Pada Jumat 22 Desember 2023 lalu, Muarah sedang asik berdiskusi dan ngopi bersama teman-temannya di depan sebuah toko.

Tiba-tiba dua orang yang berboncengan naik sepeda motor berhenti dan langsung melepaskan dua tembakan ke arah Muarah. Muarah pun tersungkur karena dua peluru yang bersarang di tubuhnya.

Setelah melakukan aksinya, kedua orang tersebut pergi meninggalkan lokasi dengan cepat.

Muarah yang dikenal sebagai tokoh masyarakat asal Kecamatan Banyuates, Sampang, Madura tersebut lantas dilarikan ke RSUD Syamrabu Bangkalan dan selanjutnya dirujuk ke RS di Surabaya.

Beruntung nyawanya masih bisa tertolong setelah menjalani perawatan intensif di RSUD dr Soetomo Surabaya.

Setelah terjadinya peristiwa penembakan tersebut, selang beberapa hari kemudian Tim penasihat TKN (Tim Kampanye Nasional) Prabowo – Gibran Letjen (Purn) TNI Sjafrie Sjamsoeddin menjenguk Muarah. Ada apa gerangan?

Ternyata Muarah yang berusia 49 tahun adalah seorang relawan Prabowo – Gibran.

Sjafrie mengatakan bahwa pihaknya mengutuk keras penembakan ini. Dirinya juga mengaku bahwa telah melaporkan kasus penembakan kepada pihak kepolisian dengan harapan kasus bisa segera terungkap dan pelakunya dapat ditangkap.

Sumber : https://www.beritasatu.com/nusantara...nal-di-sampang

Pihak kepolisian sendiri menjelaskan bahwa 2 orang pelaku penembakan Muarah bertubuh kekar. Belakangan disebutkan pula bahwa tidak ada saksi yang mengenali ciri-ciri pelaku karena pelaku penembakan memakai penutup wajah dan helm, serta berpakaian serba hitam.

Pihak Polda Jatim sendiri memastikan bahwa mereka akan mem-backup penyelidikan dan menerjunkan tim khusus untuk membantu Polres Sampang melakukan penyelidikan.

Sumber :
https://www.detik.com/jatim/hukum-da...bertubuh-kekar
https://www.tvonenews.com/daerah/jat...sampang-madura

Sementara itu, Wakil Ketua TKN Habiburokhman mengatakan bahwa TKN Prabowo – Gibran menurunkan tim pencari fakta untuk menelusuri peristiwa penembakan relawannya.

Kepada media, pada Selasa 26 Desember 2023, Habiburokhman mengatakan tujuan tim pencari fakta tersebut untuk membantu aparat penegak hukum mencari terduga pelaku.

Sumber : https://www.kompas.tv/nasional/47205...awan-di-madura

Sekarang mari kita bedah penjelasan mengapa pihak TKN sampai harus menerjunkan tim pencari fakta. Apakah penyelidikan dari pihak kepolisian tidak cukup? Atau jangan-jangan TPF tidak percaya dengan penyelidikan kepolisian?

Apabila kita melihat latar belakang politik, kita ketahui bahwa orang-orang TKN banyak diisi purnawirawan dari matra Angkatan Darat. Bahkan capres 02 sendiri berasal dari matra tersebut.

Maka jika Prabowo – Gibran menduduki RI 1 dan 2 akan ada peluang penguatan TNI AD di pemerintahan 2024 – 2029.

Tentunya peluang penguatan TNI AD ini akan diiringi pula dengan peningkatan peluang pengerdilan Kepolisian RI di periode yang sama.

Apalagi ada desas desus yang mengatakan Kepolisian akan berada di bawah Kemendagri karena selama ini dianggap terlalu super power di bawah presiden.

Lantas bagaimana caranya agar Kepolisian tetap mendapatkan peluang porsi yang tidak berkurang dalam pemerintahan. Maka diciptakanlah peristiwa-peristiwa yang merupakan investasi untuk menyandera pemerintahan Prabowo – Gibran.

Mulai dari pengintaian rumah Prabowo oleh OTK, penjaga rumah Kapolri diserang OTK, hingga yang teranyar penembakan di Madura oleh pelaku bertubuh kekar.

Pelaku bertubuh kekar dan berpistol yang dimaksud pihak kepolisian dan disampaikan pula informasi tersebut kepada seorang purnawirawan tentara yakni Sjafri Samsoeddin, mengesankan bahwa pelaku ialah OTK binaan tentara.

Terlihat jelas di sini ada upaya Kepolisian memosisikan diri mereka dan Prabowo tengah teraniaya OTK binaan tentara.

Sebenarnya bukan kali ini saja Kepolisian melakukan operasi yang berkaitan dengan politik. Sebelumnya polisi memidanakan Aiman Witjaksono lewat tangan 6 orang pelapor imbas postingan IG yang masuk ranah ITE dan SE Kapolri.

Padahal korban dalam kasus Aiman yang berada di kubu 03 adalah Kepolisian, dan menurut SE Kapolri, pelapor haruslah korban, yakni Institusi Polri sendiri.

Arti dari permainan Kapolri yang khawatir institusinya hilang peran digusur TNI AD di pemerintahan 2024 – 2029 adalah investasi untuk menyandera pemerintahan Prabowo – Gibran.

Dengan kata lain, Prabowo – Gibran dipaksa berutang budi pada Kapolri dan institusi Polri-nya.

Oleh karena itu, sudah sangat tepat TKN membentuk Tim Pencari Fakta agar tidak terjebak dalam permainan kotor dari Kapolri.

TKN Prabowo – Gibran sebenarnya mulai gerah dengan permaian dua kaki yang dilakukan Kepolisian yakni di kasus Aiman hingga penembakan Sampang.

Sebab kasus Aiman, menjadi amunisi bagi paslon 03 menyerang paslon 02 soal penegakan hukum pemerintahan Jokowi yang akan diteruskan Prabowo-Gibran.

Sementara di kasus penembakan Sampang yang merupakan basis Mahfud dan AMIN, polisi menjadi leluasa melakukan infiltrasi di basis pendukung 01 dan 03. Sehingga stigma menang curang dapat melekat di paslon 02.

Langkah kepolisian menggaungkan pelaku OTK pria bertubuh kekar yang mengarah pada stigma pelaku OTK merupakan binaan tentara dapat pula menimbulkan friksi antara TNI vs Polri.

Apalagi peristiwa dan posisi polisi dimainkan jelang debat pilpres 3 yang bertema Hankam, HI, Geopolitik. Dalam hal ini polisi sedang bergerak senyap mendiskreditkan tentara.

Bergeraknya tim pencari fakta TKN menunjukkan bahwa permainan dua kaki polisi mulai terungkap. Polisi bikin blunder yang merugikan Prabowo – Gibran yakni demi memberi senjata politik kepada Ganjar – Mahfud agar menuduh Prabowo-Gibran curang.