Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

4574587568Avatar border
TS
4574587568
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa?
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa?

TEL AVIV, KOMPAS.com - Seorang anggota Kabinet Perang Israel, Ron Dermer, pada Selasa (21/5/2024) menegaskan, tidak pernah ada kelaparan di Gaza. Pria yang sehari-hari menjabat sebagai Menteri Urusan Strategis Israel tersebut menggambarkan klaim kelaparan di Gaza sebagai sebuah "omong kosong". Kepala Sky News, Ron Dermer mengatakan, ada "pasar yang ramai" yang menjual buah-buahan dan sayuran di wilayah Palestina yang terkepung itu.

Program Pangan Dunia (WFP) sebelumnya telah memperingatkan adanya kelaparan besar-besaran di beberapa bagian Gaza karena kurangnya makanan setelah delapan bulan perang. Direktur Eksekutif WFP, Cindy McCain, mengatakan kepada Sky News pekan lalu, anak-anak maupun orang dewasa di Gaza kini sekarat dengan tubuh mereka menjadi "seukuran kerangka". Dia menyampaikan ada masalah serius dalam memasukkan truk-truk bantuan ke wilayah Gaza.

Namun, Dermer menilai, komentar-komentar tersebut semuanya keliru. "Tidak ada kelaparan di Gaza. Tidak pernah ada kelaparan di Gaza. Itu adalah cerita yang salah," jelasnya dalam acara The World With Yalda Hakim di Sky News. Ia juga mengecam Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) setelah jaksa penuntut mengajukan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. "Itu adalah fitnah, sama seperti kita sekarang berada di pengadilan internasional yang dituduh melakukan genosida. Tidak ada genosida yang terjadi," ucapnya.

Menurut dia, masalah di Gaza bukanlah terbatasnya truk-truk yang masuk ke Gaza. Masalanya melainkan adalah makanan yang didistribusikan di dalam Gaza disita atau dicuri oleh Hamas.

"Saat ini kami membanjiri Gaza dengan bantuan kemanusiaan, dan pasar telah menunjukkan bahwa harga-harga bahan makanan pokok di Gaza telah turun sekitar 90 persen... Setelah wawancara ini, saya akan meminta staf saya untuk mengirimkan foto-foto dalam 48 jam terakhir pasar, pasar yang ramai, buah-buahan dan sayuran di Gaza," jelas dia. Dermer mengaku telah melihat ada dua foto yang beredar yang menunjukkan anak-anak tampaknya kelaparan di Gaza. Namun, ia justru menganggap, anak-anak tersebut memiliki kondisi genetik yang sudah ada sebelumnya sebagai penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan kelaparan akibat perang.

"Ini adalah serangan yang keterlaluan terhadap Israel. Ini adalah serangan fitnah terhadap Israel," jelas dia. Sejak 7 Oktober, ada lebih dari 35.000 warga Palestina yang telah terbunuh di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. Dermer mengatakan akan ada "tanggapan yang kuat" terhadap tindakan pengadilan internasional. Ia pun memuji Presiden AS Joe Biden yang menggambarkan tuduhan kejahatan perang oleh Israel sebagai "keterlaluan". "Tidak ada kebijakan untuk membuat penduduk Gaza kelaparan atau menargetkan warga sipil di Gaza. Saya adalah anggota kabinet perang. Kami tidak pernah memiliki kebijakan seperti itu," jelas dia. Dalam permohonan surat perintah tersebut, Jaksa Penuntut ICC, Karim Khan KC, menunjuk pada komentar-komentar anggota pemerintah Israel yang menyarankan agar makanan tidak diberikan kepada warga sipil.

Permohonan tersebut mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, yang mengatakan tak lama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, ia telah memerintahkan "pengepungan total" Kota Gaza dan akan ada "tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada bahan bakar". Beberapa hari kemudian, Netanyahu juga mengatakan bahwa Israel tidak akan mengizinkan bantuan kemanusiaan dalam bentuk makanan dan obat-obatan masuk ke Gaza melalui jalur penyeberangan selama sandera-sandera Israel tidak dikembalikan. Situasi kelaparan di Gaza Koresponden Sky News dari Amerika Serikat, Mark Stone, mengatakan bahwa meskipun ada pasar makanan di Gaza selatan, terlalu berbahaya bagi orang-orang di bagian utara wilayah tersebut untuk melakukan perjalanan puluhan kilometer melalui zona perang untuk mengaksesnya. Hal ini terjadi setelah Sekretaris Jenderal PBB António Guterres memperingatkan pada Maret bahwa 1,1 juta orang di Gaza menghadapi bencana kelaparan. 


Itu adalah jumlah tertinggi yang pernah tercatat di mana saja dan kapan saja. Volker Turk, komisaris tinggi PBB untuk HAM, pada April juga sempat mengatakan kepada BBC bahwa Israel harus disalahkan secara signifikan karena telah menciptakan apa yang disebut sebagai kelaparan buatan manusia. Faktanya, banyak negara yang terus berupaya memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza karena yakin salah satunya telah terjadi kekurangan makanan di sana. Amerika termasuk yang melakukannya. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken pada Maret mengatakan, sekitar dua juta orang di Gaza mengalami “tingkat kerawanan pangan akut yang parah”.

Sebanyak 27 anak di Gaza utara telah tewas akibat malanutrisi dan banyak warga terpaksa memakan pakan ternak karena putus asa, tidak ada pilihan pangan lain. Kerawanan pangan akut mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup sehingga bisa membahayakan nyawa orang itu.

Menurut Integrated Food Security Phase Classification (IPC), kerawanan pangan akut dapat dibagi menjadi lima fase tergantung tingkat keparahannya, mulai dari fase satu atau tidak ada kerawanan, sampai dengan fase lima atau bencana kelaparan. Bencana kelaparan didefinisikan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) sebagai situasi di mana sebagian besar penduduk di suatu wilayah tidak mampu mengakses makanan yang cukup sehingga dapat berujung pada malanutrisi akut sampai kematian akibat dari kelaparan dan penyakit. Sebuah wilayah disebut telah mengalami kerawanan pangan akut fase lima harus memenuhi beberapa kategori, seperti setidaknya 20 persen penduduk berada dalam fase lima, 1 dari 3 anak mengalami kekurangan gizi akut, dan 2 kematian untuk setiap 10.000 penduduk, serta 4 kematian anak dari 10.000 anak per hari akibat kelaparan, kekurangan gizi, atau penyakit. 


Bencana kelaparan ancam 2,2 juta orang di Gaza Berdasarkan data dan analisis IPC, jumlah warga Gaza yang akan mengalami kerawanan pangan akan terus bertambah setiap bulannya. Dari Maret sampai Juli nanti, IPC memprediksi jumlah orang yang akan mengalami kerawanan pangan di Gaza akan meningkat sampai dengan 2.226.544 orang. Dari jumlah tersebut, diprediksi 1.106.945 orang akan mengalami kerawanan pangan level tinggi (atau bencana kelaparan). IPC juga melaporkan, kekurangan persediaan pangan berarti “hampir semua rumah tangga melewatkan waktu makan setiap hari dan orang dewasa mengurangi porsi makan mereka agar anak-anak dapat makan”.

Dalam laporannya, IPC memperkirakan sekitar 2 dari 3 rumah tangga di Gaza utara “menjalani siang dan malam tanpa makan setidaknya 10 kali dalam 30 hari terakhir. Di wilayah selatan, hal ini berlaku untuk 1 dari 3 rumah tangga”. “Masyarakat internasional harus menanggung malu karena gagal menghentikannya,” kata Martin Griffiths, koordinator bantuan utama PBB, di platform media sosial X (dulu bernama Twitter). 


Griffiths menambahkan, “Kami tahu bahwa begitu bencana kelaparan diumumkan, itu sudah terlalu terlambat". Jeremy Konyndyk, kepala Refugees International dan mantan pejabat pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengatakan, “Dalam 25 tahun saya sebagai seorang aktivis kemanusiaan, hal ini mungkin merupakan analisis paling mengerikan yang pernah saya lihat.” AS, Yordania, dan para pengamat internasional lainnya pun sempat mengirimkan paket makanan ke Gaza utara melalui parasut. Langkah itu merupakan opsi terakhir.

Meski begitu, Michael Fakhri, penyelidik khusus PBB untuk isu hak atas makanan memperingatkan bahwa bantuan via udara tidak akan memberikan efek signifikan dalam mengurangi kelaparan atau malnutrisi. Selain itu, pengiriman bantuan lewat udara disebut tidak akan berkontribusi apa pun dalam memperlambat kelaparan. 

Warga Gaza terpaksa makan tanaman liar 

Sejumlah warga Gaza sendiri pernah bersaksi bahwa mereka kesulitan memperoleh makanan di tengah perang.

Minimnya bantuan yang masuk ke Palestina, membuat mereka mengalami kelaparan. Karena tak punya makanan, warga yang kelaparan bahkan terpaksa mencari tanaman hijau liar (Khobiza) untuk diolah dan dimakan. "Sepanjang hidup kami, bahkan melalui perang sebelumnya, kami belum pernah makan Khobiza," kata perempuan Palestina, Maryam Al-Attar, dikutip dari Reuters. "Putri saya bilang, 'Kami ingin makan roti, Bu'. Hatiku hancur mendengar permintaan itu," tutur dia.

Karena perang yang berkecamuk hampir enam bulan tersebut, dia tidak dapat menemukan sepotong roti untuk anaknya. "Saya pergi dan mengumpulkan beberapa Khobiza. Kami telah menemukan Khobiza untuk saat ini, tetapi di masa depan, dari mana kami akan mendapatkannya lagi? Khobiza akan habis. Ke mana kita harus mencarinya lagi?" ungkap dia.

sumber
0
53
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.