Sebagai negara yang berkomitmen pada multilateralisme dan politik bebas aktif, Indonesia terus berupaya memperkuat kemitraan dengan negara-negara sahabat di seluruh dunia. Peningkatan kerja sama Indonesia dengan berbagai negara tentunya diharapkan akan menciptakan kondisi yang lebih kondusif bagi perkembangan ekonomi, inovasi, dan perdamaian dunia.

Dalam kunjungan ke Washington DC, Amerika Serikat, pada Senin (13/11), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto hadir mendampingi Presiden RI Joko Widodo dalam pertemuan bilateral di Gedung Putih. Kedatangan Presiden Jokowi bersama delegasi disambut baik oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Pertemuan Indonesia dan Amerika Serikat tersebut bukan hanya sekadar pertemuan diplomatik biasa, melainkan sebuah langkah konkrit dalam meningkatkan hubungan bilateral menjadi Comprehensive Strategic Partnership (CSP). Pencapaian ini menandai komitmen kuat kedua negara untuk memperdalam dan memperluas kerja sama di berbagai sektor.

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia menggarisbawahi pentingnya membangun kemitraan yang saling menguntungkan. Fokus utama adalah mengatasi tantangan global bersama dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta berkontribusi terhadap perdamaian dunia. Langkah-langkah konkrit seperti peningkatan status kemitraan menjadi Comprehensive Strategic Partnership menjadi cermin dari tekad bersama untuk mencapai tujuan ini.

Salah satu aspek yang menjadi pusat perhatian adalah kerja sama perdagangan. Kedua negara sepakat untuk menciptakan pembaharuan dalam rangka meningkatkan perdagangan, dengan perpanjangan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia sebagai salah satu prioritas. Indonesia secara tegas mendorong agar Kongres AS dapat mempercepat pengesahan GSP, mengingat perannya yang krusial dalam menjaga stabilitas rantai pasok global dan mengurangi ketergantungan AS terhadap impor dari Republik Rakyat Tiongkok.

Di samping itu, Indonesia mengapresiasi perkembangan positif terkait dinamika hubungan Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok. Dibukanya kembali jalur komunikasi strategis antara AS dan RRT dianggap sebagai langkah positif. Indonesia dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia dan ASEAN tidak akan membiarkan Indo-Pasifik menjadi arena perebutan pengaruh oleh kekuatan-kekuatan besar dunia. Indonesia juga berharap agar negara-negara ASEAN mendapatkan akses lebih besar ke pasar Amerika Serikat, khususnya melalui dukungan implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).

Lebih lanjut, Indonesia menekankan bahwa akses pasar yang lebih luas dan inklusif melalui Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) adalah hal yang sangat penting. Hal ini bertujuan untuk mengakomodir kepentingan negara berkembang, termasuk pemanfaatan subsidi hijau dari Inflation Reduction Act. Adanya kerangka ekonomi Indo-Pasifik yang inklusif akan membantu memperkuat posisi Indonesia dalam arus perdagangan global dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Melalui pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo berkesempatan mengajak Presiden Joe Biden untuk turut serta menjaga perdamaian dunia. Kontribusi AS dianggap penting dalam mewujudkan perdamaian dunia, dan salah satu kontribusi yang sangat ditunggu adalah peran besar AS dalam memberikan dukungan untuk mencapai perdamaian bagi rakyat Palestina. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa Comprehensive Strategic Partnership tidak hanya sebatas kerja sama ekonomi, tetapi juga melibatkan tanggung jawab bersama dalam menciptakan perdamaian dan stabilitas global.

Dengan meningkatnya status kemitraan menjadi Comprehensive Strategic Partnership, Indonesia dan Amerika Serikat menandakan tekad bersama untuk menciptakan dunia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih damai melalui kerja sama yang erat dan saling menguntungkan.