi, kapan boleh bicara, semua ada jadwalnya. Tak ada gunanya melawan, tak perlu untuk melawan, ikuti saja dan patuhi saja. Jika aku menurut maka tiga tahun akan lewat dalam sekejap mata. Sembari memasuki selku aku terus mengulang mantra itu di dalam kepala.

“UWWWAAAAA!!!!”

“SIAPA ITU TERIAK TERIAK?!!!”

Dengan langkah berat penuh amarah sipir langsung mendatangiku yang tengah kaget setengah mati. Aku takut pada sipir yang suka mengacung-acungkan pentung, tapi sekarang aku lebih takut pada sosok transparan yang tengah duduk di salah satu sudut tempat tidur.

“SE-SE-SETAAAANNN!!”

“DIAM!”

Hantaman keras pentung sipir pada jeruji besi membuatku gelagapan. Kukira aku akan langsung mendapat pentung pertamaku, tapi ternyata sipir itu cuma melihat setan itu dengan mata menyipit.

“Udah, nggak usah banyak nanya. Dia nggak bakal ganggu kau. Udah, jangan berisik!”

Penjelasan yang benar-benar tidak jelas itu berakhir dengan sipir membanting pintu sel dan mengunciku di dalam bersama dengan hantu transparan yang cuma diam di sudut tempat tidur tanpa memandangku. Secara refleks aku mengambil tempat sejauh mungkin darinya.

Hantu itu transparan, tapi setelah kulihat lebih detail dia memakai seragam tahanan yang sama sepertiku. Dia tampak seperti pria setengah baya dengan rambut cepak dan kulit yang keriput. Dia tidak melakukan apa-apa dan memang tidak terlihat berbahaya, tapi aku tetap takut melihatnya.

Sepanjang malam aku terus duduk di lantai, tak berani mendekat untuk sekedar tidur. Saat pintu sel dibuka di pagi hari aku buru-buru keluar dan meminta pindah sel, tapi sipir malah memukulku dengan pentungannya.

Kukira aku akan terus terjebak dengan si hantu di kamar itu, tapi ternyata aku salah, dia malah mengikutiku keluar.

“Sel satu sampai lima, bersihin taman belakang.”

Aku langsung mengikuti barisan dan betapa kagetnya aku saat hantu itu mengantri di belakangku. Aku merasa keringat dingin membasahi tengkuk, tapi tahanan lain malah biasa saja seolah tak melihat hantu itu di belakangku.

“Udah lama dia di sini,” jawab salah satu tahanan saat aku bertanya tentang hantu itu. “Aku udah di sini sepuluh tahun. Sejak hari pertama sampai sekarang dia terus aja ikutin kegiatan penjara.”

Benar katanya, saat kami pergi sarapan dia ikut sarapan. Bahkan napi yang bertugas membagikan sarapan pura-pura memberikan piring transparan untuknya. Yang paling mengherankan adalah semua orang bersikap seolah keberadaannya biasa saja. Apa aku yang gila karena menganggap keberadaan hantu tidaklah wajar?

Namun hantu itu benar-benar tidak mengganggu siapa-siapa. Dia makan, bekerja, dan masuk sel tahanan seperti semua napi yang lain. Tak ada yang perlu dikhawatirkan tentangnya dan perlahan-lahan aku pun mulai mengabaikannya. Setelah tiga tahun berlalu aku bahkan tak lagi memikirkannya.

Tanpa terasa masa tahananku akan berakhir beberapa hari lagi. Aku sudah begitu terbiasa dengan penjara sampai-sampai sempat tersirat untuk tetap di sini. Namun, godaan dunia luar sudah sangat tak tertahankan. Lagian, aku juga tak merindukan pentungan sipir di sini jadi aku akan keluar.

“Hoi, besok aku bakal bebas. Kalau ada napi baru di sini jangan kau ganggu ya.”

Dengan agak bergurau aku berkata padanya. Hantu itu sama sekali tak pernah bicara atau berinteraksi dengan siapa pun. Kira-kira jika penjara ini runtuh apakah dia akan tetap di sini?

“Oh? Masih ada rupanya!”

Terkejut, aku menoleh ke luar jeruji dan mendapati seorang pria tua berdiri di luar sana bersama salah seorang sipir. Pria tua itu menatapku … bukan, dia menatap hantu yang duduk di sudut tempat tidurku.

“Masih ada … apa?” tanyaku.

“Hantu itu,” jawabnya. “Hantu itu muncul saat aku masih kerja di sini.”

Tampaknya orang ini adalah mantan sipir. Entah apa yang dia lakukan di sini, tapi yang jelas dia kenal dengan si hantu.

“Jadi dulu penjara ini nggak berhantu?”

“Nggak. Dulu ada tahanan yang meninggal di sini. Hantu itu hantunya. Walau badannya mati, jiwanya tetap dipenjara.”

Pria tua itu menggeleng-geleng yang membuatku penasaran.

“Memangnya kapan orang itu dipenjara? Berapa lama?”

Biasanya aku sudah akan dipukul karena bertanya sebanyak itu, tapi tampaknya sipir yang menemani Pak tua ini juga penasaran dengan pertanyaanku.

“Aku ingat … 14 Februari. Aku ingat karena itu hari valentine. 14 Februari 1975. Dia dihukum 50 tahun karena membantai pasangan suami istri. Dia cuma dipenjara lima tahun sebelum meninggal. Serangan jantung.”

Dia menggeleng penuh kasihan sementara pikiranku melayang begitu cepat. Besok adalah 14 Februari 2025, tepat 50 tahun sejak hantu ini dipenjara sekaligus hari aku bebas. Apakah cuma kebetulan?

Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku semalaman. Entah untuk apa aku peduli akan hal itu, tapi besok aku akan mendapat jawabannya.

Benar dugaanku, saat sipir memanggilku untuk mengurus berkas, hantu itu mengikutiku. Para sipir melihat hantu itu keheranan, tapi tak melakukan apa-apa. Aku mengurus berkas-berkasku lalu berganti pakaian. Dengan ini secara resmi aku bebas dari penjara.

Saat aku melihat ke belakang, betapa terkejutnya aku saat melihat hantu itu tak lagi mengenakan baju tahanan. Dia menggunakan pakaian jadul khas orang jaman dulu dengan sendal jerami ala petani. Aku dan para sipir mengikutinya berjalan keluar menuju gerbang.

Rasanya seperti melihat keajaiban. Hantu itu tak pernah menunjukkan ekspresi apa pun, tetapi apa yang kami lihat adalah ekspresi bahagia saat hantu itu berdiri menunggu gerbang terbuka. Sipir penjaga gerbang pun membuka gerbang untukku, untuk kami berdua.

Rasanya belum pernah aku melihat ekspresi bahagia semurni yang hantu itu tunjukkan saat melangkah ke dunia bebas. Dia merentangkan kedua tangannya dan mulai menangis dengan senyum lebar layaknya anak kecil yang menemukan taman bermain.

Namun pemandangan itu tak berlangsung lama. Perlahan tubuh transparannya mulai berkilau dan kemudian memudar layaknya gelembung yang terbang ke udara. Dari kaki, pinggang, hingga kepala, sisa-sisa tubuhnya menyatu dengan udara hingga lenyap seutuhnya dari pandangan mata.

Kami baru saja menyaksikan pemandangan langka. Setelah 50 tahun akhirnya dia bebas. Meski tubuhnya sudah lama mati, jiwanya menolek pergi ke akhirat dan terus menjalankan hukuman. Apakah dia benar-benar merasa bersalah sampai tak ingin dibebaskan sebelum waktunya?

Entahlah, tak ada yang tahu.

Saat mengendarai mobil jemputan yang akan membawaku pulang, aku menoleh ke belakang untuk melihat siluet penjara untuk terakhir kali.

Aku bersumpah dalam hati, aku tak mau kembali lagi ke tempat ini. Aku tak akan berbuat jahat lagi, aku akan hidup dengan jujur. Aku tak mau jiwaku menjadi hantu yang terus terpenjara akibat perbuatan bodohku.

***TAMAT***
pulaukapokAvatar border
riodgarpAvatar border
t3animaAvatar border
t3anima dan 20 lainnya memberi reputasi
21
1.2K
14
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
31.9KThread44.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.