Dalam bulan-bulan ini, masyarakat sedikit tersita dengan adanya kontestasi pemilihan presiden di tahun 2024.
Tentu debat antar capres termasuk yang paling hot tuk di bicarakan.
Banyak drama politik yang tersaji.
Banyak tawa dan kemarahan yang tersaji.
Namun dan berdasarkan penilaian pribadi ane dalam mengikuti acara debat capres dari tahun ke tahun, sangatlah kurang bermutu.
Mohon maaf bila ane terlalu sok tau.
Akan tetapi demi edukasi ke masyarakat yang akan memilih, ane terpaksa mengkritik acara debat capres ini.
Karena yang ane liat, para kandidat tersandera waktu yang tidak banyak.
Essensi visi dan misi mereka menjadi mengambang tak jelas runtutan praktek yang akan di lakukan para kandidat calon presiden yang berkontestasi.

Akhirnya hanya emosi yang di dapat masyarakat tanpa arah yang jelas.
Akhirnya tidak berkualitas acara debatnya.
Sementara janji politik para kandidat bak kue donat.
Tebal di pinggirnya tapi kosong di tengahnya.
Semoga paham maksud ane dengan analogi kue donat ini.

Alangkah baiknya pihak penyelenggara membuat format debat yang benar-benar mampu membuat masyarakat paham secara utuh apa yang di tawarkan para kandidat calon presiden bangsa Indonesia ini.

Misalkan.

Setiap calon di beri waktu tuk berorasi dan menguraikan visi misi dan program mereka bila berhasil menjadi presiden kelak dan tentunya sesuai tema yang telah di tetapkan.
Ane rasa 10 menit sudah cukup tuk berorasi dan 50 menitnya terjadi tanya jawab dan adu data kepada para kandidat.
Maka menurut ane waktu 1 jam harus di berikan kepada setiap kontestan secara bergiliran.
Bila mengingat tahun ini ada 3 paslon maka di butuhkan 3 jam acara berlangsung.
Samalah kita seperti nonton film india.
Toh terjadi 5 tahun sekali dan wajar berdurasi 3 jam.

Ketika salah satu kontestan selesai berorasi maka kedua kandidat lainnya akan memperdebatkan janji politik yang telah tersampaikan oleh kontestan tersebut dan kontestan tersebut tidak boleh bertanya kepada dua kontestan lainnya.
Dia cukup menjawab pertanyaan yang di luncurkan oleh dua lawan politiknya.
Ada waktu 25 menit yang bisa di pakai oleh lawan politiknya secara bergiliran.
Di harapkan menjadi debat yang berkualitas karena durasi waktunya cukup panjang.
Pihak moderator juga bertindak sebagai hakim bila debat tersebut melenceng dari tema yang ada.

Jangan kaya sebelumnya, durasi pendek dan masyarakat mendapatkan info yang tidak utuh.
Ini menyangkut soal bangsa dan rakyat wajib di beri penjelasan secara utuh agar mereka bisa memilih bukan karena kaitan emosional belaka.
Rakyat bisa mencerna masuk akalkah dan mampu tidak mewujudkan visi misi dan program para calon presiden yang di janjikan.

Mengapa sangat penting janji politik kontestan di acara debat ini...?.

Karena para kandidat yang lain bisa langsung mengkritisi rancangan program lawannya di depan publik secara terbuka dan live.
Ini membuat para kontestan harus benar -benar mempersiapkan secara matang jualan politik mereka agar bisa menggugah hati dan akal sehat seluruh rakyat Indonesia.

Sejujurnya acara debat presiden hingga terakhir kemarin membuat ane kecewa karena hampir tidak ada perubahan yang lebih baik.
Bukankah tujuan debat capres ini agar rakyat tau apa yang di tawarkan calon pemimpinnya demi kebaikan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Dengan adanya rivalitas maka rakyat bisa lebih paham kelebihan dan kekurangan jualan politik kontestan karena kontestan lainnya pasti mencari kelemahan yang sedang di tawarkan pihak lawannya.
Di butuhkan waktu yang cukup agar sang programmer bisa menjawab kritisi programmer lainnya.
Maka yin dan yang nya terbentuk jelas ketika tersampaikan cukup utuh.

Kalau masih di pertahankan gaya acara model yang lalu-lalu maka kita bisa kemakan janji politik kue donat.
Ketika salah satu terpilih dan demi janji politik kemarin, mereka membuat janji tersebut menjadi kerja formalitas politik saja.
Janjinya akan menanam bunga 100 jenis tapi yang ada cuman 10 jenis lalu berkata janji sudah di tunaikan.
Ini bukan ke arah satu orang saja loh yaa.
Tapi ini acapkali terjadi di masyarakat hingga di kelas pemilihan pemimpin daerah.
Lagi-lagi masyarakat di suapi kue donat politik.
Tebal di pinggiran tapi kosong di tengah.