Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

penacintaAvatar border
TS
penacinta
Kau Kejar Aku Setelah Kita Bercerai
KAU KEJAR AKU SETELAH KITA BERCERAI (3)

“Minum dulu tehnya, ini teh cammomile kesukaan mendiang Mama. Gimana kerjaan hari ini?” tanya Papanya Anna.

“Makasih, Pa. Papa jangan terlalu capek, pekerjaan rumah biar Anna yang urus nanti.”

“Papa gak capek.”

“Tadi aku ketemu Mas Zahran untuk membicarakan masalah perceraian kami. Tapi Anna kecewa, dalam draft kesepakatan cerai dibuat alasan Mas Zahran menceraikan Anna karena Anna selingkuh dan tidak melaksanakan tugas dengan baik sebagai seorang istri. Astaghfirullah ….”

“Lalu kamu setuju?”

“Jelas enggak, lah, Pa. Biarlah mereka merekayasa semuanya demi keinginan Mas Zahran bisa segera menikahi Zahira. Yang jelas Anna gak mau tanda tangani itu semua.”

“Ann … Papa tahu kamu kecewa, tapi apakah satu rasa kecewamu ini membuat kamu lupa pada semua kebaikan Allah selama ini?”

“Enggak, Pa. Anna hanya merasa, kenapa, sih, masih ada manusia yang rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan? Sampai rela mengorbankan perasaan orang lain. Kalau mau cerai ya cerai aja, gak perlu membuat alasan yang mengada-ada.”

“Nanti kamu akan tahu, suatu saat nanti, mengapa Allah meletakkan masalah ini di pundakmu,” ucap sang papa sambil menepuk bahu Anna. Papanya beranjak meninggalkan Anna untuk sejenak berpikir sambil menikmati tehnya.

Anna mengambil ponsel di dalam tasnya, membuka media sosial dan tanpa sengaja melihat Zahira memposting foto mesra tangan mereka berdua yang memakai jam tangan bermerek. Wanita itu benar-benar tak tahu malu, nempel ke manapun Mas Zahran pergi. Jelas-jelas ia tahu, Mas Zahran bukanlah suaminya. Apakah cinta pertama seberhak itu menghancurkan hati istri sah? Tidak, keduanya hanya sedang tidak menyadari bahwa nafsu itu menghancurkan.

Anna berusaha menenangkan pikirannya dengan berendam di dalam bathub. Pekerjaan di kantor sama sekali tak ada masalah, yang membebani batinnya kini adalah Zahran.

Tak bisakah sedikit saja kamu ingat bagaimana aku berjuang selama ini, Mas? Anna merasa air mata sudah tak ada lagi gunanya.

Sementara itu di rumah, Zahran melihat kondisi rumah sudah tak serapi sejak masih ada Anna. Padahal baru satu minggu Anna pergi, tapi keadaan sudah kacau. Piring kotor di mana-mana, baju kotor juga sudah berserakan. Belum lagi persediaan makanan di dalam kulkas semakin menipis.

Zahran ingin meminta Zahira untuk membantunya karena kelak rumah ini pun akan mereka tinggali berdua.

“Sayang … Kamu ke sini, dong! Bantu beresin rumah,” kata Zahran melalui sambungan telepon.

“Apa, Mas? Beresin rumah? Aku mana bisa,” tolak Zahira.

“Terus gimana, dong? Cari pembantu yang bener itu kan susah, Sayang. Ayolah … Rumah ini juga kelak akan kita tinggali berdua.”

“Mas, aku gak mau jadi ba bu seperti Anna. Mas urus aja lah sendiri. Baju bawa ke laundry. Makan tinggal beli.”

“Kenapa kamu bicara begitu, Zahira?”

“Aku lagi di salon, Mas. Aku ganti warna rambut sekalian meni pedi. Mas nanti aku kirim foto terbaru aku, ya!”

“Oke, Sayang. Asalkan kamu tetap cantik aku akan dukung.”

“Besok kamu cari ART ya, Mas!”

“Oke, Sayang. Oh iya, akhir pekan ini akan ada pesta ulang tahun salah seorang istri relasiku. Kamu harus ikut, ya!”

“Oke, Mas. Tapi aku butuh tas baru deh, Mas. Beliin dong,” rengek Zahira.

“Oke Sayang, besok kita beli tas baru buat kamu.”

“Makasih, Mas. I love you ….”

“I love you too ….”

Zahira mengakhiri sambungan telepon dan Zahran tersenyum. Namun saat kembali teringat pada kondisi rumahnya yang berantakan, ia pun jadi pusing. Tak pernah sekalipun ia mengurus sampah di dalam rumah selama ini.

Anna yang membereskan semuanya meskipun di mata Zahran terkadang semua terlihat salah. Zahran terduduk lesu setelah mengemasi pakaian kotornya. Ia duduk sejenak sambil menatap rumput di halaman yang mulai meninggi. Bahkan Zahran tak pernah tahu kapan Anna membersihkannya. Kini halaman rumah yang asri pun sudah tak lagi seindah biasanya.

“Tidak, aku tak boleh menyesali keputusan ini,” gumam Zahran. Ia terlalu yakin jika kebahagiaan yang hakiki itu adalah ketika akhirnya ia bisa hidup bersama dengan Zahira.

Zahran mengantarkan pakaian kotornya ke tempat laundry dan ia baru menyadari biaya yang harus ia keluarkan begitu mahal untuk layanan cuci ekspres. Sementara selama ini Anna melakukan semuanya sendiri dan tak pernah mengeluh sedikitpun. Pakaiannya selalu rapi dan wangi.

“Gi*la, cuci setrika doank sampai ratusan ribu. Ini orang bisnis kok kebangetan,” gerutu Zahran..

Ia pun pulang sambil membawa pakaian bersih itu lalu meletakkan begitu saja di atas kasur. Ia melihat kasurnya pun sudah kotor akibat aktivitas panasnya bersama Zahira waktu itu.

Zahran menyadari jika ia juga harus melaundry sprei dan selimut itu. Ia melepaskan semuanya dan bergegas mencari sprei bersih di lemari. Cukup lama ia ia membongkar isi lemari pakaian namun tak kunjung ia temukan keberadaan sprei dan selimut bersih.

“Jangan-jangan Anna sengaja mau bikin aku susah,” ujarnya berburuk sangka. Sampai akhirnya ia menarik laci dipan kasur itu dan matanya menemukan tumpukan rapi deretan sprei dan selimut yang sudah disusun berdasarkan motif yang sama. Zahran menghembuskan napasnya kesal.

Ia mengambil sebuah sprei dan berusaha memasangkan pada kasur tebal itu. Beberapa kali ia mencoba namun hasilnya sama sekali tak bisa terpasang dengan benar. Zahran putus asa, ia biarkan saja begitu adanya, yang penting ia bisa tidur beralaskan sprei bersih.

Zahran pun bergegas memesan makanan untuk makan malam. Lagi-lagi ia merasa harga makanan begitu mahal hanya untuk dimakan seorang diri. Padahal biasanya Zahran sangat royal jika Zahira ingin diajak makan di tempat mahal, tapi kali ini untuk makan dirinya sendiri pun ia merasa tak rela mengeluarkan uang banyak.

Stok makanan di kulkas yang sudah disiapkan Anna waktu itu sudah tak ada lagi. Biasanya Zahran tinggal ambil lalu menghangatkan dengan menggunakan microwave saja.

“Benar-benar menyebalkan,” gerutu Zahran. Makanan yang biasanya dibuat oleh Anna ternyata jika di resto harganya bisa ratusan ribu satu porsi. Selama ini ia sering menyisakan makanan yang dimasak oleh Anna, itu sama artinya ia telah membuang-buang uang selama ini. Meski Zahran tahu terkadang Anna lah yang menghabiskan sisa makanannya. Dulu ia merasa apa yang dilakukan oleh Anna itu men*ji*jikkan, tapi kini Zahran baru tersadar jika Anna hanya sedang berusaha agar tak membuang-buang uang hasil keringatnya. Ada setitik rasa bersalah di dalam hati Zahran pada Anna.

“Tidak! Zahira tetaplah yang terbaik,” gumamnya membantah. Ini bukan ego, tapi cinta pertama dan cinta sejatinya, batin Zahran lagi. Ia pun nekat memesan makanan kesukaannya dan menunggu sampai datang.

Zahran menatap bungkus makanan di atas meja. Biasanya semuanya tertata rapi dan hangat. Sekarang, berserakan dan tentu saja sudah dingin. Zahran malas menghangatkan makanan itu ke dalam microwave lagi karena perutnya sudah kelaparan. Ia menyantap semuanya sampai habis.

“Aku tak buang uang, kan?” ujarnya merasa menang. Lalu ia mengumpulkan bekas sisa makanan dan memasukkan ke dalam tempat sampah.

“Astaga … Aku bahkan lupa buang sampah-sampah ini,” sesal Zahran. Aroma busuk menyeruak dan Zahran membanting penutup tempat sampah itu dengan kesal.

Kini ia bisa merebahkan tubuhnya dengan nyaman walau kasurnya berantakan. Namun belum berapa lama, tiba-tiba saja ia merasakan perutnya sakit. Lebih tepatnya bercampur dengan sesak di bagian ulu hati. Sudah cukup lama penyakitnya itu tidak kambuh.

Zahran berkeringat dingin menahan sakit. Ia mencari-cari sesuatu di tempat obat. Barangkali ada yang bisa ia minum untuk meredakan nyeri pada perutnya itu.

Zahran menemukan kotak obat di dalam laci. Di dalamnya terbungkus rapi obat-obatan lengkap dengan fungsinya. Ini jelas tulisan tangan Anna. Kalau saja obat itu tak diberi label pasti Zahran sudah kebingungan harus mengkonsumsi yang mana untuk sakit lambungnya itu.

Lagi-lagi Anna berjasa menolongnya dalam keadaan seperti ini.

“Aarrggh … Bukan Anna yang aku cinta! Enyahlah dari pikiranku!” jerit Zahran di tengah sunyinya rumah itu.

Sudah 45 part di Fizzo, yuk mampir!
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
60
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.6KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.