Hanya Karna awan, banyak hal-hal sepele yang membuat aku dan kamu berantem karna beda paham tentang bentuk awan itu.

Usai pulang sekolah di hari rabu dengan masih mengenakan baju seragam kita duduk dicaffe yang tak jauh dari rumah mu, kala itu aku berfikir agar tidak terlalu jauh antar kamu pulang kerumah dan rehat sejenak sekedar menghilangkan sedikit pening seharian belajar.

Baca Juga: [Cerpen] Minggu Pagi

Angin sepoi-sepoi, awan kala itu mulai gelap kuning ke oren² nan(senja)
Tempat favoritku dan tini di tempati orang bagian dalam pojok sebelah kanan. Mengharuskan aku untuk duduk bagian Outdour, padahal awal caffe buka jarang sekali kita duduk diluar. Bak interaksi alam, tini pun mulai ngobrol dengan kalimat yang memaksa aku untuk berfikir.

"Ki liat deh awan itu bentuk nya seperti kuda yaaa" tanya mu, sambil menunjuk
"Ki.... ki liat deh ada sayapnya, kaya di film gitu yaa?" Lanjut tini, sambil menunjuk tanpa menoleh ku yang sedang berjuang melawan ngantuk.

"Hemmm gimna gimna??? Itu bukan sayap tapi diatas punggung kuda ada karpet panjang, mungkin kudanya kurir loundry" jawab ku, tanpa memerhatikan muka tini
"Ikky apa banget si itu tuh sayap, bukan karpet ikh" kesalnya.
"Yaudah sayap yang di loundry" jawab ku

Tini, sering kali memerhatikan benda atau apapun yang ada disekitar lalu dijabarkan oleh apa yang pernah ia liat, seakan semua sama dan seakan pikirannya itu benar

Tak jarang ketika kita sedang asik mengobrol, aku diam-diam merekam percakapan moment dimana kamu mulai cerita tentang circle balet atau cerita tentang harga skincare mahal hingga bahas Fitri temen kamu yang katanya sudah besar masih suka eskrim magnum beli di warung ucok belokan simpang 3 itu.

Baca Juga: 3 Fakta Menarik Dari Tokoh Revolusioner India || Cek Faktanya.

Hanya Karna Awan, kamu tak mau aku antar kerumah dan memilih (rizki) teman kecil sekaligus sahabat untuk mengantarkan mu pulang sekolah dan menolak hadiah fallentine di mensive ke 2 kita, dan membuang gelang couple yang aku beli di online shoop padahal asal kamu tau, aku sampai seminggu mengumpulkan uang hanya untuk menuruti apa yang kamu mau itu.

Tapi aku ga berani jujur tentang semua itu dan tentang debat panas yang berujung kita putus. Aku dalam lamunan masih berandai andai kamu dan aku kembali seperti yang dulu, saling sayang diantara kita dan saling melengkapi lalu awan akan tersenyum nantinya.

Bentuk awan bukan lah soal perdebatan hanya karna beda resepsi, kamu ngambek seperti orang yang sedang di selingkuhin di depan mata mu sendiri.

Hanya Karna Awan, sampai saat ini aku masih merindunkan mu dan terasa kangen dimana sore itu kamu duduk dipaha di depan rumah mu yang private itu dan berkata "kamu jangan pernah ninggalin aku yaa ki" ucap mu.

Tini apa kabar mu, bagaimana bentuk awan sore ini? Apakah seperti seekor kuda yang bersayap? Atau kuda dengan ekor yang panjang?