Anggota Kongres AS telah menyetujui rencana untuk pensiunnya F-15C/D dan A-10 Thunderbolt II, tapi mereka masih tidak menyetujui wacana penghentian operasional F-22 Raptor. Menurut laporan DefenseNews, melalui undang-undang National Defense Authorization Act (NDAA) yang akan disusun pada Tahun Fiskal 2024; Angkatan Udara AS telah meminta izin untuk memensiunkan 42 unit A-10 Warthog serta 57 F-15C/D Eagle. Pensiunnya pesawat yang dimaksud akan membuat jumlah total A-10 turun menjadi 218, dan F-15C/D turun menjadi 92.

Angkatan Udara AS (USAF) dan Kongres telah berdebat selama bertahun-tahun mengenai A-10, USAF mengatakan bahwa pesawat A-10 tidak akan dapat bertahan dalam perang di masa depan. Tetapi, anggota Kongres melihat A-10 masih bisa mengambil bagian dalam konflik modern. Dan hingga tahun lalu, Kongres terus memblokir upaya USAF tersebut untuk mempensiunkan A-10. Untuk F-15, Kongres lebih melunak, mereka setuju untuk pengurangan F-15C/D yang merupakan model lama.

Namun, pada Tahun Fiskal 2024, pihak Kongres masih memblokir rencana USAF untuk memensiunkan 32 unit F-22 Raptor Block 20. Pihak USAF mengatakan, Raptor yang dimaksud adalah pesawat latih dan butuh biaya sekitar US$1,8 miliar atau setara Rp 28 triliun untuk membuat pesawat tersebut siap tempur selama 8 tahun. USAF mengatakan biaya itu sangat mahal dan tidak masuk akal.Pada tahun anggaran 2023, Kongres telah memblokir upaya pertama USAF untuk mempensiunkan F-22, dan pada tahun anggaran 2024; untuk kedua kali berturut-turut Kongres akan melakukan hal yang sama.



Sementara itu, Angkatan Udara AS diharuskan untuk menyimpan setidaknya 1.112 pesawat tempur dalam inventarisnya, dan untuk kebutuhan minimum pesawat tempur yang disimpan adalah 1.145. Namun, Angkatan Udara AS sekarang memiliki sekitar 1.800 unit F-15, F-16, F-22 dan F-35 dan jumlah tersebut tidak mendekati jumlah minimum tersebut.

Selain memblokir rencana pensiun F-22, menurut laporan DefenseNews, Kongres meminta USAF tidak mengurangi pesanan helikopter penyelamat tempur HH-60W Jolly Green II yang dibuat oleh Sikorsky dan Lockheed Martin. Di pihak Angkatan Udara AS, mereka telah membatasi rencana pembelian HH-60W, dengan alasan bahwa helikopter tersebut tidak mampu bertahan dalam konflik tingkat tinggi dengan negara maju seperti China. Tapi, Kongres punya pandangan lain, dan menilai helikopter ini masih layak dipertahankan.

Meski dilarang mempensiunkan Raptor, USAF diberi izin mengurangi dua unit pesawat peringatan dini E-3 Sentry. Membuat jumlah pesawat tersebut berjumlah 16 unit pada 2024. Angkatan Udara AS juga ingin mempensiunkan 52 pesawat latih T-1A Jayhawk yang lebih tua pada tahun 2024. Tetapi, Kongres akan menundanya sampai angkatan udara mengkonfirmasi bahwa mereka telah menerapkan kurikulum penerbangan baru yang disebut Undergraduate Pilot Training 2.5 di seluruh armada.



Ketentuan lain dalam undang-undang NDAA juga membahas keputusan Boeing untuk mulai membuat komponen pesawat latih T-7A Red Hawk sebelum Angkatan Udara AS secara resmi mengeluarkan kontrak untuk pesawat tersebut. Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) mengatakan dalam laporan bulan Mei 2023 mengenai T-7A, jika komponen dibuat lebih awal; berarti Pentagon tidak dapat melakukan semua pengawasan produksi yang diperlukan untuk memastikan Red Hawk baru akan memenuhi persyaratan kontrak. Tapi Boeing mengatakan kepada GAO bahwa, mereka membuat komponen lebih awal untuk menjaga pemasoknya tetap sibuk dan menurunkan biaya produksi, dalam menghadapi penundaan jadwal dan kerugian finansial.

Di sisi lain, belum diketahui bagaimana nasib F-15C/D dan A-10 yang disetujui untuk pensiun tahun depan, biasanya pesawat yang pensiun akan dibawa ke kuburan pesawat Boneyard. Selain itu, pasti ada potensi hibahF-15 atau A-10 ke negara lain. Tentu dengan pensiunnya F-15 dan A-10 membuka peluang hibah semakin besar, dan ini tentu jadi kabar baik bagi negara-negara yang memiliki anggaran pertahanan pas-pasan.







Referensi Tulisan: DefenseNews
Sumber Foto: USAF