Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dzaki999925Avatar border
TS
dzaki999925
LAHIRNYA SANG HAMBA IBLIS PART 3






LAHIRNYA SANG HAMBA IBLIS PART 3

Part 1

https://www.kaskus.co.id/show_post/6...bd4552a948edd3

Part 2

https://www.kaskus.co.id/show_post/6...8398533b2f7f41




part 3
Remuk!!!



Malam ini gerimis membasahi tanah di kampung kami. Setelah sekian lama ditunggu akhirnya langit menangis juga, meskipun hanya gerimis kecil namun sangat berarti buat para penduduk kampung.

Dan akhirnya mereka makin meyakini bahwa ritual tadi siang sangat ampuh, karena gerimis jatuh malam itu.

Ketika langit menangis memunculkan gerimis dan disambut dengan bahagia oleh manusia. Namun, Hal itu berbeda dengan ku. Sedari tadi aku hanya terdiam sediri dan masih bimbang dengan keputusanku.

Aku duduk meringkuk di depan rumah, dengan memeluk kedua lututku.

Beberapa kali aku mengusap air mataku yang meleleh di kedua pipiku.

Air mata kesedihan yang mendalam. Berbeda dengan air mata bahagia dari langit yang di sambut dengan riang gembira oleh manusia.

Aku terus terbayang bagimana pengorbanan ibuku untuk keluarga ini. Dan bangaimana bapak ku tega melakukan semua ini kepada keluarga kami.

Dan jauh di dalam lubuk hatiku, sebenarnya aku rela melakukan apapun demi keluarga ini. Bukan hanya kehormatan ku sebagai wanita, bahkan nyawa pun ku korbankan demi keluarga kami.

Hanya saja yang tak bisa kuterima, kenapa orang sejahat Harsono terus-terusan diberikan kekuatan dan kenikmatan hidup, dan dia bisa mendapatkan semua yang dia inginkan, hingga dia bisa menikmati ketika melihat orang lain menderita karena perbuatan nya.

Dan jika aku memberikan kehormatan ku padanya, sama saja aku memberikannya kemenangan dan kebahagiaan lebih banyak lagi kepadanya.

Tapi ingat bahwa waktuku tak banyak. Aku tak ingin ibuku menderita lagi.

Ku usap air mataku sekali lagi yang entah sudah beberapa kali meleleh sedari tadi.
Aku segera bangkit dan masuk ke gubuk kami.
Kulihat ibuku dan kedua adikku sedang tidur dengan nyenyak.
Sarmun meringkuk kedinginan, sembari sesekali kaki nya menggosok kaki nya yang lain, karena serangan nyamuk.

Ketika Aku memandangi mereka, tekad ku makin bulat. Aku tak mau mereka bertiga tidur di tempat yang buruk karena tak punya rumah.

“Yah sudah kuputuskan” ucapku dalam hati lalu meninggalkan mereka.


Aku berjalan menuju kediaman pak Harsono. Beberapa kali aku menengok kebelakang dan kupastikan tak ada yang mengikutiku.

Tak lama kemudian aku tiba dihalaman rumah keluarga Harsono.

Pak Harsono memang sudah beberapa tahun menduda, istrinya meninggal karena sakit parah beberapa tahun lalu.
Tapi aku yakin dengan kekuasaan dan kekayaan nya meskipun dia menduda dia tak akan kesepian.
Karena dia bisa dengan mudah melahap wanita yang dia mau, termasuk aku yang tak akan lama lagi menjadi santapan nya malam ini.

Aku merinding dan tubuhku sedikit bergetar ketika aku sampai di depan pekarangan rumahnya yang luas.

Terbesit dipikirkan ku, untuk kembali pulang kerumah ku, tapi apa yang aku pikirkan langsung lenyap ketika ku ingat bahwa esok hari tak ada lagi rumah yang aku tuju dan kami tinggali.

Perlahan aku langkahkan kaki ku di pekarangan rumahnya yang luas dan asri.

Sayup-sayup ku dengar suara dengusan sapi-sapi dari kandangnya yang luas terbentang tak jauh dari rumahnya.

Jantungku berdetak tak karuan, keringat dingin mulai mengalir dari tubuhku, ketika aku melihat pintu rumahnya yang besar tak jauh dari hadapan ku.

Aku merasa seperti hewan lemah dan bodoh, yang sedang berjalan menuju ke sarang hewan buas yang siap memangsaku.

Tak lama kemudian seorang centeng nya melihatku dan menghampiriku.

“Haha, akhire kowe rene tenan to” (haha, kamu kesini juga akhirnya) ucapnya sambil terbahak, dia seperti merasa sangat puas dengan kedatangan ku.

“Man, Rene man.” (Man kesini man) perintahnya
Kepada salah satu teman nya yang tak jauh dari tempat kami berdiri.

Seseorang segera menghampiri kami.

“Man, kamu jagain Sri sebentar, aku mau laporan dulu ama bapak” ucap centeng itu lalu meninggalkan aku dan teman nya yang dipanggil “man” itu.


Tak lama kemudian si pria itu memasuki rumah besar kediaman pak Harsono.

Saat itu aku hanya berdua dengan pria yang dipanggil man itu.
Mataku memandang berkeliling. Kulihat halaman rumah itu begitu besar, banyak bangunan-bangunan berdiri kokoh yang menandakan bahwa pemiliknya pun sangat angkuh dan berkuasa.

Terlihat juga para centeng nya yang sedang berjaga di gazebo yang terdapat di halaman rumah itu.
Berapa kali kulihat, para centeng itu memandangiku sambil tertawa cekikikan.
Seolah mentertawai kebodohan ku.
Dan ketika mataku sampai di tempat man berdiri kulihat matanya yang menatapku penuh nafsu.

Aku jijik melihat tatapan nya. Tak lama kemudian dia mendekat.

“Sri engko nek wes bar karo pak Harsono, gantian karo aku ya” (Sri ntar kalau sudah selesai dengan pak Harsono, gantian dengan ku ya.)
Ucapnya berbisik kepadaku.

Ingin rasanya kutonjok wajahnya saat kata-kata itu keluar dari mulutnya.
Sungguh mereka sangat rendah memandangku. Mereka menganggap ku mainan yang seenaknya bisa mereka permainkan.

Tak lama berselang aku di panggil oleh pria yang masuk tadi dengan isyarat lambaian tangan nya.

Aku berjalan pelan, mengikuti isyarat lambaian tangan dari pria tadi.

Sampai di depan pintu pria itu menyuruhku untuk masuk.

“Sri nanti kamu langsung masuk aja kedalam, terus belok ke kanan, kamu cari kamar pertama , langsung kamu ketuk aja kamarnya, bapak ada disitu udah nungguin, jangan rame-rame, soalnya anak-anak lagi pada tidur.”jelasnya kepadaku.

“Karo kowe wae mas, aku isin” (bareng kamu aja mas, aku malu) ucapku polos kepada pria itu.

“Halah ra usah isin, aku mau berjaga lagi, bapak bilang, biar kamu sendiri kesana gak perlu diantar.” ucapnya sembari mengisyaratkan agar aku segera bergegas.

Akupun mengangguk sedikit ragu dan mulai mengikuti kata-katanya

Kulihat tulisan di atas pintu, tulisan itu memakai aksara Jawa yang bertuliskan.

HARSONO ABDIPRAWIRO

Aku berjalan perlahan memasuki rumahnya.
Mataku melihat berkeliling. Ruangan depan rumah itu seperti ruang tamu yang nampak luas.

Bahkan ruangan tamu itu jauh lebih luas dibanding rumah ku.

Di ujung ruangan itu terdapat lukisan besar . Aku terdiam sejenak dan memandang sejenak lukisan itu.

Lukisan seorang pria dengan baju adat Jawa dengan keris di tangan kanan nya.

Di bawah lukisan itu tertulis.

KARTOSURO ABDIPRAWIRO

aku tau orang dilukisan itu. Itu adalah kepala desa yang pertama di kampung kami.
Banyak cerita yang aku dengar tentang orang itu. Dan menurut orang-orang mbah kartosuro orang nya baik, tapi entah kenapa dia punya keturunan sejahat Harsono.

Diujung ruangan itu nampak ada percabangan, yaitu ke kanan dan kiri. Aku langsung berjalan ke arah kanan seperti perintah centeng tadi.

Dari percabangan itu aku melihat beberapa kamar berderet, Tiba dikamar paling depan aku berdiri sejenak di depan pintu. Jantung ku makin berdetak hebat. Aku memejamkan mata, dan mengambil nafas dalam-dalam.

Tangan ku sudah diposisi siap mengetuk pintu.
Namun, lagi-lagi sebagian jiwa ku masih ragu. Tapi aku sadar, bahwa aku tak akan bisa kembali lagi, karena aku sudah masuk sejauh ini.

Lalu, ku ketuk pintu itu perlahan, bahkan mungkin suara ketukan pintu itu tak lebih keras dibanding suara degupan jantungku.

Namun suara pelan itu sudah mampu di dengar makhluk buas didalam ruangan itu, yang memang dia sudah sangat kelaparan sehingga semua indera nya lebih sensitif.

“Mlebuo Sri, lawange ra dikunci” (masuklah Sri, pintunya tak dikunci)

Aku terhenyak mendengar ucapan nya dari dalam kamar itu.
Ucapan yang terdengar perlahan dan biasa, tapi bagiku diposisi saat ini, terdengar seperti auman singa yang mengerikan.

Perlahan aku membuka pintu, pelan pelan, hingga cahaya dari dalam kamar mulai menyorot dari celah pintu yang mulai terbuka dan menerangi wajahku.

Kulihat kamar itu sangat bersih dengan ranjang besar di ujung ruangan.

Aku melangkahkan kakiku perlahan memasuki kamar. Sebuah langkah kaki yang paling berat sepanjang hidupku. Bahkan lebih berat dibanding saat aku menggotong air dari sumur.

Aku melihat sekeliling kamar itu, banyak sekali ornamen ornamen ukiran dan lukisan.

Masih tak ketemui pria brengsek itu dalam kamar, sejenak aku merasa lega karena terbesit dalam pikiran ku bahwa mungkin saja malam mengerikan ini tak terjadi.

Namun kelegaan itu hanya sesaat, tiba-tiba.

“Bruukk” pintu kamar itu tertutup dan aku terhenyak mendengarnya.

Dan orang yang mengerikan itu muncul dari balik pintu.

Ternyata dia sedari tadi bersembunyi dibalik pintu saat aku masuk ke kamar ini.

Sialan, si pria brengsek ini masih bisa-bisa nya bermain-main saat ini. Gumamku kesal.

“Piye, apik to kamarku” (gimana, bagus kan kamarku) ucapnya dengan bangga.

“Uwis ra usah kakean cangkem pak, aku ra bakalan mrene nek ora goro-goro kowe ngelarani ibuku” (sudahlah gak usah banyak bicara, aku juga gak bakalan kesini kalau bukan karena kau menyakiti ibuku) balasku ketus kepadanya.

“Lho-lho.. ojo galak-galak, galak e engko wae nek pas main” (lho-lho jangan galak-galak dong, galaknya nanti aja pas kita main)” ucapnya sembari jemari gemuknya mencoba mencolek daguku.

Aku benar-benar sudah seperti tak punya harga diri saat ini, aku seperti mainan yang bukan hanya dipermainkan, tapi di injak-injak.

Dan mendengar kata-katanya tadi membuat ku makin emosi. Aku berharap suatu saat aku bisa membuatnya menderita. Itu harapan ku saat ini. Dan mungkin itu bisa menjadi motivasi ku untuk tetap hidup.

Tak lama kemudian dia berbaring di kasur, dia membuka seluruh pakaian nya, akupun malu melihatnya seperti itu.
Melihatku tersipu malu, dia malah memaksa ku untuk melihat tubuhnya yang tak lagi berbusana, dia mungkin merasa, dia bisa membuatku bernafsu dengan hal itu, padahal hal diperbuatnya itu tak membuatku tertarik tapi malah jijik.

Dia menyuruhku melepas semua pakaian ku.
Aku sempat ragu dan terdiam sejenak, ingin rasanya saat ini aku melarikan diri tapi…

“Ndang cepet Sri!!!” (Cepetan Sri!!)” bentak nya kepadaku. Aku terkejut dan terhenyak mendengar bentakan nya yang saat itu mirip auman singa yang membuat mangsanya lemas dan pasrah tanpa perlawanan.

Bahkan aku berharap aku pinsan saat ini, dan membiarkan dia menghabisi ku saat aku tak sadarkan diri.
Namun takdir sepertinya tak berpihak kepadaku, karena sedari tadi,apa yang aku harapkan tak pernah terjadi.

Perlahan aku melepas pakaianku.
Kumulai dari baju atasan ku.

Sedikit demi sedikit kulit tubuhku mulai tak terbalut kain, aku merasakan udara dingin mulai merambat dikulitku, hingga tubuhku pun meremang.


Sekilas kulihat bola matanya melotot seperti mau lepas saat dia melihat ku mulai melepas pakaian ku.

Sambil terisak aku melepaskan semua pakaian ku.
Hingga kini yang tersisa hanya pakaian dalam tipis yang melekat dan menutupi bagian sensitif ku.
Aku berharap kain tipis itu menjadi sekuat baja, sehingga dia tak bisa menembus ku.

Si bandot tua itu tak sabar dan segera menarikku ke kasur.

Dengan buas nya dia membaringkan ku dan mulai mengambil posisi diatas ku.

Dia menarik dan merobek pakaian dalam ku, dan kain tipis itu koyak dalam satu serangan nya.

Lagi-lagi harapan ku tak terkabul, dan kini tubuhku telah sepenuhnya tak terlindung sehelai benang pun.

Aku hanya menangis, dan terus menangis,
namun dia tak memeperdulikan hal itu.

Aku seperti hewan malang yang dicabik-cabik oleh hewan buas.

Aku menangis, aku berteriak. Dia masih tak peduli, bahkan dia seperti makin buas ketika mendengar aku menangis, dia benar-benar menerkamku dan menghancurkan ku.

Kudengar sayup-sayup suara hujan semakin deras turun malam itu. Berbaur dengan suara tangisan ku yang tanpa henti.
Langit seperti menangis, menangisi nasib ku yang malang.



Bersambung….




































bang.toyipAvatar border
ariefdiasAvatar border
motherparker699Avatar border
motherparker699 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
627
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.