- Beranda
- Stories from the Heart
Perserikatan Petualang (Adventurer's Guild)
...
TS
Linecore
Perserikatan Petualang (Adventurer's Guild)
Perserikatan Petualang
Daily Quest
Seting Dunia Fantasy kehidupan, inspirasi dari tabletop game seperti Dungeon and Dragon atau Anime Goblin Slayer. Ini cerita santai misi-quest biasa. Tentang kehidupan, perjalanan, persahabatan, cinta.
Gaya percakapan lebih santai tidak terlalu baku seperti novel. Buat pembaca gw dulu, mungkin mengingatkan setingnya dengan fanfic ragnarok online.
Bab 1 Bahasa Indonesia
Jumlah 1812 kata
Quote:
Hari itu di dalam gedung lantai bawah Perserikatan Petualang, terlihat suasananya sepi. Hanya ada dua meja yang diisi oleh petualang; sepertinya sedang beristirahat selesai misi. Di pintu depan, ada dua Staff Administrasi di meja resepsionis penerima tamu. Mereka adalah wanita yang biasanya menerima petualang dan memberikan informasi tentang misi yang diberikan oleh serikat petualang. Terdapat papan kayu juga terpaku pada dinding dekat resepsionis. Tempat penduduk bisa menempelkan pamflet misi yang dibutuhkan bantuannya untuk diatasi—seperti membunuh monster yang menyerang desa, mencari orang hilang, mengawal klien menuju ke lokasi yang diminta, dan lain-lain.
Pagi itu pintu depan dibuka oleh satu grup kelompok yang tiba diterima oleh Staff Resepsionist Eva. “Selamat datang ada yang bisa dibantu?” salamnya kepada grup yang terdiri dari 4 orang itu.
Pemimpinnya mengenakan pakaian archer dominan putih bergaris merah pada pergelangan lengan dan tepian bawah mantel panjangnya. Bisa terlihat busur dan tempat anak panah terpasang di punggungnya. Dia bertudung kepalanya berwarna putih. Diberikan kertas fomulir, ternyata archer itu berniat untuk join ke dalam serikat. “Baik saya terima formulirnya,” ujar Staff Eva, yang membaca nama Andrew di kertas. Diberikan koin emas dalam kantung kulit sebagai biaya oleh archer, diletakkan di etalase resepsionis.
Selanjutnya Healer berpakaian serba putih dengan tudung kepala seperti pendeta, memberikan formulir bertuliskan nama Michelle. Dia pakaiannya seperti jubah panjang sampai kaki. Bagian samping tubuhnya terbuka potongannya dari paha sampai lengan. Kedua lengan panjangnya terpakai kain lengan model bell sleeve. Tubuhnya yang kurus-ramping terikat oleh rantai perak.
Gladiator wanita berpakaian bikini armor itu juga memberikan formulir. Warna bra bikini armornya emas, warna yang sama dengan bracer di kedua tangannya. Badannya dililit menyilang tali kulit cokelat, pinggang ramping indahnya terbuka bebas memperlihatkan pusarnya. Pada pundaknya dikenakan jubah merah panjang menutupi punggung, roknya memakai rok romawi prajurit dari kulit berwarna cokelat—terlihat jelas G-Strings hitamnya. Paha kirinya terikat menyilang tali kulit lalu pada bagian kaki dia pakai sandal bracer yang berwarna emas juga. Kepalanya mengenakan helmet emas romawi dengan bulu merah. Nama yang tertulis di kertas dibaca Staff Administrasi Eva adalah Maya.
Pengunjung terakhir memberikan formulir putih juga yang sudah diisi. Wanita muda ini adalah Dancer. Pakaiannya sangat minim, bra yang dipakainya indah dan sensual bermanik-manik perak. Pinggang kurvanya indah memperlihatkan pusarnya sama seperti gladiator sebelumnya. Lengannya bebas tanpa kain terbuka. Pada lehernya terpasang kalung indah seperti berisinggamen milik Dewi Valhalla. Dikenakan rok panjang menjulur berwarna ungu sampai lantai yang seksi, terdapat potongan kain di samping, memperlihatkan kedua sisi paha kiri-kanannya. Kedua matanya memakai blindfold lace transparan berwarna hitam. Namanya adalah Sheren.
“Baik terima kasih, kalian berempat tercatat dalam serikat ini sekarang dan bisa mengambil tugas, misi, atau permintaan penduduk di papan tulis,” seru Eva memberikan 4 kalung bertali hitam bandul keramik pada mereka masing-masing yang menandakan keempat orang ini adalah petualang pemula.
“Okay, jadi mau ambil misi apa ini, Ndrew” tegur Dancer kepada Archer.
“Sheren gak sabaran dapat uang untuk belanja ya,” potong Healer.
“Menurut Maya bagusnya kita ambil apa? Membersihkan kecoa mutant di sewer atau berburu belalang di dataran berbukit?” tanya Archer kepada Gladiator.
“Karena Michelle adalah penyembuh grup, biar Michelle yang memilih,” Gladiator menjawab, yang dibalas buang nafas panjang dari Healer, “Gue lagi?”
Sebelumnya kelompok kecil ini dari tempat training pemula berburu monster slime (monster jelly), mengumpulkan uang yang cukup pada akhirnya, untuk ikut dalam petualangan yang lebih luas di serikat yang berada di kota pertama ini; Kota Ivoryscar.
Tiba-tiba pintu depan terbuka. Sosok ksatria besi pakaiannya lusuh, jubahnya rombeng, menyimpan pedang dua tangan zweihander panjang di punggungnya. Dia yang berjalan itu mendekat ke arah resepsionis. Kelompok itu yang telah selesai lalu bergerak minggir, melihat kok ada ksatria dengan pakaian compang camping, kotor seperti itu.
Disimpan satu bungkus besar diikat tali pada meja. “Kepala Kapten Orc, misinya kuselesaikan,” ujarnya pada Eva terkejut dengan benda yang disimpan di mejanya menetes darah merah. Kelompok kecil itu terkejut juga, penasaran dengan scene yang tiba-tiba terjadi.
Eva tersenyum, “Terima kasih Rusted Knight, sebentar di catat dahulu dan ini kantung emas sebagai imbalannya,” ucapnya memberi kantung kain berisi koin uang pada ksatria yang memakai helmet besi itu di kepalanya. “Ada misi berkaitan dengan ras demon?” tanya Rusted Knight.
Staff Administrasi Eva menggelengkan kepalanya, “Sejak kemenangan para pahlawan Midgard melawan Dark Lord, tidak ada lagi bangsa demon yang terlihat menyerang warga.”
Rusted Knight mengangguk, “Kalau begitu aku akan kemari lagi besok.”
“Selamat beristirahat Rusted Knight,” salam perpisahan pada anggota tetap serikat ini yang sudah banyak membantu menyelesaikan misi. Ksatria besi, kotor, berkarat, lusuh, berjubah hitam rombeng itu berjalan kembali ke luar melewati kelompok kecil yang sebelumnya mendaftar.
“Apa itu tadi?” ujar Archer menolehkan wajahnya, melihat ksatria itu berlalu.
“Kami memilih memburu belalang humanoid di wilayah perbukitan,” ucap Healer pada Eva, yang dimengerti staff itu, mencatat pada buku, lantas memberi kertas misi dan surat persetujuan dari serikat. “Semoga sukses untuk misi pertama kalian.”
Tingginya sekitar 6-7 kaki, tidak terlalu besar. Belalang humanoid ini bersenjata tombak dan pedang bergerigi seperti gergaji yang tipis. Gladiator yang menjadi Tanker, menahan serangan lawannya menggunakan perisai bundar kayunya, sedangkan pedang arming sword (pedang satu tangan) masih bersiaga dalam posisi Eber Garde (disimpan di samping tubuhnya).
Dancer yang memegang dua pisau belati di tangannya, masih di posisinya, membiarkan Archer melepaskan dua anak panah berulang Ḓṏṻḃḷḗ Ṧṫṙấḟḝ menembus tubuh belalang cokelat itu—yang menyerang agresif diagonal pada Gladiator yang terus menangkis mengimbangi.
Healer yang berada di formasi anak panah paling belakang, memberikan pemberkatan Ḇḻḝṥṩḭṉḡ dari kejauhan pada rekannya Gladiator, “Bertahan May!” teriaknya. Aura kebiruan menyala-nyala di lingkaran kakinya, kedua telapak tangannya lurus ke depan membuka ke arah punggung belakang Gladiator. Rantai yang melilit tubuh indahnya melayang-layang mengikuti angin bersuara bergemerincing.
Dancer terlihat tidak sabar untuk menyerang membantu Gladiator, namun Archer masih tidak memberinya instruksi untuk maju menyerang menggunakan kecepatan tubuhnya. Dada indahnya yang memakai bra perak underboob bergoyang, begitu juga rambut panjang hitamnya yang tergerai, tersibak saat dia menolehkan wajahnya pada Archer. Jemarinya menggenggam erat gagang pisau damascus-nya, masih menunggu.
Dadu D20 saling bergulir antara monster dan user. Pilihan diambil pemimpin regu untuk diketahui semua anggota grup, walaupun keputusan bisa dilawan oleh tindakan semau gue dari anggota partynya. Armor Class in-check, Current Hit Point in-Check, Speed In-check. Turn (langkah masing-masing) diambil player dan dice-die-roll D20 seakan takdir memberi angka melawan Dungeon Master (God) tidak terlihat.
Gladiator mencari waktu yang tepat. Itu cukup lama sehingga membuat tubuhnya mengkilat banjir oleh keringat kulit indah kecokelatannya. Ketika kesempatan itu hadir, maka dia melakukan tangkisan sempurna Ṕặṙṛẏ, lalu dilanjutkan serangan balik Ṝḭṗṑṧṫḕ, menusuk lurus pedangnya ke tubuh belalang itu—membuat lawannya rubuh jatuh.
“Kenapa gak biarin gue ikut bertempur sih, Ndrew!” kesal Dancer pada Archer yang terkena tatar amarah. “Maya bisa mengatasi itu aku tahu, jika dia kewalahan aku akan menyuruhmu maju membantunya. Sementara anak panahku cukup untuk,” jawab Archer kelabakan. Dancer masih marah dan tidak mau dengar penjelasan itu.
“Gak apa–apa May?” ucap Healer yang melihat luka gores di lengan temannya itu. Gladiator menggelengkan kepalanya, “Hanya luka kecil gores saja.”
Mereka berempat duduk sejenak di dekat batu besar. Archer yang merupakan pemimpin grup, mengecek lagi tas bawaan mereka, tinggal tersisa berapa botol Health Potion dan juga obat termasuk anti venom mereka sempat bawa tidak.
Selain dari senjata dan pakaian yang dipakai dalam misi, barang bawaan yang dibawa itu penting untuk keberhasilan dan membuat regu bisa keluar dari masalah. Terkadang nasib buruk terjadi akibat dadu d20. Itu membuat ketua regu harus bisa dengan cermat, memakai, menggunakan, atau menyimpan sementara perbekalan yang ada.
“Sherly lupa membeli Awakening Potion?” ujar Archer yang mencari botol itu tidak ada.
“Gak gak gak, gue gak denger,” rewel Dancer tidak peduli, membuang muka dari Archer.
Archer luhlah juga, walaupun isi tasnya masih ada 2 Health Potion. Ia lalu merapihkan lagi isi tas itu, bagaimanapun Archer memikirkan keselamatan grup kecilnya. Jadi hal kecil pun dia masalahkan demi keselamatan mereka semua.
“Sudah 12x Humanoid Grasshopper, kita bunuh tadi kurasa. Sudah selesaikan, Ndrew?” ucap Gladiator menoleh pada Archer yang kini berdiri melihat ke arah hutan di wilayah perbukitan itu.
“Iya sudah selesai, kita bisa pulang dan istirahat,” jawabnya yang kepalanya ditutupi tudung putih yang memiliki bentuk paruh burung di tengah kerudungnya.
Mereka akhirnya pulang kembali menuju kota. Melakukan penandatanganan misi. Urusan itu diurus oleh Archer, uang, administrasi, bahkan di lapangan dia memerintah anggotanya. “Terima kasih atas kerjasamanya,” ujar Eva sambil memberikan kantung berisi koin uang sebagai imbalan quest yang kelompok kecil itu jalani.
“Butuh berapa lama agar kami bisa naik rank?” tanya Archer pada Staff Resepsionis.
“Untuk misi level bawah seperti ini akan dikalkulasi dan mungkin akan butuh waktu. Sabar saja dan jalani, nikmati petualangan kalian.”
Terdapat rank di dalam serikat yang membuat rank bawah tidak bisa mengambil misi tingkat atas sampai mereka diakui oleh serikat bisa dengan naik titlenya dari keramik, perunggu, silver, emas. Archer berambisi agar grupnya ini bisa mengambil misi tinggi. Cita-citanya adalah menjadi pahlawan yang melawan monster naga. Walaupun di masa setelah gelombang kegelapan itu lenyap dan Dark Lord dikalahkan, tidak ada lagi terdengar kabar monster naga bahkan iblis terlihat di dunia manusia.
Di serikat petualang itu di lantai satunya, lantai yang sama tempat resepsionis berada, bagian kiri dari pintu depan, berderet meja dan kursi untuk duduk bagi petualang. Suasana di sana mulai ramai. Bard juga ada yang memetik gitarnya bernyanyi akustik menemani para petualang yang sedang makan bersama grupnya ataupun sendiri.
Archer, Healer, Gladiator, Dancer, duduk di salah satu meja bundar. Mereka memesan makanan untuk mengisi perut mereka yang kosong setelah pertempuran tadi.
“Jangan pelit-pelit buat makan, Ndrew,” tegur Gladiator yang melihat Archer, sedang menghitung hasil koin yang mereka dapat dari misi. “Iya, tapi tetap harus diirit juga, kita masih belum banyak simpanan uang,” jawabnya.
“Gue mau makan chha mie bakmie goreng kecap,” Dancer memilih makanannya.
“Dada ayam dan tumis sayuran,” pilih Gladiator, “Gue nasi goreng ati ampela aja deh,” diberikan kertas menu itu oleh Healer pada Archer. Andrew menghitung semua biaya untuk mereka.
“Okay, gue nasi telor kecap ebi aja (makanan murah meriah),” Archer tahu, jika dia memasan yang lebih mahal maka simpanan uang mereka akan sangat sedikit dari hasil quest tadi. Rekan satu kelompoknya tertawa kecil karena mengerti hal itu.
Tidak lama, pelayan Tavern di dalam serikat petualang datang membawa nampan berisi makanan yang dipesan. Dihadirkan pula 4 bir dingin sebagai minumannya. Kelompok kecil yang baru mendaftar itu terlihat senang bercengkrama melepaskan lelahnya, mereka saling ngobrol sambil makan.
“Terima kasih,” ucap Archer tiba-tiba, “untuk kerja kerasnya, kita berhasil hari ini.”
“Aku tidak melakukan apa-apa. cuma diam dan menunggu saja,” ketus Dancer memainkan mie kecap menggunakan garpunya. Gladiator menyenggol lengannya sedikit, seperti ingin mengatakan jangan seperti itu.
“Mungkin untuk selanjutnya, biarkan Sheren ikut maju sebagai attacker, 2nd class dagger mastery tidak hanya support Skill Dancer,” saran dari Healer pada Archer.
“Aku hanya ingin Sheren baik-baik saja, karena yang lebih kompeten di garis depan dan tanker adalah, Maya. Bukan berarti aku tidak percaya kemampuannya (Dancer),” papar Archer.
“Sheren mengerti Ndrew, tidak perlu kamu jelaskan seperti itu,” potong Gladiator membela rekannya.
Sejenak ada kisruh kecil ketidaksepakatan mereka tentang sesuatu. Akan tetapi anggota grup kecil petualang itu akhirnya berusaha saling mengerti.
Pagi itu pintu depan dibuka oleh satu grup kelompok yang tiba diterima oleh Staff Resepsionist Eva. “Selamat datang ada yang bisa dibantu?” salamnya kepada grup yang terdiri dari 4 orang itu.
Pemimpinnya mengenakan pakaian archer dominan putih bergaris merah pada pergelangan lengan dan tepian bawah mantel panjangnya. Bisa terlihat busur dan tempat anak panah terpasang di punggungnya. Dia bertudung kepalanya berwarna putih. Diberikan kertas fomulir, ternyata archer itu berniat untuk join ke dalam serikat. “Baik saya terima formulirnya,” ujar Staff Eva, yang membaca nama Andrew di kertas. Diberikan koin emas dalam kantung kulit sebagai biaya oleh archer, diletakkan di etalase resepsionis.
Selanjutnya Healer berpakaian serba putih dengan tudung kepala seperti pendeta, memberikan formulir bertuliskan nama Michelle. Dia pakaiannya seperti jubah panjang sampai kaki. Bagian samping tubuhnya terbuka potongannya dari paha sampai lengan. Kedua lengan panjangnya terpakai kain lengan model bell sleeve. Tubuhnya yang kurus-ramping terikat oleh rantai perak.
Gladiator wanita berpakaian bikini armor itu juga memberikan formulir. Warna bra bikini armornya emas, warna yang sama dengan bracer di kedua tangannya. Badannya dililit menyilang tali kulit cokelat, pinggang ramping indahnya terbuka bebas memperlihatkan pusarnya. Pada pundaknya dikenakan jubah merah panjang menutupi punggung, roknya memakai rok romawi prajurit dari kulit berwarna cokelat—terlihat jelas G-Strings hitamnya. Paha kirinya terikat menyilang tali kulit lalu pada bagian kaki dia pakai sandal bracer yang berwarna emas juga. Kepalanya mengenakan helmet emas romawi dengan bulu merah. Nama yang tertulis di kertas dibaca Staff Administrasi Eva adalah Maya.
Pengunjung terakhir memberikan formulir putih juga yang sudah diisi. Wanita muda ini adalah Dancer. Pakaiannya sangat minim, bra yang dipakainya indah dan sensual bermanik-manik perak. Pinggang kurvanya indah memperlihatkan pusarnya sama seperti gladiator sebelumnya. Lengannya bebas tanpa kain terbuka. Pada lehernya terpasang kalung indah seperti berisinggamen milik Dewi Valhalla. Dikenakan rok panjang menjulur berwarna ungu sampai lantai yang seksi, terdapat potongan kain di samping, memperlihatkan kedua sisi paha kiri-kanannya. Kedua matanya memakai blindfold lace transparan berwarna hitam. Namanya adalah Sheren.
“Baik terima kasih, kalian berempat tercatat dalam serikat ini sekarang dan bisa mengambil tugas, misi, atau permintaan penduduk di papan tulis,” seru Eva memberikan 4 kalung bertali hitam bandul keramik pada mereka masing-masing yang menandakan keempat orang ini adalah petualang pemula.
“Okay, jadi mau ambil misi apa ini, Ndrew” tegur Dancer kepada Archer.
“Sheren gak sabaran dapat uang untuk belanja ya,” potong Healer.
“Menurut Maya bagusnya kita ambil apa? Membersihkan kecoa mutant di sewer atau berburu belalang di dataran berbukit?” tanya Archer kepada Gladiator.
“Karena Michelle adalah penyembuh grup, biar Michelle yang memilih,” Gladiator menjawab, yang dibalas buang nafas panjang dari Healer, “Gue lagi?”
Sebelumnya kelompok kecil ini dari tempat training pemula berburu monster slime (monster jelly), mengumpulkan uang yang cukup pada akhirnya, untuk ikut dalam petualangan yang lebih luas di serikat yang berada di kota pertama ini; Kota Ivoryscar.
Tiba-tiba pintu depan terbuka. Sosok ksatria besi pakaiannya lusuh, jubahnya rombeng, menyimpan pedang dua tangan zweihander panjang di punggungnya. Dia yang berjalan itu mendekat ke arah resepsionis. Kelompok itu yang telah selesai lalu bergerak minggir, melihat kok ada ksatria dengan pakaian compang camping, kotor seperti itu.
Disimpan satu bungkus besar diikat tali pada meja. “Kepala Kapten Orc, misinya kuselesaikan,” ujarnya pada Eva terkejut dengan benda yang disimpan di mejanya menetes darah merah. Kelompok kecil itu terkejut juga, penasaran dengan scene yang tiba-tiba terjadi.
Eva tersenyum, “Terima kasih Rusted Knight, sebentar di catat dahulu dan ini kantung emas sebagai imbalannya,” ucapnya memberi kantung kain berisi koin uang pada ksatria yang memakai helmet besi itu di kepalanya. “Ada misi berkaitan dengan ras demon?” tanya Rusted Knight.
Staff Administrasi Eva menggelengkan kepalanya, “Sejak kemenangan para pahlawan Midgard melawan Dark Lord, tidak ada lagi bangsa demon yang terlihat menyerang warga.”
Rusted Knight mengangguk, “Kalau begitu aku akan kemari lagi besok.”
“Selamat beristirahat Rusted Knight,” salam perpisahan pada anggota tetap serikat ini yang sudah banyak membantu menyelesaikan misi. Ksatria besi, kotor, berkarat, lusuh, berjubah hitam rombeng itu berjalan kembali ke luar melewati kelompok kecil yang sebelumnya mendaftar.
“Apa itu tadi?” ujar Archer menolehkan wajahnya, melihat ksatria itu berlalu.
“Kami memilih memburu belalang humanoid di wilayah perbukitan,” ucap Healer pada Eva, yang dimengerti staff itu, mencatat pada buku, lantas memberi kertas misi dan surat persetujuan dari serikat. “Semoga sukses untuk misi pertama kalian.”
Tingginya sekitar 6-7 kaki, tidak terlalu besar. Belalang humanoid ini bersenjata tombak dan pedang bergerigi seperti gergaji yang tipis. Gladiator yang menjadi Tanker, menahan serangan lawannya menggunakan perisai bundar kayunya, sedangkan pedang arming sword (pedang satu tangan) masih bersiaga dalam posisi Eber Garde (disimpan di samping tubuhnya).
Dancer yang memegang dua pisau belati di tangannya, masih di posisinya, membiarkan Archer melepaskan dua anak panah berulang Ḓṏṻḃḷḗ Ṧṫṙấḟḝ menembus tubuh belalang cokelat itu—yang menyerang agresif diagonal pada Gladiator yang terus menangkis mengimbangi.
Healer yang berada di formasi anak panah paling belakang, memberikan pemberkatan Ḇḻḝṥṩḭṉḡ dari kejauhan pada rekannya Gladiator, “Bertahan May!” teriaknya. Aura kebiruan menyala-nyala di lingkaran kakinya, kedua telapak tangannya lurus ke depan membuka ke arah punggung belakang Gladiator. Rantai yang melilit tubuh indahnya melayang-layang mengikuti angin bersuara bergemerincing.
Dancer terlihat tidak sabar untuk menyerang membantu Gladiator, namun Archer masih tidak memberinya instruksi untuk maju menyerang menggunakan kecepatan tubuhnya. Dada indahnya yang memakai bra perak underboob bergoyang, begitu juga rambut panjang hitamnya yang tergerai, tersibak saat dia menolehkan wajahnya pada Archer. Jemarinya menggenggam erat gagang pisau damascus-nya, masih menunggu.
Dadu D20 saling bergulir antara monster dan user. Pilihan diambil pemimpin regu untuk diketahui semua anggota grup, walaupun keputusan bisa dilawan oleh tindakan semau gue dari anggota partynya. Armor Class in-check, Current Hit Point in-Check, Speed In-check. Turn (langkah masing-masing) diambil player dan dice-die-roll D20 seakan takdir memberi angka melawan Dungeon Master (God) tidak terlihat.
Gladiator mencari waktu yang tepat. Itu cukup lama sehingga membuat tubuhnya mengkilat banjir oleh keringat kulit indah kecokelatannya. Ketika kesempatan itu hadir, maka dia melakukan tangkisan sempurna Ṕặṙṛẏ, lalu dilanjutkan serangan balik Ṝḭṗṑṧṫḕ, menusuk lurus pedangnya ke tubuh belalang itu—membuat lawannya rubuh jatuh.
“Kenapa gak biarin gue ikut bertempur sih, Ndrew!” kesal Dancer pada Archer yang terkena tatar amarah. “Maya bisa mengatasi itu aku tahu, jika dia kewalahan aku akan menyuruhmu maju membantunya. Sementara anak panahku cukup untuk,” jawab Archer kelabakan. Dancer masih marah dan tidak mau dengar penjelasan itu.
“Gak apa–apa May?” ucap Healer yang melihat luka gores di lengan temannya itu. Gladiator menggelengkan kepalanya, “Hanya luka kecil gores saja.”
Mereka berempat duduk sejenak di dekat batu besar. Archer yang merupakan pemimpin grup, mengecek lagi tas bawaan mereka, tinggal tersisa berapa botol Health Potion dan juga obat termasuk anti venom mereka sempat bawa tidak.
Selain dari senjata dan pakaian yang dipakai dalam misi, barang bawaan yang dibawa itu penting untuk keberhasilan dan membuat regu bisa keluar dari masalah. Terkadang nasib buruk terjadi akibat dadu d20. Itu membuat ketua regu harus bisa dengan cermat, memakai, menggunakan, atau menyimpan sementara perbekalan yang ada.
“Sherly lupa membeli Awakening Potion?” ujar Archer yang mencari botol itu tidak ada.
“Gak gak gak, gue gak denger,” rewel Dancer tidak peduli, membuang muka dari Archer.
Archer luhlah juga, walaupun isi tasnya masih ada 2 Health Potion. Ia lalu merapihkan lagi isi tas itu, bagaimanapun Archer memikirkan keselamatan grup kecilnya. Jadi hal kecil pun dia masalahkan demi keselamatan mereka semua.
“Sudah 12x Humanoid Grasshopper, kita bunuh tadi kurasa. Sudah selesaikan, Ndrew?” ucap Gladiator menoleh pada Archer yang kini berdiri melihat ke arah hutan di wilayah perbukitan itu.
“Iya sudah selesai, kita bisa pulang dan istirahat,” jawabnya yang kepalanya ditutupi tudung putih yang memiliki bentuk paruh burung di tengah kerudungnya.
Mereka akhirnya pulang kembali menuju kota. Melakukan penandatanganan misi. Urusan itu diurus oleh Archer, uang, administrasi, bahkan di lapangan dia memerintah anggotanya. “Terima kasih atas kerjasamanya,” ujar Eva sambil memberikan kantung berisi koin uang sebagai imbalan quest yang kelompok kecil itu jalani.
“Butuh berapa lama agar kami bisa naik rank?” tanya Archer pada Staff Resepsionis.
“Untuk misi level bawah seperti ini akan dikalkulasi dan mungkin akan butuh waktu. Sabar saja dan jalani, nikmati petualangan kalian.”
Terdapat rank di dalam serikat yang membuat rank bawah tidak bisa mengambil misi tingkat atas sampai mereka diakui oleh serikat bisa dengan naik titlenya dari keramik, perunggu, silver, emas. Archer berambisi agar grupnya ini bisa mengambil misi tinggi. Cita-citanya adalah menjadi pahlawan yang melawan monster naga. Walaupun di masa setelah gelombang kegelapan itu lenyap dan Dark Lord dikalahkan, tidak ada lagi terdengar kabar monster naga bahkan iblis terlihat di dunia manusia.
Di serikat petualang itu di lantai satunya, lantai yang sama tempat resepsionis berada, bagian kiri dari pintu depan, berderet meja dan kursi untuk duduk bagi petualang. Suasana di sana mulai ramai. Bard juga ada yang memetik gitarnya bernyanyi akustik menemani para petualang yang sedang makan bersama grupnya ataupun sendiri.
Archer, Healer, Gladiator, Dancer, duduk di salah satu meja bundar. Mereka memesan makanan untuk mengisi perut mereka yang kosong setelah pertempuran tadi.
“Jangan pelit-pelit buat makan, Ndrew,” tegur Gladiator yang melihat Archer, sedang menghitung hasil koin yang mereka dapat dari misi. “Iya, tapi tetap harus diirit juga, kita masih belum banyak simpanan uang,” jawabnya.
“Gue mau makan chha mie bakmie goreng kecap,” Dancer memilih makanannya.
“Dada ayam dan tumis sayuran,” pilih Gladiator, “Gue nasi goreng ati ampela aja deh,” diberikan kertas menu itu oleh Healer pada Archer. Andrew menghitung semua biaya untuk mereka.
“Okay, gue nasi telor kecap ebi aja (makanan murah meriah),” Archer tahu, jika dia memasan yang lebih mahal maka simpanan uang mereka akan sangat sedikit dari hasil quest tadi. Rekan satu kelompoknya tertawa kecil karena mengerti hal itu.
Tidak lama, pelayan Tavern di dalam serikat petualang datang membawa nampan berisi makanan yang dipesan. Dihadirkan pula 4 bir dingin sebagai minumannya. Kelompok kecil yang baru mendaftar itu terlihat senang bercengkrama melepaskan lelahnya, mereka saling ngobrol sambil makan.
“Terima kasih,” ucap Archer tiba-tiba, “untuk kerja kerasnya, kita berhasil hari ini.”
“Aku tidak melakukan apa-apa. cuma diam dan menunggu saja,” ketus Dancer memainkan mie kecap menggunakan garpunya. Gladiator menyenggol lengannya sedikit, seperti ingin mengatakan jangan seperti itu.
“Mungkin untuk selanjutnya, biarkan Sheren ikut maju sebagai attacker, 2nd class dagger mastery tidak hanya support Skill Dancer,” saran dari Healer pada Archer.
“Aku hanya ingin Sheren baik-baik saja, karena yang lebih kompeten di garis depan dan tanker adalah, Maya. Bukan berarti aku tidak percaya kemampuannya (Dancer),” papar Archer.
“Sheren mengerti Ndrew, tidak perlu kamu jelaskan seperti itu,” potong Gladiator membela rekannya.
Sejenak ada kisruh kecil ketidaksepakatan mereka tentang sesuatu. Akan tetapi anggota grup kecil petualang itu akhirnya berusaha saling mengerti.
******
Diubah oleh Linecore 09-04-2024 03:50
bukhorigan memberi reputasi
1
582
Kutip
15
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.1KThread•45.5KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya