Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

4574587568Avatar border
TS
4574587568
Apa Tujuan Asli Putin Menginvasi Ukraina?
Apa Tujuan Asli Putin Menginvasi Ukraina?

SUDAH dua tahun lebih sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina. Presiden Rusia, Vladimir Putin, tampaknya masih sangat ambisius dengan misinya ini. Tekanan dan sanksi internasional belum efektif mengurangi ambisi Putin. Apa sebetulnya yang dikejar Putin dengan menginvasi Ukraina? Thomas Graham, ahli di Council on Foreign Relations membagi ambisi Putin di Ukraina menjadi tiga poin utama: melemahkan hubungan Ukraina dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), menghalangi nasionalisme warga Ukraina, dan memperluas perolehan teritorial.


Menghambat Hubungan Ukraina-NATO 

Salah satu faktor pendorong terbesar Putin melancarkan invasi ke Ukraina adalah NATO. Telah lama Putin menjadi suara oposisi terbesar NATO terkait perannya di wilayah Eropa. Dalam sebuah rancangan perjanjian keamanan Rusia yang dirilis sebelum invasi, hal yang paling ditekankan adalah NATO, bukan Ukraina.

Melalui rancangan perjanjian tersebut, Rusia berupaya menuntut agar NATO menghentikan upaya perluasannya, tidak menempatkan senjata ofensif di sepanjang perbatasan Rusia, dan penarikan infrastruktur NATO kembali ke garis tahun 1997 saat penandatanganan NATO-Russia Founding Act, tepatnya dua tahun sebelum gelombang perluasan NATO pertama pasca Perang Dingin. Saat ini, hubungan dekat antara Ukraina dan NATO menjadi kekhawatiran Putin yang utama. Perluasan NATO ke Ukraina merupakan sebuah ancaman terhadap keamanan Rusia. Tak hanya itu, perluasan NATO ke Ukraina juga berarti NATO telah melanggar janjinya pasca-Perang Dingin untuk tidak memperluas keanggotaannya “satu inci pun” ke arah timur. 


Terlebih lagi, Ukraina punya hubungan baik secara individual dengan negara-negara anggota NATO, salah satunya rival terbesar Rusia, Amerika Serikat (AS). Dalam pandangan Putin, NATO telah dengan sengaja memperluas kekuasaannya ke arah Ukraina karena hendak menjadikan negara tersebut tempat untuk melancarkan serangan kilat terhadap Rusia. Pernyataan NATO bahwa hubungannya dengan Ukraina hanya sebatas hubungan kerja sama defensif tampaknya tidak didengarkan Kremlin, kata Graham. Selain alasan tersebut, Putin juga khawatir akan pengaruh NATO terhadap persepsi warga Ukraina akan Rusia. Pada pidato-pidato besar menjelang invasi, Putin beberapa kali mengeluhkan bagaimana Barat dapat berperan dalam mengubah Ukraina menjadi “anti-Rusia”. 

Memadamkan Nasionalisme 

Selain khawatir dengan NATO, operasi militer Rusia di Ukraina juga punya dua maksud lain: demiliterisasi dan denazifikasi. Yang dimaksud demiliterisasi adalah bagaimana Rusia berkeras terhadap netralitas Ukraina. Salah satu upayanya adalah dengan mendesak Ukraina agar kekuatan militer pada masa damainya dibatasi, mulai dari membatasi jumlah tentara sampai dengan maksimal 85.000 personel hingga membatasi secara ketat persenjataan berat dan jangkauan sistem rudalnya. 

Sedangkan, yang dimaksud dengan denazifikasi adalah Rusia ingin menghadang pertumbuhan nasionalisme yang agresif di Ukraina. Graham menyebutkan bahwa Rusia ingin agar Ukraina mencabut undang-undang yang mendukung pandangan sejarah era Soviet yang bertentangan dengan versi yang disetujui Kremlin.

Hal ini khususnya menentang penyebutan secara positif terkait peran yang mungkin dimainkan oleh kaum nasionalis Ukraina dalam Perang Dunia II. Menurut Rusia, para nasionalis Ukraina yang terlibat dalam perang tersebut merupakan simpatisan Nazi dan yang mendukung mereka adalah neo-Nazi. Selain itu, maksud lain Putin yang jarang disebutkan oleh banyak analis lain adalah menggulingkan Presiden Ukraina Volodymir Zelenskyy yang dicapnya sebagai seorang neo-Nazi, kata Graham.

Memperluas Teritorial 


Putin sebenarnya belum banyak berbicara terkait ambisi teritorialnya. Namun, Putin pada dasarnya memang memiliki keyakinan bahwa Rusia dan Ukraina sebenarnya adalah satu kesatuan bangsa. Putin juga percaya bahwa Ukraina baru akan berkembang jika bekerja sama dengan Rusia. Sebelumnya, Putin pernah berbicara tentang keinginannya untuk mengembalikan kembali tanah bersejarah Rusia tanpa memberikan keterangan lebih mendetail terkait wilayah apa saja yang ia maksud di sini. 

Meski begitu, Graham yakin bahwa Ukraina juga termasuk dalam pernyataan Putin tersebut. Terlebih lagi Rusia juga telah mengontrol dua wilayah Ukraina jauh sebelum invasi di tahun 2022, tepatnya pada tahun 2014 ketika Rusia menganeksasi Krimea secara ilegal dan beberapa bagian dari dua provinsi di wilayah timur Donbas, tempat mereka menempatkan beberapa pemimpin gerakan separatis pro-Rusia.

Namun, pada saat Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina di tahun 2022, ia tampaknya tidak menunjukkan ketertarikan untuk menguasai banyak wilayah. Pada awal invasi, Putin mengumumkan bahwa tujuannya melancarkan invasi adalah untuk melindungi populasi berbahasa Rusia di Donetsk dan Luhansk, dua wilayah yang Rusia sebelumnya telah akui sebagai negara independen. Putin mengklaim bahwa ia tidak memiliki niat untuk menguasai “wilayah milik warga Ukraina”, melainkan hanya “membebaskan” dua wilayah yang mereka anggap sebagai negara independen tersebut dari kontrol Ukraina. 


Graham meragukan klaim Putin itu. Dia menilainya sebagai ambigu. Putin percaya bahwa Ukraina berdiri di atas sejumlah “tanah bersejarah” Rusia yang diberikan oleh pemimpin era Soviet, Vladimir Lenin dan kawan-kawan Bolsheviknya. Satu-satunya wilayah Ukraina yang tidak masuk dalam kategori “tanah bersejarah” Rusia adalah Galicia, sebuah wilayah yang Ukraina dapatkan sebagai hasil dari kemenangan Soviet di Perang Dunia II.

Pergerakan Rusia di Ukraina sejauh ini juga telah secara jelas menunjukan ambisi teritorial Putin. Menurut Graham, pergerakan maju Rusia ke arah Kyiv dapat ditafsirkan sebagai bagian dari operasi untuk “denazifikasi” Ukraina dengan merebut ibu kota dan menggulingkan pemerintah.

Di sisi lain, serangan Rusia ke Kharkiv di timur, upaya membuat jembatan antara Krimea dan Donbas, serta upaya menuju Odesa juga dapat ditafsirkan sebagai rencana ambisius Putin untuk menguasai seluruh Ukraina di sebelah timur Sungai Dnipro atau wilayah Novorossiya. Jika upaya ini berhasil, Rusia akan sepenuhnya menguasai Laut Azov dan seluruh pantai utara Laut Hitam, secara otomatis mengubah Ukraina menjadi negara yang terkurung di daratan.

sumber
0
114
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.