Pilot Gadungan

Wah, sepertinya kita sudah sepakat ya Gansis, bahwa menonton film kesukaan adalah salah satu cara untuk menikmati me time. Memang, menonton film apa lagi bila filmnya bagus banget, ngga berasa membuat waktu cepat berlalu. Seperti film yang udah tiga kali ane tonton ini, Catch Me If You Can garapan sutradara handal Stephen Spielberg.

Film ini berangkat dari kisah nyata seorang Frank Abegnale Jr. Dia menuliskan kisah hidupnya dalam sebuah buku sebagai seorang penipu ulung yang lihai memalsukan identitas mulai dari menjadi seorang pilot gadungan, dokter gadungan serta jaksa gadungan. Semua yang serba gadungan ini juga dilengkapinya dengan kelihaiannya memalsukan cek guna mendukung semua aksi penyamaran dan tentu saja untuk memenuhi semua kebutuhan hidup dan segala keinginannya.

Kepiawaian sang sutradara yang ahli menentukan tempo adegan demi adegan membuat cerita ini begitu menarik walau tanpa ada efek-efek khusus. Adegan mana yang harus dibuat tegang dan adegan mana pula yang bisa dibuat rileks. Sehingga tak terasa film yang memakan waktu lebih dari dua jam itu, seperti hanya satu jam saja. Bahkan ane, bila punya kesempatan untuk menonton film ini lagi, tanpa pikir panjang akan segera mengambil camilan dan duduk manis menontonnya hingga habis.

Yang tidak bisa tidak harus ada dalam pembuatan sebuah film tentu saja musik. Untuk musik film ini, digarap begitu apik oleh John William, sang kampiun penata musik film-film Hollywood yang perannya cukup mendukung untuk mengantarkan filmnya menuju jenjang box office.

Dan, yang paling menentukan tentu saja para pemain film itu. Sebut saja aktor-aktor sekelas Leonardo DiCaprio, Tom Hanks, Martin Sheen dan Amy Adams. Khusus untuk Leonardo DiCaprio dan Amy Adams, ane memang penggemar mereka, walau sepertinya hanya di film ini saja mereka disandingkan berdua.


Leonardo DiCaprio

Akting Leonardo DiCaprio sepertinya tidak perlu diragukan lagi kehebatannya. Terbiasa berakting sedari kecil, membuat aktingnya terlihat seolah melekat pada dirinya. Jadi, kita merasa dia seolah sedang mempertontonkan kehidupan pribadinya sendiri, bukan memerankan hidup orang lain. Begitu juga dengan Amy Adams, dia pernah digadang-gadang beberapa kali menjadi artis dengan bayaran termahal sejagad Hollywood.

Cerita ini secara ringkasnya bermula dari kekecewaan pada hubungan rumah tangga kedua orang tua dari Frank Abegnale Jr. Ayahnya yang semula begitu membangga-banggakan diri telah berhasil mengalahkan banyak pria demi meraih hati perempuan yang menjadi ibunya ternyata dikhianati. Ibunya rela meninggalkan ayahnya demi mengecap hidup mewah dengan seorang pria kaya raya. Rasa kasihan terhadap ayahnya membuat hubungan Frank dan ayahnya itu jadi lebih dekat. Dan suatu ketika, tanpa sengaja ayahnya telah "mengajarinya" cara berbohong. Hal itulah yang seolah menjadi titik tolaknya melakukan kebohongan dan penipuan demi penipuan.

Saat mengabari ayahnya bahwa dia telah berhasil menjadi seorang pilot, ayahnya memang terlihat bangga namun menolak pemberian hadiah dari Frank yang tentu saja membuat dirinya kecewa. Karena semua itu dilakukan mulanya adalah untuk menghibur hati ayahnya yang sedih ditinggal ibunya. Dia ingin ayahnya merebut ibunya kembali agar keluarga mereka kembali utuh. Penolakan ayahnya yang membuatnya kecewa sedikit merenggangkan hubungan dengan ayahnya itu.

Sebenarnya, dari awal, ayah Frank telah curiga dengan semua kepalsuan yang dilakukan anaknya. Sampai ketika Carl Hanratty, seorang agen FBI yang kewalahan mengejar keberadaan Frank menghubungi ayahnya, di sanalah dia membuktikan kecurigaannya ternyata benar adanya. Carl meminta agar ayahnya membujuk Frank agar berhenti melakukan penipuan. Tapi, sesuatu yang diluar dugaan terjadi. Ayahnya justru meminta Frank untuk melanjutkan semua penipuan itu!


Penipuan demi penipuan yang dilakukan Frank, ibarat mata pisau yang terus diasah, membuatnya menjadi ahli dalam menilai mana cek asli dan mana cek palsu. Lengkap pula dengan bagaimana bentuk dan kadar kepalsuannya. Begitu pula pengejaran demi pengejaran yang dilakukan oleh agen FBI yang bernama Carl itu perlahan membentuk ikatan yang kuat diantara mereka sehingga membuat mereka dari yang awalnya bermusuhan menjadi bersahabat. Carl yang mengetahui kemampuan Frank, memberinya kesempatan kedua. Dia mengeluarkan Frank dari penjara dan memintanya untuk berkarir di kantornya sebagai pendeteksi cek palsu. Dia pun diberi ruang kerja tersendiri.

Ternyata Frank tidak memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Dia kembali ingin melakukan aksi penipuannya sebagai pilot gadungan. Hal ini segera diketahui oleh Carl. Namun lelaki itu sadar, mencegahnya pergi percuma saja karena Frank selalu punya cara untuk lolos. Akhirnya, dia memberi ultimatum. Bila esok harinya Frank tidak masuk kerja, berarti hubungan persahabatan mereka berakhir, dan Frank akan kembali jadi buronan.

Benar saja, besoknya Carl mendapati ruang kerja Frank kosong. Dia benar-benar kecewa dan menyesal telah memberi kesempatan pada Frank. Setelah kembali ke ruang kerjanya sendiri, beberapa bawahan mendatanginya, dan membawa beberapa kasus pemalsuan cek. Satu persatu orang-orang itu berusaha mencoba mendeteksi kepalsuannya, tapi tak seorang pun bisa walau telah melihat dengan teliti menggunakan kaca pembesar. Sampai pada giliran Carl. Begitu dia sedang fokus mengamati dengan seksama, tiba-tiba, seseorang mengambil kaca pembesar di tangannya, Carl kaget dan mendongak, ternyata orang yang itu adalah Frank. Tentu saja, Carl sangat senang. Dan cerita pun berakhir dengan happy ending, Gansis

Pengalaman berkesan ane menonton film di bioskop bukan saat kencan, Gansis. Tapi dengan keluarga kecil ane pada pertengahan tahun lalu. Mulanya karena ane dan suami membahas tentang menonton film di bioskop. Anak kami yang kebetulan nguping pembicaraan ikut menimpali dan mengutarakan keinginannya ingin merasakan sensasi nonton film di sana.

Sesuai waktu yang telah direncanakan, kami pun berangkat. Dengan waktu tempuh lebih kurang dua jam dari rumah, akhirnya kami sampai juga di bioskop yang berada dalam kawasan sebuah mall. Saat membeli tiket, si kasir bertanya kami mau menonton film apa. Ane bingung, karena kami tidak berencana mau menonton film yang seperti apa, tapi lebih untuk memenuhi keinginan anak yang ingin merasakan sensasi saja. Jadilah ane balik bertanya dan si kasir menyarankan film berjudul Mission: Impossible Dead Reckoning Part One karena menurutnya film yang diperankan oleh Tom Cruise dan Hayley Atwell itu "aman" untuk anak remaja tanggung berusia 12 tahun seperti anak ane ini.


Mission: Impossible Dead Reckoning Part One

Anak ane yang bawaannya sama seperti ayahnya, ngga bisa diam, ngga tahan disuruh menunggu lama. Mereka berdua nyelonong masuk duluan ke dalam ruangan yang nota bene masih kosong dari penonton. Bahkan layarnya juga belum menyala.



Tak berapa lama kemudian orang-orang mulai berdatangan dan film pun diputar yang membuat kami akhirnya bisa bernapas lega. Kami pun seperti penonton lainnya, menonton dengan serius, menyimak adegan demi adegan di film tersebut. Saat adegan kejar-kejaran di bandara, yaitu pada durasi pertengahan film, tiba-tiba gambarnya hilang, hanya suara yang masih terdengar. Otomatis penonton jadi heboh. Menit berikutnya suara pun menghilang dan salah seorang penonton keluar untuk mengadukan masalah ini pada pengelola. Setelah masalah terselesaikan, film diputar kembali. Yang jadi masalah bagi kami, filmnya diputar kembali dari awal. Padahal waktu itu sudah sore. Karena menimbang perjalanan kami yang lumayan jauh, kami memutuskan untuk keluar saat itu juga. Yang penting, anak kami sudah merasakan sensasi menonton bioskop seperti yang dimintanya.



Itulah sekelumit cerita dari ane, Gansis. Lebih dan kurangnya, ana mohon maaf ya🙏 Dan terima kasih buat Gansis yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membaca cerita ane ini.