Sumber Gambar

Kegiatan berbagi takjil secara gratis seharusnya menjadi momen yang penuh kebahagiaan dan kebersamaan, serta bukan hanya sekadar menyediakan makanan untuk berbuka puasa, melainkan juga sebagai upaya untuk mempererat ikatan persaudaraan dan menunjukkan kepedulian kepada sesama. Namun, sayangnya, terkadang terjadi kesalahpahaman, seperti yang terjadi dalam video tersebut, di mana kegiatan positif ini disangka sebagai operasi razia oleh polisi.

Seorang pengguna media sosial dengan nama akun @never_alonely membagikan sebuah postingan yang menampilkan Polisi yang berusaha untuk berbagi takjil kepada masyarakat di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Dalam postingan tersebut, terlihat para anggota polisi bersama dengan beberapa orang lainnya telah menyiapkan berbagai jenis makanan dan minuman untuk dibagikan kepada masyarakat yang sedang melintas di jalan. Namun, ironisnya, niat baik mereka justru diartikan dengan salah oleh sebagian masyarakat yang melihatnya. Sebaliknya, mereka yang melihat aksi tersebut justru enggan mendekat dan lebih memilih untuk mengubah arah jalannya.

Seorang yang merekam video tersebut menyampaikan, "Mereka berencana untuk membagi-bagikan takjil, namun sayangnya tidak ada yang berani melintas di dekat mereka. Masyarakat malah mengira bahwa ini adalah operasi sweeping (razia)." Ada dugaan bahwa masyarakat mengira para anggota polisi tersebut sedang melakukan razia, hal ini terlihat dari komentar-komentar beberapa warganet yang menyatakan bahwa mereka pernah mengalami situasi serupa.

Sebagai contoh, akun @untaa**rkside mengatakan, "Untuk ke depannya, mungkin para anggota polisi sebaiknya mengganti pakaian terlebih dahulu." Sementara itu, akun @**uazlly menambahkan, "Lucu sekali, begitu melihat polisi berkumpul di pinggir jalan, langsung menghindar. Terlalu banyak pengalaman buruk yang membuat trauma." Ada juga yang menegaskan bahwa citra negatif terhadap kepolisian lebih dominan dalam pandangan masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh seorang netizen melalui akunnya.

Fenomena berbagi takjil di jalan telah menjadi tradisi yang melekat dalam budaya masyarakat Indonesia saat bulan Ramadan tiba. Kegiatan ini tidak hanya sekadar memberikan makanan dan minuman untuk berbuka puasa kepada sesama yang membutuhkan, tetapi juga menciptakan suasana kebersamaan dan kebahagiaan di tengah-tengah masyarakat. Para dermawan yang terlibat dalam kegiatan ini seringkali menyediakan berbagai jenis takjil, mulai dari kolak, kurma, hingga minuman segar, dan secara sukarela membagikannya kepada pejalan kaki atau pengguna jalan yang lewat, menciptakan momen yang penuh kehangatan dan persaudaraan di antara mereka.

Namun, dalam beberapa kasus, kegiatan berbagi takjil di jalan juga dapat menimbulkan kesalahpahaman atau ketakutan di kalangan masyarakat. Terkadang, aksi mulia ini bisa disalahartikan sebagai operasi razia atau aktivitas yang mencurigakan, terutama jika tidak ada pemberitahuan sebelumnya atau jika penampilan para penyelenggara tidak jelas. Hal ini dapat membuat beberapa orang merasa enggan untuk mendekat atau menerima takjil yang ditawarkan, menghambat tercapainya tujuan utama dari kegiatan ini, yakni menyebarkan kebaikan dan kebahagiaan selama bulan Ramadan. Oleh karena itu, penting bagi penyelenggara untuk menyampaikan informasi secara jelas dan transparan kepada masyarakat sekitar agar kegiatan berbagi takjil di jalan dapat berjalan lancar dan meriah tanpa adanya kekhawatiran yang tidak perlu.

Link Referensi