Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Ternyata Food Vlogger Gak Sembarang Review Makanan, Ini Faktanya!

finansialku.comAvatar border
TS
finansialku.com
Ternyata Food Vlogger Gak Sembarang Review Makanan, Ini Faktanya!
Ternyata Food Vlogger Gak Sembarang Review Makanan, Ini Faktanya!

Perseteruan food vlogger Codeblu dengan Farida Nurhan terkait konten di salah satu kedai makan berujung aksi pelaporan ke polisi. Sebenarnya, bagaimana standar menjadi pengulas makanan yang baik?

Yuk, simak pembahasan Finansialku berikut ini!

Apa Itu Food Vlogger?
“Profesi” food vlogger mendadak jadi perbincangan hangat di media sosial usai konten kreator makanan A Juju mengulas Warung Madun Oseng Nyak Kopsah di media sosial.
Ulasan Juju yang apa adanya justru membuat Madun, pemilik warung makan, berang. Bahkan, ia sempat mencak-mencak sebuah konten.
Seolah ingin mengecek akurasi ulasan Juju, akun Codeblu yang juga kerap membuat konten serupa mendatangi kedai Madun.
Tak disangka, sang influencer memberi komentar lebih pedas. Masalah ini kian merebak ketika beberapa pihak—termasuk warganet—menjadi kompor.
Dalam ranah populer, food vlogger merupakan orang atau akun yang menampilkan ulasan makanan, mulai dari menu, rasa, lokasi, harga, hingga relevansi.
Sebenarnya, keberadaan mereka cukup membantu konsumen memilih dan menemukan tempat makanan yang menarik.
Meski begitu, tidak semua pemilik bisnis tidak menerima kehadiran mereka lantaran dianggap sok tahu.
[Baca Juga: [color=var(--link_color)]Profil Pemilik PO Haryanto Ternyata Purnawirawan TNI, Ini Faktanya!][/color]
 
Skill yang Harus Dimiliki Food Vlogger
Untuk menjadi food vlogger yang berkualitas, sebaiknya Anda memenuhi kriteria berikut:
 
#1 Jujur dengan Cara yang Tidak Menyakitkan
Kejujuran memang mata uang yang berlaku di mana pun. Tapi, bukan berarti Anda bisa menyampaikannya sesuka hati.
Sebagai pengulas makanan, Anda punya beban moral untuk menyajikan tayangan yang menghibur dan relevan untuk semua orang.
Kalaupun menu yang dicoba tidak memuaskan, gunakan padanan kata yang lebih halus disertai kritik yang membangun.
 

#2 Memahami Minat Khalayak
Anda bisa melakukan survei sederhana untuk menemukan minat masyarakat. Survei ini bisa dilakukan melalui kuesioner atau tanya jawab.
Dengan mengetahui minat audiens, Anda dapat membuat konten yang lebih menarik.
Misalnya, jika hari ini yang sedang tren adalah ketupat, Anda dapat membuat vlog tentang ketupat atau hal-hal yang berhubungan dengan ketupat.
 
#3 Kreatif
Meski punya muatan yang sama, Anda harus bisa membuat konsep konten yang berbeda.
Misal, jika kebanyakan orang menggunakan pakaian normal, Anda bisa konsisten memakai kostum superhero saat mengulas makanan.
 
#4 Percaya Diri
Konten yang outstanding bisa tercipta jika kreator punya kepercayaan diri yang tinggi. Mulai sekarang, branding dirimu sesuai konten yang dibuat untuk menarik perhatian.

#5 Punya Selera Makanan yang Tinggi
Selera makan yang tinggi penting untuk food vlogger. Bekal ini memungkinkan seseorang bisa memberi penilaian yang objektif dan akurat.
Jika selera Anda belum terlalu baik, cobalah berkolaborasi dengan  orang lain yang punya selera makan tinggi.
 
Sumber Penghasilan Food Vlogger
Belakangan, banyak pengulas makanan baru bermunculan. Sebagian besar dari mereka fokus di satu media sosial. Tetapi, ada juga yang membuat konten di beberapa platform sekaligus.
Food vlogger mendapat penghasilan melalui beberapa cara, yakni Google Adsense, kemitraan berbayar, menjual merchandise, hingga saweran.
Potensi penghasilan berlimpah ini membuat banyak orang tertarik mencoba peruntungan di bidang ini.

Apa yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menjadi Food Vlogger?
Berikut adalah beberapa hal yang harus disiapkan sebelum menjadi food vlogger:
Lakukan riset mendalam mengenai jenis makanan, metode memasak, dan etika berbicara di media massa.

Buatlah skrip sesuai kepribadian.

Siapkan alat yang dibutuhkan dalam produksi konten, seperti kamera, mikrofon, reflektor, lighting, dan laptop untuk mengedit video.

Menjalin kemitraan dengan kreator lain secara berkala.

Menjalin kerja sama yang baik dengan restoran atau merek makanan.

Konsisten dan terbuka dengan saran.

Belajar cara mengelola media sosial.

[Baca Juga: [color=var(--link_color)]Blogger vs Vlogger: Kamu Pilih Mana? Cek Pertimbangannya][/color]


Etika dan Tanggung Jawab Food Vlogger
Kisruh antara beberapa [color=var(--link_color)]influencer makanan belakangan membuat Kevindra Prianto Soemantri angkat suara.[/color]
Pria yang juga praktisi kuliner ini menyebut bahwa jauh sebelum era media sosial, ulasan makanan hanya dibuat oleh kritikus restoran.
Mereka biasanya bekerja untuk media massa tertentu, sehingga ulasan yang disajikan mengikuti kaidah jurnalistik.
“Tapi di era digital, ketika semua orang bisa punya opini, banyak teman-teman yang sebetulnya enggak diajarkan atau enggak punya latar belakang sebagai jurnalis atau kritikus itu, akhirnya punya kebebasan berbicara yang sayangnya tidak sesuai konteks, tidak sesuai tempat, akhirnya tidak paham bahwa sebetulnya tugas seorang kritikus restoran dan makanan adalah pengamat,” ujarnya.
 
Menurutnya, kritikus makanan bekerja dengan data dan observasi. Sementara pengulas makanan kekinian hanya memakan menu sekali, kemudian menyampaikan tanggapan dan mengkritik.
Secara tersirat, Kevin mengatakan bahwa pengulas makanan mengemban etika dan tanggung jawab. Hal ini karena unggahan mereka disorot banyak mata.
“Yang paling penting, kita harus mengerti betul tentang makanan. Jangan orang yang tidak paham kuliner menulis, berbicara atau me-review makanan,” lanjur pria jebolan MasterChef Indonesia itu.
 
Menurut Kevin, pengulas makanan tanpa bekal ilmu hanya memberikan opini, bukan pernyataan. Naasnya, lebih banyak opini yang bias.
Di kesempatan yang sama, Kevin juga menuturkan bahwa ulasan makanan profesional perlu memerhatikan sejumlah aspek. Hal ini dilakukan agar penonton mendapat informasi yang valid.
“Enggak semua tempat itu layak untuk di-review, harus paham review elemen apa yang ingin dilihat, apakah dari segi konsistensi rasa, segi tekstur, pelayanan, ambience banyak sekali elemen yang harus mereka lihat kalau ingin me-review secara profesional, … Jadilah konsumen yang objektif dulu, sampai punya pengalaman yang cukup untuk memberi opini. Banyak-banyak riset, chef-nya, cerita makanan, mengulas tidak berdasarkan enak dan enggak enak, bisa bercerita,” lanjutnya kemudian.
 
Menurut Kevin, tempat makanan yang patut diulas adalah lokasi yang punya nilai cerita dan nilai. Sebab, menurutnya, mengulas masakan adalah seni bercerita.
Di sisi lain, Nex Carlos, pengulas makanan terkemuka, mengatakan perspektifnya, sebagai pembuat konten, ia menjunjung tinggi etika dalam mengulas tempat makanan.
Alih-alih mengatakan “tidak enak” pada menu yang kurang memuaskan, ia menyebutnya SNI (standar).
Dalam tiap kontennya, ia juga menjelaskan bahwa kurasi enak dan tidak enak didasarkan pada preferensinya. Dengan begitu, pemirsa bisa jadi kurang cocok dengan pilihannya.

Sumber:

Finansialku.com - Ternyata Food Vlogger Gak Sembarang Review Makanan, Ini Faktanya!
0
49
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.