Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

spaghettimiAvatar border
TS
spaghettimi
Russian Roulette || Cerpen Horror Thriller Sosial

emoticon-exclamationPERINGATANemoticon-exclamation
Cerita Ini Mengandung Perbuatan Tercela dan Berbahaya yang Tidak Pantas Ditiru
Mohon Kebijakannya


Siang hari seperti biasanya, tidak ada hal yang spesial bagi aku dan sahabatku yang hanya pengangguran. Burung-burung berkicau dan matahari bersinar terang, namun sebetulnya apa arti semua itu? Hari esok juga pasti akan seperti itu lagi.

Kami sudah lama membunuh mimpi kami demi hidup damai sebagai dua sahabat di kamar kos yang sempit ini. Terkadang kami akan pergi bekerja sebagai tukang parkir, lalu menganggur lagi untuk waktu yang lama. Mau bagaimana lagi? Itu sudah cukup untuk bertahan hidup. Yang dibutuhkan hanyalah standar hidup yang rendah.

Kami tidak mempunyai rencana untuk meninggalkan tempat ini, kecuali jika suatu saat kami menang judi. Mungkin suatu saat temanku akan memenangkannya. Namun realistisnya, kami akan mati di tempat yang kotor ini.

"Riza, ini sudah jam 1 siang."

"Hmm??"

"Aku tau kau begadang, tapi bangunlah dan bantu aku cuci baju."

"Sabunnya habis .... kita cuci besok aja."

"Kau beli sabun dan kita langsung cuci hari ini, karena bajuku dah habis. Cepat bangun woy!"

"Uangnya habis," jawabnya masih dengan mata tertutup.

Aku terdiam sebentar mendengar jawabannya. Seharusnya, kami masih memiliki banyak uang. Aku pun berjalan ke arah lemari untuk mengecek tabungan kami. Kosong? Ternyata, apa yang dikatakan Riza adalah benar. Uang kami sudah habis.

"Sialan!! Kau habiskan untuk judi lagi!?"

"Haah??"

"Cepat bangun, bisa-bisanya kau tidur kayak babi setelah buang-buang duit!!"

"Aku gak judi ..... Aku gak judi .... ..... cuma beli ...."

"Gak mungkin mabok bisa habis sebanyak itu, jawab yang betul dong baj*ngan!!"

"Aku beli .... Ada di laci ..."

"Beli apa semahal itu!!?"

Aku berbalik badan dan membuka satu per satu laci lemari. Laci atas dan tengah semuanya kosong. Lalu, aku perlahan membuka laci yang ada di paling bawah.

Sebuah kotak hitam yang belum pernah kulihat ada di dalam laci itu. Kotaknya cukup keras dan berat. Aku mengangkatnya dan membukanya seperti kotak harta karun. Di dalam kotak itu, terdapat pistol revolver dan beberapa peluru yang masih utuh.

"Ke- Kenapa kau membeli senjata api?"

Aku tidak mendengar jawaban. Aku pun menoleh ke belakang dan melihat Riza yang masih tertidur pulas. Tampangnya sama sekali tidak mencerminkan orang yang berani membeli barang seberbahaya ini.

Memegang senjata api merupakan pengalaman yang aneh. Lebih dingin dan berat daripada yang aku banyangkan. Aku mendorong bagian yang berbentuk seperti roda dan langsung sadar bahwa tampilannya sama seperti di film-film. Aku pun terpikirkan sesuatu.

"Riza, mari bermain dengan pistol yang baru kau beli ini."

Aku coba memahami cara kerja barang itu. Rodanya bisa diputar dan didorong, desainnya terlihat mahal.
"CKLEK" "DRTTTT"
Sepertinya pemakaiannya gampang.

Aku pun mengarahkannya ke temanku dan berbisik ke arahnya, "Bangun atau kau kujadikan target."

Dia sedikit membuka matanya dengan setengah sadar, lalu langsung terbangun dan berteriak, "Hah? .... Wei, Apa yang kau lakukan?!!"

"Hahaha... Tenang saja, ini belum diisi peluru. Kau sendiri kenapa beli barang mengerikan seperti ini?"

"Hah... Jangan menakut-nakuti dong. Aku beli itu karena ada teman yang baru kalah judi, dia butuh uang secepatnya."

"Lalu... Aku kan juga temanmu! Kenapa kau curi semua uang tabungan kita tanpa bilang apa-apa?"

"Memang kau akan membolehkannya?"

"Tidak mungkin lah!"

"Karena itu, aku tidak memberi tahumu.."

"Lalu mau kau apakan barang ini? Kau mau pakai main game?"

"Dia minta bantu simpan aja, besok kalau sudah ada uang akan dia beli lagi pistolnya. Mana ada game pakai pistol?"

"Ada kok." Aku mengambil satu peluru dan memasukkannya ke salah satu lubang isi peluru. Kemudian, aku putar sampai aku tak tahu di mana posisi peluru itu berada.

CKLEK! DRRTTTT





Bisa jadi peluru itu sudah terisi dan menembak, atau bisa jadi peluru itu meleset dan tidak akan keluar.

"Ini namanya Russian Roulette. Kau arahkan ke kepala, lalu berharap saja kalau pelurunya tidak akan keluar."

"Hah? Kau gila?"

"6 lubang, dan 5 di antaranya tidak terisi peluru. Ini sama halnya dengan judi, tapi kemungkinan menangnya lebih baik."

"Mana mungkin aku mau lakukan itu, memangnya kau berani?"

"Bodoh, apa bedanya dengan kau judi? Coba lihat ini!"

"Hei jangan!"



"KRAAKK!!" aku mendorong pelatuk.

Jantungku yang awalnya berdebar kecang menjadi semakin kencang hingga akhirnya turun kembali. Ternyata, tidak terdengar suara tembakan. Pertanda bahwa peluru itu meleset dan nyawaku tidak melayang. Dengan semudah itu, aku sudah berhasil memenangkan level pertama.

Aku bernapas berat. Perasaan takut yang baru kualami adalah hal paling menyakitkan di sepanjang hidupku, tetapi juga hal paling menyenangkan. Aku kelewat senang. "Hahahaha... Isinya kosong! Ayo coba masukkan satu peluru lagi."

"Hah.. Sudah saja gamenya! Kalau kau mati nanti aku yang dituduh membunuh!" Riza dengan khawatir mencoba merebut pistol itu.

"Halah.... Jangan jadi penakut seperti itu!! Kau saja main judi selalu meleset, di game ini pelurunya juga pasti meleset!"

"Lupakan saja.. jangan main dengan barang ini! Ayo kerja saja, uang kita kan sudah habis."

"Yang bikin habis juga bukan aku kan, aku gak mau kerja hari ini!"

"Bagaimana dong?"

"Terserah kamu. Kalau saja kemarin kau bilang dulu kan aku bisa siap-siap dulu, kalau belum persiapan aku gak bisa kerja! Gak mood."

"Ya udah, terserah dirimu saja. Aku pergi kerja sendiri dulu," ucap Riza jalan mengantuk. "Nanti pistolnya dikembalikan ke laci lagi ya, jangan dipakai main Rusa Roulette."

"Russian Roulette yang betul, kata roulette saja kau hafal. Dasar tukang judi!"

"Iya lah, terserah saja."



Dia akhirnya berangkat dan meninggalkanku sendirian di kamar kos. Aku pun hanya tidur-tiduran menatap langit-langit yang hampir roboh. Kadang aku menyalakan ponsel untuk bermain sosial media, lalu kumatikan lagi karena bosan. Tempat ini begitu sunyi nan gelap. Aku mulai mempertanyakan kenapa kami hidup menjadi sampah seperti ini.

Bahkan sampai sore, Riza belum juga pulang. Lama-lama, aku merasa kasihan juga dengannya. Karena itu, akhirnya aku memutuskan untuk ikut bekerja. Aku mulai mengangkat tubuhku yang sudah keram karena tidur terlalu lama, berganti pakaian, lalu siap untuk berangkat. Sebelum menutup pintu, aku melirik sebentar ke laci berisi pistol itu dari kejauhan. Lalu kututup pintu dan pergi bekerja. Anehnya, aku tidak bertemu dengan Riza di tempat biasanya kami bekerja.



Beberapa jam sudah berlalu sejak aku mulai bekerja. Aku hanya menatap ke parkiran kosong sambil terus menghubungi Riza, tapi tidak satupun chat dan teleponku dibalas.

Anehnya, aku terus ingin bermain lagi dengan pistol itu. Aku hanya duduk menjaga parkiran sambil bermain ponselku. Namun, sosial media terasa membosankan dibandingkan Russian Roulette. Ketegangan yang diikuti rasa lega saat menarik pelatuk adalah keseruan yang belum pernah kurasakan. Aku terus membayangkan diriku bermain lagi.

Lalu, sebuah mobil polisi dengan sirine yang mati datang ke hadapanku. Kaca mobil perlahan turun dan seorang polisi wanita mulai menanya-nanyaiku, "Selamat sore. Apakah Anda orang yang tinggal di Kos Bunga Trompet, kamar nomor 12?"

"Iya, ada apa nyonya?" balasku menyembunyikan rasa takut.

"Kami menerima laporan adanya jasad di kamar itu."

"Ja- Jasad?! Jasad siapa?"

"Jasad dari seorang pria dengan lubang di kepalanya, dan di sampingnya terdapat pistol."

"Ke- Kenapa itu bisa terjadi? Tadi aku keluar kamar sudah menguncinya!"

"Mohon tenangkan diri Anda, tuan.."

"Apakah dia teman satu kamar saya?!"

"Oh.. Anda mengenal si korban? Apakah Anda memiliki masalah dengannya?"

"Tentu saja, kan kami tinggal bersama!! Bukan aku yang membunuhnya!!"

"Lalu kenapa dia berbaring di ruangan itu dengan lubang di kepalanya?"

"Itu bukan aku! Aku tidak akan membunuhnya! Kami bermain-main game Russian Roulette."

"Apakah Anda yakin?"

"Tentu aku yakin! Kau sendiri apakah yakin mayat itu adalah teman sekamarku?!"

"Biar kuperlihatkan wajah dari pria itu."

"Cepat! Cepat! Kenapa kau tidak tunjukkan dari awal!"

"Ini dia wajah pria yang tertembak itu," kata polisi itu mengangkat sesuatu dari bawah mobilnya. Perlahan, ia mengeluarkan cermin yang diarahkan ke wajahku.

"Hah... A- Apa yang kau bicarakan?" aku berbicara dengan napas berat, menatap ke kedua mata wanita itu.

"Temanmu sedang ada di kantor polisi. Dia dituduh membunuh."

Perlahan, wajah polisi itu memudar. Wajahnya berubah menjadi pucat, alis dan matanya menciut sedangkan wajahnya memutih menjadi pucat.

Lalu ia tersenyum seraya berbisik, "Dor!"

GIF
Secara cepat, aku berteriak dan lari menjauh darinya. Aku melangkah tanpa henti dengan jantungku yang berdebar dengan sangat keras. Aku mendengar setiap langkahku, setiap napasku yang berat, dan setiap detak jantungku. Sejauh apapun aku berlari, lahan parkir ini seakan-akan tidak ada batasnya. Ini bukan dunia nyata!

Aku menoleh ke belakang sambil tetap berlari, wanita itu sudah ada di dekatku.

Kali ini, dia berkata dengan suara lebih keras, [ "Ini namanya Russian Roulette. Kau arahkan ke kepala, lalu berharap saja kalau pelurunya tidak akan keluar. 6 lubang, dan 5 di antaranya tidak terisi peluru. Ini sama halnya dengan judi, tapi kemungkinan menangnya lebih baik" ]

[ "Bodoh, apa bedanya dengan kau judi? Coba lihat ini!" ]

[ "Hahahaha... Isinya kosong! Ayo coba masukkan satu peluru lagi." ]



[ "HAHAHAHAHAHAHA!!" ]
Diubah oleh spaghettimi 24-05-2024 07:32
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
52
3
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.