foto : dokumen karya suara dara suwarnadwipa

Sekelompok penari laki-laki berlari ke tengah lapangan bersiap mengambil posisi untuk memulai karya tari kolosal “SUARA DARI SUWARNADWIPA”, dalam pembukaan PORWIL Sumatera XI 2023, di lapangan kantor Gubernur Riau, 4 November 2023.

Dengan membawa property tongkat, pedang di tangan kanan, dan property tameng yang berbentuk bulat di tangan kiri, sekelompok penari laki-laki itu terus berlari dengan tatapan mata tajam sambil menghimpun konsentrasi yang terus mereka bangun.

Warna baju yang mereka kenakan bewarna kuning dengan disain sederhana tanpa lengan. Dipadu dengan celana hitam pangsi. Hiasan kepala memakai ikat bewarna kuning. Serta garis tegas di pinggang yang terbuat dari bahan kain bewarna merah.

Balutan busana dengan konsep sederhana namun cukup menarik itu rasanya dapat menggiring kita pada makna dari petikan kalimat sinopsis karya yang dibacakan oleh pembawa acara (MC) kala itu. “BERGERAK TUBUH DI SUNGAI-SUNGAI, BERLARI-LARI DI BUKIT-BUKIT, MENGAYUH KE HULU SUNGAI, RIAU BERSATU RIAU MAJU”.

foto : dokumen karya suara dari swarnadwipa

Kehadiran sekelompok penari laki-laki ini disambut atusias oleh penonton dengan tepuk tangan  gemuruh kemudian perlahan berhenti dan sunyi seiring penari telah sampai dan berhenti di titik tengah lapangan.

Seluruh penari mengambil posisi jongkok dan menunggu dimulainya karya tari kolosal “SUARA DARI SWARNADWIPA”, yang dibuat oleh koreografer ternama Riau, SPN. Iwan Irawan Permadi, Epi Martison, S. Sn. Music oleh Taufik Yendra, S. Pd, M. Sn.

Karya ini diawali dengan gebrakan music beriringan dengan gerak-gerak dinamis dalam tempo cepat. Perpaduan antara musik tradisi dan modern dengan mempertahankan roh tradisi yang ada di wilayah Riau, membuat suasana tari pada bagian ini  mengalir begitu cepat.

Nuansa Gerak-gerak yang ada pada olah raga bela diri Wushu menjadi pilihan pada bagian pertama karya ini. Formasi berpindah, berlari dan menyentak dalam titik-titik tertentu. Garis lurus, melingkar dan berkelompok merupakan formasi-formasi yang membentuk karakter kebersamaan dalam satu kesatuan yang tegas. Hal itu seperti memberi kesan disiplin dan ketegasan dalam kerja tim yang solid.

Disamping itu, suara-suara penari yang dihadirkan walau tidak terlalu terdengar, akan tetapi dapat mendorong emosi penari dalam melahirkan ekspresi pada karya ini. Irama dan tempo saling bersahutan antara music dan gerak tari yang dihadirkan sepanjang bagian pertama karya ini, membuat kita larut dalam setiap rinci adegan yang ada. Lenguhan nafas serta keringat penari yang mulai terlihat bercucuran di tengah gerak-gerak yang mereka sedang bawakan, makin menambah efek artistic tubuh-tubuh penari.

Suasana music dengan berbagai nuansa  yang terbagi dalam beberapa kelompok birama serta frase-frase, tertata dengan sedemikian rupa, membuat adegan ini terasa agak rumit dan berat, nyaris koreografi terjebak dalam format tataan music yang ada. Namun dengan kepiawaian serta pengalaman dari koreografer Iwan Irawan dan Epi Martison yang tidak diragukan lagi, karya ini dapat mereka selesaikan dengan baik, sebagai bentuk ungkapan kemeriahan dalam menyambut perhelatan besar PORWIL XI Sumatera 2023 ini.

Karya ini berakhir dengan format black out seiring dengan teriakan dari seluruh penari secara tiba-tiba. Tidak berselang lama setelah teriakan penari mengakhiri bagian pertama ini, kelompok penari lainnya masuk sambil berlari ke tengah  lapangan untuk mengambil formasi bagian karya berikutnya.

foto : dokumen karya suara dari swarnadwipa

Pada bagian ini semua penari membawa sebuah bola yang biasa digunakan untuk olah raga bola sepak. Penari laki-laki dan perempuan bergabung dalam satu format kebersamaan dan saling berhubungan satu sama lainnya. Gerak-gerak mengayun sambil memegang bola menjadi focus dalam formasi-formasi garis lurus.

Dengan eksplorasi gerak mengayun dan mendorong, bola-bola yang mereka gemgam di tangan itu, seperti menyiratkan simbol yang ingin disampaikan. Bila kita mengacu pada filosofi permainan bola sepak, tentu banyak hal yang terkandung dibalik bentuk permainan yang biasa kita lihat pada permainan bola sepak umumnya. Begitu pula dengan tarian yang disuguhkan pada karya ini. Permainan bola tak lagi menjadi focus utama akan tetapi telah menjadi media ekspresi atau kepentingan manusia dalam menjalankan kehidupan.

Beranjak ke bagian karya berikutnya.

foto : dokumen karya suara dari swarnadwipa

Permainnan music biola yang mendayu-dayu lembut mengiringi langkah kaki-kaki penari yang berlari tidak terlalu cepat.  Kali ini mereka berlari membentuk garis melingkar, bertemu dengan kelompok di seberangnya yang berlari berlawanan arah.

Formasi berlari dari sebelah kanan dan kelompok penari arah berlawanan dari sebelah kiri, mengalir bagai air, memberi kesan memancarkan berbagai makna. Karakter lari yang tidak terlalu cepat dengan pandangan mata lurus ke depan, sambil memegang untaian kain selendang di tangan kanan dan kiri membentuk disain ruang gerak tangan terlihat lebih luas atau terbuka. Disamping itu mahkota kepala yang dikenakan penari perempuan menambah anggunnya setiap bentuk gerak yang mereka bawakan.  

foto : dokumen karya suara dari swarnadwipa

Semua format dan gerak-gerak yang dihadirkan pada bagian ini berkisah tentang keindahan dan estetika melayu yang sopan santun, lemah lembut dalam bertutur, baik budi, berakhlak mulia serta menggambarkan budaya masyarakat yang suka mengambil keputusan melalui musyawarah dan mufakat. Begitu ungkap Epi Martison, S. Sn.salah seorang Koreografer karya “SUARA DARI SWARNADWIPA”.

Hampir semua bagian karya yang dimunculkan memberi kesan budaya local yang kuat baik dalam pilihan kostum, tataan pola lantai serta music. Walaupun secara keseluruhan music sudah memiliki sentuhan tataan dengan bentuk olahan kekinian, akan tetapi dapat melebur jadi satu kesatuan dalam thema karya yang dibuat. Kemeriahan karya tari pembuka PORWIL Sumatera XI 2023 ini, makin terlihat di akhir suguhan karya. Semua penari melebur jadi satu membentuk berbagai formasi yang nyaris memenuhi lapangan halaman kantor Gebernur Riau saat itu.

foto : dokumen karya suara dari swarnadwipa

Karya Tari “SUARA DARI SWARNADWIPA”, yang didukung oleh 600 orang penari ini mengolah bentuk visual dari 10 cabang olah raga yang dipertandingkan pada PORWIL XI 2023. Seperti, Wushu, sepak bola, takraw, bola tangan, bola voli, senam, aquatik, e-sport/e-games, dan barongsai. Hampir semua cabang olah raga tersebut divisualisasikan dalam bentuk garapan baru yang berorientasi pada gejolak seni kontemporer baik dalam bentuk gerak maupun music yang dihadirkan.

Perpaduan gerak dan bunyi yang kemudian diolah menjadi bentuk karya baru tari dan music ini, juga terinspirasi dari keelokan dan keindahan alam maupun budaya yang ada pada empat sungai besar di Riau seperti, Sungai Kuantan, Sungai Jantan/Siak, Sungai Kampar, Sungai Indragiri, yang telah menginspirasi, mendorong seniman-seniman yang terlibat untuk “bergerak maju bersama” dalam mewujudkan karya yang tentu menambah catatan sejarah seni pertunjukan di wilayah Riau sebagai karya seni kolosal yang patut diperthitungkan dan dibanggakan oleh masyarakat Riau khususnya, wilayah Sumatera pada umumnya.

Tampilan karya Tari ”SUARA DARI SWARNADWIPA” yang disaksikan oleh ribuan pengunjung saat itu akan lebih menarik bila juga ditunjang oleh tataan lampu secara khusus. Karena sangat amat disayangkan, hampir di setiap bagian dari karya tari ini tidak terlihat dengan jelas oleh karena lampu yang digunakan hanya efek-efek bias lampu dari panggung yang dipersiapkan untuk penamilan para artis penyanyi saja. Hal ini memberi kesan tataan lampu untuk karya tari semegah ini tidak menjadi perioritas utama. Sungguh disayangkan.

 

Penulis : Benny Krisnawardi
Nara Sumber : Epi Martison, S. Sn.