Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bangrobby1372Avatar border
TS
bangrobby1372
SUATU PAGI
           Pak sani adalah seorang pengangkut sampah dan juga seorang pemulung di suatu daerah pemukiman yang di huni oleh orang-orang dari kalangan atas. Pak Sani tidak pernah mengenali wajah dari pemilik rumah-rumah mewah yang berjejer dengan indahnya di kompleks itu. Tetapi dia akan tahu bahwa siapa saja yang memiliki rumah itu.
         Contohnya rumah yang bercat merah bata adalah milik dari seorang pejabat anggota dewan atau rumah yang memiliki genteng biru adalah milik seorang birokrat di pemerintahan, bisa saja Pak Sani mengenali dari pohon depan rumah, atau warna cat pagarnya. Pak Sani mengetahuinya sebab seringnya dia bercengkerama dengan para pembantu di rumah-rumah tersebut atau dengan satpam penjaga rumahnya.

          Terkadang juga Pak Sani mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam rumah-rumah tersebut, ya dari mana lagi informasinya kalau tidak dari para pembantu atau satpam di rumah tersebut.

      Terkadang Pak Sani tak habis pikir mengapa mereka selalu menceritakan semuanya pada dirinya, mungkin para pembantu dan satpam itu sudah merasa jenuh sehingga satu-satunya pelampiasan adalah dengan menceritakan seseatu kepada orang yang tidak dianggap seperti Pak Sani.

            Sebenarnya Pak Sani tak mau mendengarkan sebab pasti akan mengganggu waktunya untuk berkeliling untuk mengangkut sampah, tetapi kadang mereka memaksa agar di dengar. Tidak apalah pikir Pak Sani siapa tahu bisa membuat orang yang bercerita semakin lega perasaannya.

            Dan Pak Sani mencoba melupakan setiap cerita yang di dengar dari mereka sehingga tidak menambah beban pikirannya sebab dia pun memiliki beban pikiran yang banyak mengenai kehidupan keseharian dirinya dan keluarganya.

            Seperti suatu pagi saat dia mengambil sampah yang teronggok di depan rumah seorang petinggi pemerintahan sekitar jam 10.00 pagi.

            “ Aduh, Pak Sani kok baru datang sih,” Iyem pembantu rumah tangga di rumah itu tergopoh-gopoh begitu melihat kedatangan Pak Sani. Rupanya dia telah lama menunggu dan seperti biasa pasti ada yang akan di ceritakan.

            “ Iya nih yem , di lorong sebelah ada yang membersihkan tamannya, jadi banyak ranting pohon yang dibuang dan harus ku angkut, tuh lihat saja dalam gerobak hampir penuh kan,” Kata Pak Sani.

            Iyem hanya melirik sejenak ke arah gerobak Pak sani. Dan dari wajahnya ada sesuatu yang sudah tak sabar akan diceritakan pada Pak Sani.

            “ Eh Pak aku ada cerita seru loh,”

            “ Aduh Yem, aku tidak ada waktu, ini sudah terlambat dan masih banyak lagi rumah yang belum aku angkut sampahnya,”

            “ Tidak usah terburu-buru pak, dengar cerita ku dulu,”

            “Kan tidak ada hubungan dengan kita Yem, atau bahkan dengan aku,”

            “ Iya pak, tapi aku hanya ingin menceritakan saja, biar plong rasanya.”

            “ Iya-iya , cepat ada apa.”

            “ Ini pak , Tuan besar terkena masalah.”

            “ Masalah apa Yem.”

            Iyem melihat ke kanan dan kekiri sepertinya takut bila seseorang akan mendengar pembicaraan kami.

            “ Tapi hanya kita berdua saja yang tahu ya pak, Tuan semalam di tangkap polisi.”

            “ Memangnya tuan mu terkena kasus apa.”

            “ Begini pak, aku sempat mendengar pembicaraan nyonya dengan anak-anak setelah tuan di tangkap, katanya ada tuan terkena kasus korupsi di kantornya.”

            “ Astagfirullah , bukannya tuanmu sangat relijius yem.”

            “ Iya pak, bahkan ia juga sangat dermawan, tapi kata nyonya juga tuan sepertinya di jebak oleh temannya sendiri.”

            “ Kok bisa begitu yem.”

            “Tidak tahu pak, tapi kata nyonya begitulah biasanya yang terjadi di pemerintahan, saling menjegal satu dengan yang lain untuk kepentingan diri mereka sendiri.”

            “ Tapi kan mereka orang terpelajar yem.”

            “ Iya sih pak, tapi apa orang terpelajar sifatnya juga terpelajar ? sepertinya banyak yang sudah jauh menyimpang ya pak.”

            “ Entahlah yem , mungkin jaman sudah berubah ketika seseorang lebih mementingkan perut mereka masing-masing dengan mengalah kan etika dan kepatutan serta ajaran budi pekerti. Mereka memakai teori katak, katak bisa berenang maju jika dia menendang apa yang di kiri atau kanannya.”

            “ Ih pak Sani ternyata bisa juga ya.”

            “ Bisa apa yem?”

            “ Itu bisa berbicara tinggi seperti orang-orang di TV.”

            “ Bisa aja kamu yem.”

            “ Ternyata kehidupan orang-orang seperti mereka bisa seperti itu ya pak.”

            “ mungkin itu yang di namakan resiko pekerjaan yem, semakin tinggi pohon semakin kuat angin yang menggoyang. Kalau kita kan tidak ada angin yang menggoyang.”

            “ Bisa saja pak sani ini.” Iyem tersenyum .

            “ Tapi aku tak menyangka kalau tuan terjerat korupsi pak,” kata Iyem lagi.

            “ Kita tidak akan pernah tahu yem, biarkan saja hukum yang menyelesaikannya. Kita juga tidak pernah tahu alasan seseorang untuk melakukan suatu kejahatan dan kita juga tak pernah tahu dengan hati setiap orang.”

            “ Tapi kejadian seperti tuan kan banyak di beritakan pak di TV.”

            “ Itulah yem, jika amanah yang di berikan tidak di jadikan sebagai beban, malah semakin banyak orang yang ingin menjadi pejabat. Padahal kalau kita tahu resikonya sedikit saja menyimpang berarti kita telah mengkhianati pada orang yang memberi kita amanah. Belum lagi mempertanggung jawabkannya di hadapan Tuhan bila kita mati nanti.”

            “ Iya ya pak, takut juga…….eh aduh cucianku belum di jemur pak.”

            “Ya sudah sana , tidak usah lagi memikirkan hal itu. Kita hanya orang kecil, sederhana , cukup makan dan sandang saja sudah cukup. Kita biarkan saja para penegak hukum untuk menangani hal tersebut.”

            “Iya pak, permisi dulu yah, terima kasih ya dah mendengar ceritaku pak.”

            Pak Sani segera beranjak dari rumah milik seorang pejabat. Dalam hatinya dia berdoa agar semoga pemilik rumah itu memang benar tidak melakukan  korupsi. Ah… negeri ini sudah semakin tercarut marut oleh tingkah polah para pejabat yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan dari jabatan yang di embannya.

            Entahlah mengapa mereka tidak takut akan azab yang menghadang di depan mereka saat menghadap Tuhan kelak. Pak Sani menghela nafas panjang, sebenarnya tak patut untuk menghakimi orang lain, ada baiknya berbuat sesuatu yang baik bagi diri sendiri. Bukankah sesuatu harus di mulai dari diri sendiri ?

            Pak Sani meneruskan pekerjaannya mengelilingi kompleks perumahan elit tersebut dengan tetap tersenyum. Segalanya telah di berikan oleh Tuhan peran masing-masing. Jalani peran dengan sebaik-baiknya adalah sebagai wujud rasa syukur pada Tuhan, dan tetap dalam garis serta rambu yang di berikan Tuhan lewat para utusan Nya.            

 

                                                ********************************

 

 

 

Sebagai bahan renungan saja. Tak ada maksud menghakimi. Semoga ada hikmahnya

Terima Kasih Sudah Mampir, Jangan Lupa Komen danCendolnya Gan!

Baca Juga :Kunci bahagia Kemenangan Semu  Kesempatan Kedua
fiction
others


Diubah oleh bangrobby1372 04-07-2024 05:11
namakuveAvatar border
borneobestme871Avatar border
pulaukapokAvatar border
pulaukapok dan 3 lainnya memberi reputasi
4
57
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32KThread45KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.